Kamis, 31 Januari 2008

[ masih terkapar ]

Aku masih terkapar...
Menahan Pening...
Dijejaji ribuan biotika...
Dalam belasan tablet...
Aku tak tahan lagi...

Kapan ini harus berakhir, dok...
Apa aku harus lari...

Tidak, aku tidak akan lari...
Karena dokter begitu mempesona...
Disini puluhan tahun pun aku betah...
Karena dokter begitu cantik di mataku...

Minggu, 27 Januari 2008

my inspiration...


My Inspiration...

Emmanuel De Porras
-------------------------------------

tersesatku,

aku tersesat disini, di dunia tanpa hati, yang hilangkan egoku, yang gelorakan anganku, menggapai mimpi, sebuah mimpi..., tentang kehidupan, yang benar-benar merancau, merancau aku bertubi-tubi, mengiangi telinga ini, membakar jiwa ini,
aku bukan aku karena aku bukan jiwaku

rindu akut

banda aceh // 260208 // 19.30 // di redup lilin ini // aku menangis // jiwaku teriris // menahan rindu yang akut // rinduku akan duniaku // yang kini hilang // ditelan sebuah impian // impian yang menelenggelamkan // sebuah hati // dengan serpihan canda di sana // berganti dengan // rintihan sepi // beban duniawi // yang terus menggerus diri ini //

Senin, 21 Januari 2008

Lagu Untuknya

Sebuah lagu yang menggambarkan segenap hati ini untuknya...

BaseJam - Bukan Pujangga

Aku mungkin bukan pujangga
Aku mungkin tak selalu ada
Ini diriku apa adanya

Aku mungkin bukan pujangga
Aku mungkin tak selalu ada
Ini diriku apa adanya

Mungkin aku bukan pujangga
Yang pandai merangkai kata
Ku tak selalu kirimkan bunga
Untuk ungkapkan hatiku

Mungkin aku takkan pernah
Memberi intan permata
Mungkin aku tak selalu
Ada di dekatmu

Ku ingin kau tahu isi di hatiku
Ku tak akan lelah dengan hati ini
Hingga dunia tak bermentari

Satu yang kupinta
Yakini dirimu hati ini milikmu
Semua yang kulakukan untukmu

Lebih dari sebuah kata cinta untukmu !!!

-- for my best friends --

“Kita Bukan Hanya Tukang Telepon”

Langit kota petang ini kurang bersahabat. Rintik – rintik gerimis menambah keheningan suasana. Tidak hanya hening, namun kesepian yang sangat menyayat.
Disaat – saat seperti ini biasanya aku teringat my memory place, Semarang. Pikiranku melayang mengarungi sejuta kenangan yang begitu mempesona di sana. Malam minggu yang indah terpampang di sana. Malam minggu yang cerah dengan senyum yang mengembang, dandanan ala “ De Porras “, sisiran jambul versi Indra L Bruggman. Sangat Perfect !
Bersama orang – orang yang sangat dekat. Dengan candaan2 kecil yang penuh makna. Sungguh berarti.

Kami selalu bercerita tentang pekerjaan kami. Tak pernah ada keluh kesah kami, yang hanya ada luapan kegembiraan untuk melupakan sejenak rutinitas kami yang bagi kebanyakan pemuda lain di perkotaan adalah pekerjaan yang “memalukan”. Tiap hari ditengah terik matahari yang sangat menyengat. Harus mengetok pintu rumah pelanggan yang kadangkala hanya disambut dengan longlongan anjing, dengan sikap cuek pemilik rumah yang tak percaya, anak – anak kecil seperti kami bisa perbaiki telepon rumah mereka. Dengan langkah gontai kami masuk ke rumah untuk mencari kerusakan. Kadang kala keberuntungan berpihak kepada kami, kerusakan hanya terletak di instalasi rumah saja. Namun lebih banyak kerusakan terletak di luar rumah. Kalau sudah begitu, alamat buruk bagi kami. Kami harus menurunkan tangga besi yang beratnya mungkin hampir sama dengan berat tubuh kami. Memikulnya dari tiang ke tiang, memanjat tiang satu persatu mencari sumber kerusakan. Hanya mencari kabel putus dan menyambungnya. Sangat sederhana !!! Walaupun setiap malam pundak kami serasa sakit karena seharian terus menerus mengangkat tangga. Dengan keringat dan wajah yang tidak berbentuk tentunya.

Kadang kala kami harus buang muka karena malu pada saat memikul tangga besi itu bertemu dengan seseorang yang sebaya dengan kami. Dengan pemuda – pemudi harapan bangsa, mereka yang tiap hari bergelut dengan buku dengan status yang membanggakan, MAHASISWA. Sedangkan kami, hanya “ tukang telepon “ yang begitu miris dengan sebutan “ Tenaga Lepas Harian “. Sebutan yang kami dapat dari kantor tempat kami bekerja. Bagaimana pelanggan bisa menghargai kami, sedangkan orang-orang yang memperkerjakan kami hanya menganggap kami dengan kalimat yang sangat jauh dari layak, Tenaga Lepas Harian. Mungkin mereka menganggap kami hanya orang-orang remeh, yang hanya punya keahlian menyambung kabel. Itu saja ! Tidak lebih !. Tak ubahnya seorang robot yang dikendalikan oleh tuannya, memakai seragam seperti tuannya saja kami dimarahi. Mungkin tidak selevel menurutnya. Dengan bayaran tak lebih dari seorang buruh tani di kampung. Benar-benar tidak dianggap. Hanya sekedar mempunyai ID Card tanda pekerja pun kami harus menunggu satu tahun lamanya. Dengan syarat-syarat yang berbelit pula.

“Perusahaan macam apa ini ?” Begitu kami bertanya.
Pejabat-pejabat di kantor dengan enaknya mamakai mobil-mobil dinas mewah, hidup berkecukupan, berlagak sok penting, yang bisa seenaknya mengatur bawahan dan menyalahkan bawahan tanpa mereka tau betapa berat setiap hari harus disengat matahari, diguyur hujan, kadang dicerca pelanggan.
Teringat sebuah lirik lagu yang mungkin menggambarkan kedzoliman mereka :

“ …tawa lepasmu, adalah tangisanku…
rumah mewahmu adalah deritaku…
kebodohan ini harus segera diakhiri…
sebelum aku benar-benar mati… “

Ups, mungkin pekerjaan yang membuat orang tua kami tidak rela jika mereka melihatnya.

Namun kami berusaha melewatinya dengan senang, mungkin kami menganggap pekerjaan itu sebagai pembelajaran buat diri kami. Bagaimana setiap hari kami harus bertemu dengan puluhan orang dengan jutaan karakter tentunya. Kadang dengan pujian, senyuman dan ucapan terima kasih namun lebih banyak pula yang menganggap kita sebagai angin lalu. Apa berartinya anak muda “ tukang telepon “ seperti kami.

Yup, dimalam minggu seperti inilah kami biasanya melepas penat, melupakan semua itu, walaupun dengan canda-canda kecil tanpa arah yang senangkan lubuk hati kami…

Kami tidak akan pernah kecewa dengan apa yang kami peroleh, kami harus bersyukur dengan semuanya. Jutaan orang belum bisa menikmati pekerjaan di negeri ini…
Beruntunglah kami, walaupun kami hanya “ tukang telepon “. Kami tidak akan malu dengan pekerjaan kami karena pekerjaan kami bukan KORUPTOR, PERAMPOK, PENCURI, ataupun orang-orang flamboyant yang mengaku dirinya PEJABAT namun tak ubahnya seorang PENINDAS RAKYAT !!!

--------------------------------------------------------------------------------------
Friends, walaupun aku sudah tidak ikut berjuang bersama kalian disitu. Percayalah, hatiku tak akan bisa lepas dari kalian. Jangan malu pada pekerjaan kalian. Kalian adalah guru terbaik untukku.
Tetap Semangat friends.
Aku disini tidak hanya akan berjuang untuk diriku sendiri. Aku akan berjuang dan terus berjuang disini untuk kalian juga.
Kita harus buktikan pada semua orang kalau kita bukan hanya bisa menyambung kabel. Suatu saat kita akan SUKSES. Bukan hanya menjadi tukang telepon. Kita akan jadi BOS-nya telepon.
Jangan Pernah Menyerah !!!!!!

-----------------------------------------
aku selalu rindu semarang…
rindu panasnya…
rindu dinginnya…
rindu suasananya…
rindu aroma congyang-nya…
-----------------------------------------

Minggu, 06 Januari 2008

Republik Mimpi Berakhir ?

--- nama blog ini secara tidak langsung diilhami dari sebuah acara di metro tv yang mengangkat realita bangsa ini walau dengan nama kias " republik mimpi " ---
Namun penayangan pada malam ini (6 Januari 2008 ) ada yang berbeda dibanding biasanya. Sang Wakil Presiden " Jarwo Kuat " tidak bisa hadir karena sedang tersandung sebuah masalah hukum.

Diakhir acara, Penasehat Komunikasi Politik negeri Republik Mimpi menyatakan kemungkinan bahwa acara pada malam ini merupakan episode terakhir.

Tentu pernyataan itu maupun rencana pemberhentian acara ada hubungannya dengan kasus yang ditimpa "Jarwo Kuat"

Namun yang jadi pertanyaan, Adakah unsur2 politik dalam kasus "Jarwo Kuat" ?
Kita tunggu saja perrkembangannya...

Berikut berita tentang kasus "Jarwo Kuat" yang dikutip dari kapanlagi.com

Nama Tercemar, 'Wapres' Datangi Polda Metro Jaya
Kapanlagi.com - Ada pemandangan unik di depan Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya Sabtu pagi (5/1). Tanpa penjagaan ekstra ketat petugas sejumlah mantan presiden seperti Soeharto, Megawati, Gus Dur, Habibie berkumpul. Usut punya usut, mereka pelakon presiden di REPUBLIK MIMPI pimpinan Effendi Gozhali.
Kehadiran mereka pun bukan berdemo melainkan menemani Sujarwo, yang berperan sebagai Wapres, untuk melaporkan pimpinan event organizer yang dianggap telah mencemarkan namanya dengan pasal 378 jo 372 KUHP.
Tampak pula kuasa hukum mereka Firman Wijaya. Kelar pelaporan, Jarwo Kuat, sapaan kesehariannya, mengatakan tindakan ini terpaksa dilakukan karena dirinya merasa tidak tenang. Apalagi tuduhan penggelapan ini berimbas pula dengan keluarganya.
"Secara materi nggak ada tapi saya dan keluarga harus ngungsi ke orang tua. Lagian saya ngga bisa tenang dalam bekerja apalagi setelah dipanggil Polres Tangerang. Saya merasa tertekan," terangnya diangguki Firman Wijaya.
Sementara Firman meminta supaya digelar perkara secara terbuka sehingga tahu di mana kebenarannya. Ihwal soal tersebut terjadi kala Jarwo yang menjadi salah satu panitia Kampoeng Bola 2006 bersama PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) di Parkir Timur Gelora Bung Karno Senayan.
Acara itu terselenggara PT Al-faath Production pimpinan Rifqy Muhammad. Namun EO ini belum sanggup membayar pendanaan yang dibutuhkan segera dan hanya menyerahkan selembar cek senilai 200 juta rupiah atas nama Andar Jaya.
Lantaran mendesak akhirnya Jarwo bersama panitia lainnya termasuk Andar meminjam dana pada Alex Tjocokroraharjo. Tapi dana yang diberikan cuma 190 juta rupiah. Saat itu pula Alex bersedia bertanggung jawab untuk pengembalian dana yang dipinjam dengan cara mencicil beberapa kali.
Pada tahap pertama Andar membayar 90 juta rupiah. Sesuai perjanjian, sisa akan dibayarkan namun hingga batas waktu yang ditentukan tidak dilunasi. Tiba-tiba Jarwo mendapat somasi dari kuasa hukum Alex yang meminta segera melunasi sisa pinjaman. Apalagi rasa kaget bertambah saat dirinya ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Tangerang. (kpl/opa)

Sabtu, 05 Januari 2008

Perjuangan di mulai disini, Banda Aceh !

Hari ini tepat 28 hari aku tinggal di Banda Aceh...
Kota yang terasa aneh bagiku. Mungkin karena sebelumnya aku hanya "ndekem" saja di Pulau Jawa.
Perasaan jauh dari keluarga juga dari teman-teman lama mungkin selalu "mewarnai" hari-hari awal tinggal disini. Terlebih disini harus hidup sendiri dengan adat istiadat maupun unggah-ungguh yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupan di Jawa.

Apapun itu, aku harus tetap BERJUANG...
Demi mengais sebuah mimpi...

Jumat, 04 Januari 2008

First Posting

First Posting

Menurut budaya dimanapun, kelahiran harus dirayakan. Syukuran tidak boleh ditinggalkan...
Buat blog yang baru ini perlu di adakan syukuran ( bahasa jawanya : genduren ) gak ya ?

Mungkin 1 kata yang wajib diucapkan :

WELCOME, SELAMAT DATANG, SUGENG RAWUH...

------

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...