Selasa, 31 Agustus 2010

Rintoko

Namanya Rintoko, sudah 8 tahun kami saling mengenal. Dari sebuah sudut sekolah di Purwokerto kami saling mengenal. Dari tidur di kelas, bolos, sampai makan di siang hari di bulan puasa. :) Beberapa kejadian semakin menguatkan persahabatan kami. Meskipun perbincangan kami tak jauh-jauh dari tema pacaran. Hehehe =))

Tapi keadaan sekarang sudah berbeda. Dia sudah lebih dewasa dibanding saat kami bertemu 8 tahun lalu. Dia sudah merintis jalannya. Semoga kesuksesan tercurah untukmu kawan. Semoga kau juga bisa mewujudkan mimpimu untuk mendirikan sebuah Panti Asuhan. Subhanallah, keinginan yang sangat mulia. Semoga bisa terwujud, amin :)

Jakarta Pagi Ini

Jakarta, 2 Juli 2010

Pagi ini berjalan dengan penuh tergesa-gesa. Di sebuah kamar dengan gravitasi yang berada di lantai 11 aku membangunkan diri. Hari ini kau harus kembali dari keramaian ibukota. Sepiring nasi, ikan, serta secangkir teh sempat mengisi perut sebelum check out. Di sudut lobby, senyum manis khas orang Indonesia timur dari petugas menyambutku. Dengan cekatan beliau mengerjakan administrasinya. Setelah semua selesai, dengan masih menahan kantuk aku berjalan keluar. Sesampai di ujung jalan segera kupanggil tukang ojek yang sudah berjejer di perempatan.

Setelah tawar menawar ongkos dengan tukang ojek yang logatnya khas Banyumas bagian selatan, kesepakatan harga di sepakati. Langsung aku duduk di jok di belakang ojek. Lalu lintas jakarta menyambut seperti biasa. Letupan suara gas kendaraan yang berirama, seperti  menyiratkan kesombongan yang dalam. Ini Jakarta, tempat dimana asa jutaan manusia Indonesia tertambat. Lampu merah tak lebih dari sekedar penghias. Dari keramaian & kemacetan ini seharusnya aku bersyukur, tak setiap hari aku mengalaminya. Harusnya aku bersyukur masih memacu kendaraanku dengan cepat jam berapapun di Semarang.

Kira-kira 10 menit, sampailah di Stasiun Gambir. Sebenarnya dulu sering lewat depan stasiun. Tapi baru kali ini masuk ke dalam. Stasiun Gambir mengingatkanku akan permainan monopoli edisi nasional yang sering aku mainkan waktu kecil. Stasiun Gambir dalam permainan monopoli ada di 2 kotak setelah Start di samping Monas, satu blok area dengan Bogor. :) Sesampai di Gambir langsung naik ke Bus Damri Bandara, tak lama kemudian bus segera berangkat. Di kanan kiri sepanjang perjalanan kulihat banyak gedung menjulang, inilah tempat dimana orang-orang berpacu dengan waktu tiap hari demi sebuah kehidupan yang banyak fase-nya.

Satu jam berlalu sampailah di Bandara, tempat dimana 2 Proklamator Bangsa di abadikan namanya. Seperti bandara pada umumnya, lalu lalang banyak orang dengan denotasi yang berbeda-beda. Inilah pintu gerbang Indonesia, sebuah gapura ketika orang-orang manca akan mengunjungi Indonesia. Setelah check in dan sebagainya, akhirnya sampai juga di ruang tunggu. Selang beberapa menit kami di persilahkan untuk masuk ke dalam pesawat.

Setelah semuanya siap, mulai berjalanlah itu pesawat. Bismillah gumamku dalam hati. Pesawat mulai naik perlahan. Ketika sudah dalam posisi normal, ku coba melihat keluar dari jendela. Subhanallah, pemandangannya begitu bagus siang itu, cerah dan pemandangan di bawah begitu jelas kelihatan. Dari atas terlihat kota Jakarta dengan jelas, dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Bahkan sesaat terlihat monas dengan 4 cabang jalannya. Selama beberapa kali naik pesawat, inilah pemandangan terbaik yang pernah ku lihat.

Duduk di sampingku 2 orang bule yang sibuk memegang peta Indonesia di tangannya. Sekilas dari obrolannya mereka adalah 2 backpaker yang sedang berkeliling Indonesia. Hmm.. Aku jadi berfikir, kapan ya aku bisa cuti dari kerjaanku, berkeliling Indonesia. Menjangkau Belawan, Padang, Sampit, Labuan Bajo, Manado sampai Raja Ampat. Beberapa saat kemudian disebelah kananku terlihat 3 gunung yang berjajar. Yup, aku bisa memastikan kalau itu adalah Gunung Slamet, Sindoro, & Sumbing. Pegunungan dimana basic kehidupanku dibentuk.

Sesaat kemudian pesawat mendarat setelah agak lama berjalan-jalan di udara karena Bandara di Semarang yang sedang sibuk untuk latihat pesawat kemiliteran. Konyol, jalan-jalan kok di udara. Setelah turun, bergegas aku langsung kembali ke kantor. Sepanjang perjalanan bandara sampai ke kantor, ku putar lirih sebuah lagu tempo dulu :
"Ke Jakarta aku kan kembali.. Walaupun apa yang kan terjadi... " ( Koes Plus )

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...