Sabtu, 25 Desember 2010

Ingin Menepi

Saya ingin menepi, sebentar saja...

Semarang, 251210 07:50 setelah seminggu menyusuri Wonosobo, Kudus & Jepara, banyak yang ingin saya tulis, tapi akan saya tulis setelah koneksi internet-nya lancar, juga karena saya ingin menepi sebentar saja kawan..

Rabu, 15 Desember 2010

Batavia 00:50

 

dari emperan-emperan toko yang menjadi langitnya
tumpukan kardus yang menjadi alas lelap tidur mereka
ah. masihkah ada harapan dalam mimpi mereka?
pasti ada, karena harapan itu menguatkan

menguatkan dari rintik gerimis malam ini
memberi secercah harapan akan esok
mungkin kehidupan sedang berbalik bagi mereka
tapi bahagia mereka mungkin melebihi kita

sebuah kehidupan
adanya harapan
juga kepastian akan keadaan
semua hanya masalah kesempatan


*Batavia, 151210 00:50 memandang emperan toko dengan banyak tunawisma berlindung disana dari sebuah kehidupan yang kadang membelenggu kebahagiaan itu sendiri

Libur Panjang



Alhamdulillah tak terasa tahun 2010 akan berlalu, manis pahit yang di rasakan mudah-mudahan hanya menjadi bagian dari sebuah perjalanan untuk memberi retorika dalam setiap derap langkah hidup. Akhir tahun ini dapat libur lumayan lama, dari tanggal 18 Desember 2010 - 4 Januari 2011. Kurang lebih 17 hari, beberapa rencana sudah bergelayut di angan. Ingin kesana, ingin kesini. Tapi semalam ada 2 hal yang ingin di lakukan.

Pergi ziarah ke Jombang & cabut gigi di Semarang ( Maklum belum ada RS di Wonosobo yang menerima kartu asuransi-ku )

Selasa, 14 Desember 2010

“Konser Delapan” -- Novia Kolopaking dan KiaiKanjeng

Rabu, 8 Desember 2010 lalu sempat menonton konser ini bareng Hilmy, berikut review-nya yang dikutip dari FB Komunitas Kenduri Cinta :

Ditulis Oleh :  Ega Julaeha

Tak Perlu pijakkan kaki ke puncak 9
Agar tak buntu dan terperosok ke lubang 0
Karena segala yang bukan Tuhan
Tak kan sanggup menanggung 9

Pandang 9 sebagai cakrawala cinta
Junjung 9 di atas kepalamu
Jangan sampai masuk ke mulutmu
Telan 9 rohanikan abadikan ke 8
Sebagaimana ujung penamu
menggoreskan 8

Tak pernah menemukan titik akhirnya
Karena Tak kan pun sampai 7 manusiamu
Karena dungu hingga 9 kau pacu nafsu

Pukul delapan malam tepat, hadirin sudah memenuhi ruangan berkapasitas 472 bangku ini. Lampu-lampu dimatikan, gelap. Bunyi Gong menggema, tanda acara akan segera dimulai, seketika suasana hening hadir di ruangan dingin ini. Tirai hitam pembatas di muka ruangan perlahan terbuka, rangkaian lampu sorot menangkap panggung, segala isinya terpampang jelas. Terlihat seperangkat alat musik lengkap memenuhi panggung. Gamelan, Keyboard, drum, gendang besar dan kecil, biola, seruling, gitar, dan bass gitar tersusun rapi tepat di hadapan sebelas personil KiaiKanjeng yang berkostum serba hitam, bersiap “kawin” untuk menghadirkan nada dan irama mengiringi syair dan lirik-lirik bertema kemanusiaan yang dinyanyikan oleh para vokalisnya, antara lain Imam Fatawi, Islamiyanto, Dony, Nia, Yuli, dan Zainul yang malam itu akan berkolaborasi dengan Novia Kolopaking. Yang spesial, di sudut kanan panggung, Pada kursi drum duduk manis Dhedot, drummer Band Letto dengan stik siap di kedua tangannya. Malam itu dia termasuk dalam formasi pertunjukkan Novia Kolopaking dan Kiai Kanjeng.

Pertunjukan musik Novia Kolopaking dan KiaiKanjeng yang terbalut dalam tema “Konser Delapan(Pitu Nguntal Songo) itu merupakan salah satu dari delapan rangkaian pertunjukkan Festival Musik Indonesia yang diselenggarakan oleh Gedung Kesenian Jakarta dari tanggal 2 s/d 17 Desember 2010 mendatang. Konser yang digelar tanggal 8 & 9 Desember ini bukan sekedar pertunjukkan musik semata. NVKK membawa pesan “Merapi” sebagai bahan renungan untuk di sharing kepada hadirin sebagai pembelajaran bersama tentang Alam dan Tuhan.

KiaiKanjeng merupakan salah satu kelompok musik gamelan asal Jogjakarta yang digawangi oleh Emha Ainun Nadjib dan Novi Budianto. Terbentuk sejak tahun 1996, KiaiKanjeng telah mengunjungi berbagai belahan dunia, dari Eropa sampai Australia, dan juga lebih dari 21 propinsi, 384 kabupaten, 1030 kecamatan dan ribuan desa di seluruh Indonesia dalam misi sosialnya, dengan semangat dialog antar lintas agama, negara, budaya, dan suku melalui media musik.

Di awal acara, NVKK memutar video dokumenter tentang kegiatan Tim SAR gunung Merapi. Cak Nun, sapaan akrab Emha Ainun Nadjib ini, terlihat ikut serta dalam rombongan Tim SAR, melakukan pencarian korban-korban yang tertimbun pasir erupsi merapi itu sampai jarak radius kurang lebih 14 km dari puncak Gunung. Berbarengan dengan pemutaran video, menggema pula lagu Shohibu Baiti. Dzikir Shohibu Baiti yang telah akrab dilantunkan di setiap pengajian Maiyah asuhan Cak Nun di beberapa kota di Jawa, berlirik-kan bahasa arab yang mengandung arti “Allah Tuan Rumahku, Rasulullah Penjaga Pintu-NYA” berhasil menciptakan aura mistis, seperti mengajak para hadirin dalam perenungan mendalam tentang hakekat Tuhan, Rasulullah, alam semesta, dan kemanusiaan pada diri. Tertangkap maksud yang ingin disampaikan dari diputarnya video tersebut adalah alam itu hidup, kita manusia lebih sering memposisikan alam sebagai benda mati, alat pemuas kebutuhan saja. Marilah kita memperlakukan alam sebagai benda hidup, dan itu tidak berarti klenik.

Terdapat kurang lebih 18 tembang lagu yang dibawakan NVKK dalam pertunjukkan itu, terbagi ke dalam dua sesi, antara lain:

Sesi pertama:

  • Bangbang Wetan
  • Darahmu Darahku
  • Engkau Menjelang
  • Raja diRaja
  • Tak Sudah-sudah
  • Duh Gusti
  • Asyku Batstsi
  • Shalom Alahem

Sesi kedua:
  • Aba Bakrin-Love
  • Kelahiran
  • Changing (Black Sabbath)
  • Sayang Padaku
  • Takku Pintakan
  • Something Stupid
  • Garuda Sepi
  • Cinta Bla-bla-bla
  • Manungso
  • Rampak Osing


Setiap lagu yang dibawakan NVKK tidak berhenti sebagai lagu dengan alunan nada dan irama yang indah didengar saja, namun juga mempunyai lirik yang sarat makna, mengusik kemapanan hati dan pikiran. Beberapa lagu berbicara tentang hubungan vertikal dan horisontal, hubungan emosi antara seorang hamba dengan Tuhan-NYA, hubungan antar sesama ciptaan-NYA.

Lagu Raja di Raja mengkritik tentang peran seorang raja, sebagai pemimpin, raja dalam arti yang sebenarnya, atau raja yang sebenarnya bukan raja, tetapi sementara menjabat jadi raja.

Lagu Tak Sudah Sudah hadir sebagai perenungan ke dalam diri sendiri, sebagai manusia yang tak pernah merasa cukup, lagi, lagi, dan lagi. Liriknya sebagai berikut.

Ketika belum kepingin sudah
Ketika sudah kepingin tambah
Sesudah ditambahi kepingin lagi
Kepingin lagi, lagi, dan lagi

Kita berlari memperbudak diri
Tuhan mengajarkan yang pas-pasan saja
Tapi kita tak pernah krasan
Karena kekurangan maunya berlebihan

Rasa kekurangan tak berpenghabisan
Kepada Dunia tak pernah kenyang
Itulah api yang menghanguskan
Itulah nafsu lambang kebodohan

Hanya pada Tuhan Kita selalu kurang
Hati belingsatan Kangen tak karuan
Kepada Cinta-MuAku kelaparan
Apapun ongkosnyaKubayar sukarela

Tak sudah-sudah
Kok belum saja
Kok terus saja

Lagu Engkau Menjelang mempunyai lirik yang lebih sunyi, tentang kepatuhan dan kepasrahan total seorang hamba terhadap Sang Khalik.

“Dunia sudah habis bagiku, tak ada yang melezatkanku, ruang dan waktu hanya menipu, hidup mati menjebakku, sejak aku tahu, Engkaulah yang SEJATI”

Lagu Duh Gusti merupakan satu tembang lagu lama, lagu di kalangan Muhammadiyah, dengan lirik bahasa jawa yang terinspirasi dari salah satu ayat dalam Al Quran.

Duh gusti mugi paringo
ing margi kaleresan kados margining manungso
Kang panggih kanikmatan
Sanes margining manungso
Kang paduko laknati

Eling-eling siro manungso
Uripmu ana ing alam donyo

Ketika lagu ini dinyanyikan, pada layar muncul tulisan tentang Manunggaling Kawula Gusti, Bersatunya hamba dengan Tuhan di dalam hati seorang pemimpin.

“Duh Manunggaling kawula Gusti, di dalam dadamu, rakyat menyatu dengan Tuhannya. Jika kau sakiti rakyatmu, Tuhan murka kepadamu. Jika kau khianati Tuhanmu, tangis rakyat akan menguburmu”.
Lagu Sayang Padaku berbicara tentang cinta seorang hamba kepada penciptaNYa, Allah menempati posisi nomor satu di dalam hatinya.

Andaikan dunia mengusir aku dari buminya
Tak akan aku merintih
Juga tak akan aku mengemis
Segala kehendakNYA
Menjadi Surga bagi cintaku.

Yang spesial, pada malam kedua konser, hadir sebagai tamu kehormatan, maestro Idris Sardi memainkan biola di tengah-tengah lagu Garuda Sepi yang sedang dibawakan oleh Novia Kolopaking. Gesekan dawai biolanya yang begitu mengalun dan bernyawa mampu menghanyutkan hadirin ke dalam perenungan tentang makna di balik lirik lagu tersebut.

Sepinya Hati Garuda Dijunjung tanpa Jiwa Menjadi Hiasan Maya Oleh Hati yang Hampa Disayang tanpa Cinta Dipuja dan Dihina

Kalau beberapa lagu yang dibawakan sebelumnya berupa snack, makanan pembuka, pada puncaknya NVKK membawakan Lagu  jawa kuno, Manungso. Lagu ini sebagai menu utama, bahan perenungan kita sebagai manusia.

Manungso aja ngumbar nafsu lan angkaro
Anggonmu urip ning ngalam ndonyo
Para Malaikat juru pati
Nglirak anglrik sak kiwalan tengen ira
Anggone ngelrik iku malaikat
krana arep njabut sukma ya nyawan
iraanggone njabut nyawa iku malaikat
ngenteni dawuhe ingkang maha mulya

Man on the land
Don’t surrender to your greed and desire
on this short life,on this blind life of yours
When you believe, you have an angle
That stay by your side, there on your sight
While you never know the angle is…the angle is…
 


Konser Delapan terasa begitu hidup karena kemampuan Novia Kolopaking dalam berkomunikasi dengan para hadirin. Keterusterangannya menyampaikan ketidak-hafalannya akan lirik-lirik lagu yang dibawakan sehingga membawa “contekkan” melalui iPad di hadapannya, berhasil menghadirkan suasana cair dan mesra.

Lagu-lagu yang dibawakan NVKK hampir semuanya memukau dan menghibur para hadirin. Ini terlihat dari begitu riuhnya ruangan karena tepuk tangan para hadirin di setiap penghujung lagu yang terdiri dari berbagai genre musik: Jazz, pop, dangdut, dan kasidahan. Ada lagu barat sampai lagu jawa. Kiai Kanjeng dengan semangat persaudaraan antar lintas budaya, agama, dan suku, berhasil memadukan aransemen musik dari berbagai tradisi: Instrumen Jawa, Timur Tengah, dan modern. Yang menarik Lagu Shalom Alaechem menjadi begitu indah diperdengarkan karena lagu ini menggabungkan lagu-lagu pujian agama Yahudi, Christmas Carol, dan shalawatan.

Musik bisa begitu efektif mengikis sekat-sekat perbedaan dan kebencian antar pemeluk agama. Kalau sudah begitu, tidak tersedia ruang untuk saling benci. (kc/ega)

Senin, 13 Desember 2010

Biar Bingung Asal British



kebanyakan orang, Bahasa Inggris mungkin adalah sesuatu yang tidak sukar. Bahkan banyak di antara teman-teman sudah sedemikian lancarnya menggunakan Bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari. Musikpun kadang-kadang lebih suka dengan lirik Bahasa Inggris, pokoknya yang bau-bau bule deh. Tapi entah karena asupan nutrisi sejak lahir yang kurang atau kekurangan vitamin, daya tangkap saya terhadap Bahasa Inggris sangat sukar, boleh di bilang bodoh akut. Saya begitu susah untuk menggunakan Bahasa Inggris. Saya masih ingat, jaman STM dulu kalau ulangan pelajaran Bahasa Inggris harus mengulang beberapa kali untuk remidi. Apa karena kurang praktek apa kurang belajar bisa juga ya..

Tetapi beberapa kejadian memaksa saya untuk memakai bahasa Inggris terutama dalam pekerjaan sehari-hari. Benar juga kalau ada istilah "mau berusaha kalau sudah kepepet". Karena "kepepet" itulah saya akhirnya bergelut juga dengan Bahasa Inggris yang dulu jadi momok bagi saya. Pengalaman pertama harus berinteraksi dengan orang lain menggunakan Bahasa Inggris adalah waktu saya di Aceh dan klien perusahaan tempat saya bekerja adalah USAID ( Palang Merah Amerika Serikat ). USAID yang waktu itu sedang melakukan kegiatan kemanusiaan pasca tsunami di Aceh menggunakan layanan dari perusahaan tempat saya bekerja untuk layanan internetnya. Mereka lebih banyak menggunakan akses internet-nya untuk berkomunikasi pada dini hari waktu Indonesia, mungkin menyamakan waktu dengan jam kerja di negara asalnya, Amerika Serikat. Karena saat disini dini hari, di Amerika masih siang/sore hari.

Dan yang menjadi masalah adalah, operator-operator telekomunikasi di Indonesia jika akan melakukan pekerjaan untuk upgrade jaringan yang untuk sementara waktu harus mematikan sinyal adalah saat dini hari. Dengan estimasi pada jam-jam dini hari tersebut orang yang menggunakan layanan-nya sedikit sehingga kerugian akibat dari terganggunya jaringan telekomunikasi bisa di minimalisir. Pada saat itu pekerjaan upgrade di dini hari itu sedang banyak-banyaknya, jadi terganggulah kerjaan si bule-bule itu. Kemudian mereka komplain, berhubung saya pion dari perusahaan yang on site di daerah, jadilah saya tempat keluh kesah mereka via email. Dan email itu menggunakan Bahasa Inggris! itulah pertama kalinya saya berinteraksi menggunakan Bahasa Inggris. Tetapi karena menggunakan email jadi lebih mending, saya bisa pelan-pelan mengartikannya serta menjawabnya pun bisa nyontek-nyontek ke google translate.

Pengalaman kedua adalah ketika bekerja di Semarang dan harus berinteraksi dengan engineer dari vendor-vendor yang berasal dari India. Pernah suatu hari, kami mendapat tugas dari kantor untuk melakukan pekerjaan upgrade jaringan di malam hari. Saya memberi judul "Semalam Suntuk Bersama Syahrul Khan". Karena keterbatasan saya menggunakan Bahasa Inggris, jadilah kita bercakap menggunakan bahasa isyarat. Persis tayangan TVRI jaman dahulu ketika menyiarkan berita, di mana di pojok bawah ada penerjemah menggunakan bahasa isyarat.

Dan 2 bulan disini saya di hadapkan kepada kenyataan "kepepet" lagi. Saya harus berinteraksi dengan engineer-engineer dari Filipina. Tapi mungkin ini cara Tuhan untuk membuat saya mau belajar, karena harus "kepepet" berkomunikasi untuk kerja itulah mau tidak mau saya harus belajar Bahasa Inggris lagi. Alhamdulillah semuanya tampak lancar, meski kadang harus bertanya ke google translate. Tapi keberanian untuk mencoba berani berinteraksi lumayan berkembang. Benar juga kata guru Bahasa Inggris saya jaman SMP, " Bahasa bisa karena biasa". Dengan orang Filipina ini akhirnya bisa kenal secara personal dan semakin intens buat belajar, minimal ngobrol-ngobrol dengan Bahasa Inggris. Masih bisa mengikuti sampai ada permintaan mereka yang membuat saya menyerah. Yaitu permintaan mereka agar saya menerjemahkan lagu kesukaan mereka ke dalam Bahasa Inggris. Judulnya : Ya Sudahlah - Bondan! Terima kasih buat yang sudah membantu menerjemahkan :)

Kata JAMRUD : " Biar Bingung Asal British "

Senin, 06 Desember 2010

Maliq And D Essentials - Mata Hati Telinga

Satu cerita tentang manusia
Coba ‘tuk memahami arti cinta
Benarkah cinta diatas segalanya
Hanyakah itu satu-satunya

Yang menjadi alasan untuk menutup mata
Tak melihat dunia yang sesungguhnya
Dan menjadi jawaban atas semua tanya
Yang kita harap mampu mewujudkan sebuah akhir bahagia

Reff:
Buka mata hati telinga
Sesungguhnya masih ada yang lebih penting dari sekedar kata cinta ooo..
Yang kau inginkan tak selalu
Yang kau butuhkan mungkin memang yang paling penting
Cobalah untuk membuka mata hati telinga

Adakah kau rasakan kadang hati dan fikiran
Tak selalu sejalan seperti yang kau harapkan
Tuhan tolong tunjukkan apa yang ‘kan datang
Hikmah dari semua misteri yang tak terpecahkan

Back to Reff: 2x

Buka mata hati telinga
Buka mata hati telinga
Coba kau buka mata hati telinga
Mata hati telinga

Selasa, 23 November 2010

Adventorial - Campursari.Net

Monggo ingkang badhe nguri-nguri Kabudayan Jawi saget midangetaken tembang Campursari wonten ing :


Sugeng Midangetaken :)

Jumat, 22 Oktober 2010

Zona Nyaman

Lama tidak pernah saya lihat langit cerah di kota ini. Kota berjuta-juta orang Indonesia menggenapkan usaha untuk sebuah nilai kemanusiaan. Tak pernah ada awan biru yang indah, tak pernah ada semburat langit yang menyilaukan. Pekat memang, tapi di sinilah segenap daya dan upaya harus di usahakan dengan sungguh-sungguh. Dengan keyakinan bahwa ada terang setelah gelap. Ada atas setelah bawah, ada keberhasilan ketika kita mau belajar nilai kehidupan dengan ikhlas.

Sudah 2 minggu ini saya mulai mengadu nasib di kota ini. Meninggalkan sebuah zona dimana kebanyakan orang sangat menikmatinya. Sebuah tempat kerja di mana suasanya begitu kekeluargaan, keakraban yang mengalir di sebuah bukit di Kota Semarang. Fasilitas kerjanya juga sangat bagus, ada jaminan asuransi, tunjangan, juga pendapatan yang sangat baik bagi saya sebagai orang kampung. Saya mencintai tempat itu, andaikan kantor itu adalah sebuah klub sepakbola dan saya pemain yang bermain di klub itu, mungkin saya pernah punya keinginan menghabiskan karir saya sampai gantung sepatu di tempat itu. Seperti cinta Paolo Maldini pada AC Milan, Ryan Giggs & Gary Neville pada Manchester United. Saya benar-benar menyebut sebuah kantor di Bukit Gombel itu sebagai "zona nyaman".

Tapi akhir bulan kemarin saya harus berani untuk mengambil keputusan untuk resign dari tempat itu. Tempat itu memang nyaman, tapi datar. Tempat itu memang tenang, tapi saya ingin terus berkembang. Saya ingin memenuhi diary kehidupan saya dengan sesuatu yang fluktuatif. Tidak datar-datar saja. Meski awalnya berat, tapi saya kira ini hanya proses, dari sebuah zona nyaman ke tempat kerja baru sekarang yang mungkin masih samar-samar. Tapi yang saya yakini, tempat kerja yang baru ini akan mengoptimalkan kemampuan saya. Melaksanakan pekerjaan dari project ke project meski kadang tanpa kepastian. Di balik gemerlap ini saya hanya berharap bahwa keinginan saya untuk suatu waktu bisa kembali ke kampung halaman bisa terwujud dengan modal dari kerja disini.

Hari ini saya masih bermimpi, suatu saat saya bisa membangun kehidupan saya di kampung halaman. Mendirikan rumah belajar untuk anak tidak mampu, membuat Taman Pendidikan Quran, juga membuat Sekolah Sepakbola. Saya masih punya harapan bahwa saya bisa kembali, ke kampung saya, juga ke bukit dimana saya menemukan sebuah kehidupan disana, Gombel.

*tulisan gak konsen di tengah hujan, berharap kost saya di tengah ibukota ini tak kebanjiran :)

Kamis, 21 Oktober 2010

Kutipan Kiai Kanjeng

Beberapa kutipan dari twitter Kiai Kanjeng @kiaikanjeng


1. Jangan kau tanya keyakinan apa yg menjadi musuhku, kristen, katholik, hindu atau apapun bukanlah musuhku, bahkan setanpun bukan musuhku
2. Bernyanyilah & jangan kau kuatir bernyanyi, fals suaramu tak sebabkan kau masuk neraka, asal bukan otak & output sosialmu yg fals
3. Memilih surga atau neraka 100% adalah urusan anda, tak seorangpun yg berhak MEMAKSA ke surga apalagi menentukan HARUS ke neraka
4. Ambisi itu janganlah dibunuh tetapi TATAlah, syahwat jangan kau matikan tapi TEMPATkan pada takarnya. Bijaklah untuk tidak menjadi binasa
5. Ayam tidak bisa terbang, burung bisa terbang, tetapi burung tidaklah lebih hebat dari ayam. Jangan merasa lebih hebat atas apapun karena itu Jubah Tuhan-mu
6. Ning ndunyo piro suwene, njur bali ning panggonane, ning akerat yo sejatine 
7. Mung amal becik yo sangune, nanging ojo ngucap 'bodo yo ben', golek ilmu kudu telaten
8. Orang angon bebek itu selalu di belakang, jgn SOK kalau merasa terdepan sebab BEBEK tidak perlu paham bahwa dirinya BEBEK. Banggalah kau wahai para ISTRI
       

Kamis, 14 Oktober 2010

Re-Publish : JAKARTA

Re-Publish tulisan saya di blog ini tanggal 24 April 2008, Jakarta


Hidup di Jakarta dengan rutinitas yang hanya terfokus pada pekerjaan, bagi sebagian orang kadang sangat menjemukan. Terlebih dengan kondisi Jakarta yang tidak bersahabat bagi pendatang baru seperti saya. Rasanya tidak ada waktu untuk diri sendiri ketika sebuah tuntutan mengharuskan untuk bekerja dengan intensitas waktu yang sangat tinggi.

Kadang saya merasakan waktu yang mengalir begitu cepat, " baru pagi dah pagi lagi" begitu gumam saya. Saya merasa seperti dikejar-kejar waktu yang terus menekan untuk terus berlari.

Rutinitas baru untuk mengikuti alur kehidupan di Jakarta harus saya ikuti. Saya harus membiasakan diri dengan sesuatu ritme hidup yang jauh berbeda dengan apa yang telah saya rasakan selama ini. Memanage waktu menjadi kata kunci untuk dapat mengikuti alur kehidupan disini. Sekarang saya harus membiasakan diri untuk tepat waktu serta mengatur kegiatan-kegiatan saya. Berhimpit-himpitan di bus, naik ojek, jalan kaki menjadi menu wajib untuk "mengejar waktu". Waktu menjadi hal yang sangat langka disini.

Kata orang kota ini sangat tidak menyenangkan. Macet, panas, bising menjadi bagian hidup kehidupan di Jakarta. Namun disatu sisi saya sangat menikmatinya. Saya sangat enjoy hidup di kota ini. Saya benar-benar bisa "powerfull" untuk memacu diri saya mencapai apa yang saya sebut dengan "kesuksesan hati". Kadang seorang teman bertanya, "kamu senang ya hidup di Jakarta?" saya jawab dengan mantap, "ya, sangat menyenangkan".

Namun banyak hal yang mengganjal saya tentang kota ini. Dimana berlaku hukum rimba di jalanan, sikap acuh dan "tak mau peduli dengan orang lain". Kadang hati kecil saya "berontak" melihat kenyataan-kenyataan itu. Jalan raya serasa menjadi dunia tanpa hukum, tanpa rasa menghormati, terlebih rasa "berbagi dan menghargai".

Yang kuat yang menang, yang lemah yang kalah begitu kata teman saya yang lain menanggapi tentang Jakarta. Namun memang kenyataan seperti itulah yang nampak di kota ini. Sebuah ironi kehidupan yang sangat dalam. Gambaran pencapaian hidup yang saling bertolak belakang.

Banyak pemandangan disini yang kadang kala membuat hati saya "menangis". Pernah suatu malam saya menjumpai seorang ibu cacat yang untuk berdiri menopang dirinya saja kesusahan, namun dia harus naik turun dari satu bus ke bus yang lain untuk mengamen di tengah rintik hujan. Sering juga di"curhati" tukang-tukang ojek tentang kehidupan mereka. Melihat bagaimana ditengah malam seorang ibu menjajakan gorengan ditengah hujan untuk menyekolahkan anaknya di kampung. Lebih sering pula melihat dan mendengar keluhan security BTS yang harus merantau dari kampung ke Jakarta namun hanya mendapat upah tak lebih dari seorang buruh tani dikampung. Padahal untuk melamar pekerjaanpun dia harus membayar jutaan rupiah!!

Begitu keraskah hidup di kota ini? Apa memang ini bagian dari roda kehidupan? ataukah "tidak ada perasaan" dihati orang-orang itu?

Aku terus merasa,, Atau aku harus berpaling?

Siti Bugiah

Cerita ini sebenarnya di mulai di bulan ramadhan lalu. Waktu itu hari Jumat, jam yang terekat di tangan kiri saya menunjuk 16.30. Hari itu saya ada di Jakarta untuk datang ke kantor dimana saya biasa bekerja sama dengan mereka untuk pekerjaan di kantor lama saya. Setelah selesai acara, hujan turun deras. Sedangkan sore itu saya harus kembali ke Semarang karena sudah memesan tiket kereta api ke Semarang pukul 19.20 dari Stasiun Senen. Saya sangsi apakah bisa sampai di stasiun pada jam itu, karena sudah menjadi hal lazim Jumat sore di Jakarta pasti macet apalagi di tambah dengan hujan. Jika naik Busway pasti waktunya tidak cukup karena harus menuju ke Blok M kemudian di Harmoni pindah rute. Mungkin naik taksi bisa lebih cepat menurut saya.

Kemudian dengan memanggil taksi berhentilah sebuah taksi di depan kantor. Di tengah rintik hujan itu naiklah saya ke dalam taksi. Agak terkejut, ternyata driver taksi yang ada di dalam adalah seorang perempuan. Baru kali ini saya mendapati driver taksi perempuan, yang tiap hari harus menembus kemacetan Jakarta yang sedemikan parah. Kira-kira umurnya sekitar 35 tahun. Sampai di dalam beliau menyambut dengan ramah, bertanya tujuan saya. Hmm.. saya agak tertegun sedikit, mungkin bisa dibilang salut untuk pekerjaan beliau. Sesaat setelah taksi melaju, beliau mulai membuka percakapan. Asalnya dari mana, mau kemana dan sebagainya. Obrolan kemudian berjalan asyik, beliau nyambung banget. Setelah itu gantian saya yang bertanya, asalnya mana, tinggal dimana. Beliau tidak keberatan untuk menjawabnya.

Beliau asli Jakarta (asli Betawi katanya), tinggal di Jakarta bagian selatan bersama 2 orang anaknya. Saya tidak berani bertanya lebih lanjut tentang suami dan sebagainya karena takut beliau tersinggung. Karena sebelumnya beliau bilang tinggal hanya bertiga dengan kedua anaknya yang masih SD. Perbincangan berlanjut "ngalor ngidul" di tengah kemacetan Jakarta sore itu. Intinya saya benar-benar salut untuk usaha beliau, saya yakin beliau pasti mau bekerja berat seperti itu untuk anak-anak beliau. Mungkin inilah Jakarta, dimana orang harus bekerja apapun itu asal tetap bisa survive. Satu pelajaran yang saya ambil dari beliau, kerja keras!. Tidak perlu malu untuk sesuatu yang baik. Dan yang pasti saya melihat keikhlasan yang luar biasa pada beliau.

Pelajaran menjelang buka puasa yang luar biasa di tengah kemacetan Jakarta. Sesaat kemudian adzan maghrib berkumandang, kami masih terjebak macet di pusat ibukota negeri ini. Saya yang tidak membawa bekal apa-apa ditawari berbuka dengan roti yang beliau bawa dari rumah. Sesaat sampai Gambir saya mampir membeli minum, itung-itung mengganti roti yang beliau kasih untuk saya. Dan tepat pukul 19.00 kami sudah sampai di Stasiun Senen, alhamdulillah tidak terlambat, begitu gumam saya. Beliau memberi nomor telfonnya dan berpesan nanti kalau di Jakarta mau kemana-mana pakai taxi beliau saja. Hari itu saya mendapat rejeki yang luar biasa : Nilai kehidupan, Buka puasa, juga pekerjaan baru :)

Dan sekarang saya sudah ada di Jakarta, dan tadi pagi saya bertemu beliau lagi untuk mengantar saya bepergian. Beliau bertanya tentang keluarga & masih memberi sekedar nasihat untuk bisa "temata" tinggal di Jakarta. Di dalam taksi itu masih saya temui ID Card yang sama seperti beberapa bulan yang lalu saya pertama bertemu beliau, Siti Bugiah.

Jakarta, 14 Oktober 2010

Selasa, 31 Agustus 2010

Rintoko

Namanya Rintoko, sudah 8 tahun kami saling mengenal. Dari sebuah sudut sekolah di Purwokerto kami saling mengenal. Dari tidur di kelas, bolos, sampai makan di siang hari di bulan puasa. :) Beberapa kejadian semakin menguatkan persahabatan kami. Meskipun perbincangan kami tak jauh-jauh dari tema pacaran. Hehehe =))

Tapi keadaan sekarang sudah berbeda. Dia sudah lebih dewasa dibanding saat kami bertemu 8 tahun lalu. Dia sudah merintis jalannya. Semoga kesuksesan tercurah untukmu kawan. Semoga kau juga bisa mewujudkan mimpimu untuk mendirikan sebuah Panti Asuhan. Subhanallah, keinginan yang sangat mulia. Semoga bisa terwujud, amin :)

Jakarta Pagi Ini

Jakarta, 2 Juli 2010

Pagi ini berjalan dengan penuh tergesa-gesa. Di sebuah kamar dengan gravitasi yang berada di lantai 11 aku membangunkan diri. Hari ini kau harus kembali dari keramaian ibukota. Sepiring nasi, ikan, serta secangkir teh sempat mengisi perut sebelum check out. Di sudut lobby, senyum manis khas orang Indonesia timur dari petugas menyambutku. Dengan cekatan beliau mengerjakan administrasinya. Setelah semua selesai, dengan masih menahan kantuk aku berjalan keluar. Sesampai di ujung jalan segera kupanggil tukang ojek yang sudah berjejer di perempatan.

Setelah tawar menawar ongkos dengan tukang ojek yang logatnya khas Banyumas bagian selatan, kesepakatan harga di sepakati. Langsung aku duduk di jok di belakang ojek. Lalu lintas jakarta menyambut seperti biasa. Letupan suara gas kendaraan yang berirama, seperti  menyiratkan kesombongan yang dalam. Ini Jakarta, tempat dimana asa jutaan manusia Indonesia tertambat. Lampu merah tak lebih dari sekedar penghias. Dari keramaian & kemacetan ini seharusnya aku bersyukur, tak setiap hari aku mengalaminya. Harusnya aku bersyukur masih memacu kendaraanku dengan cepat jam berapapun di Semarang.

Kira-kira 10 menit, sampailah di Stasiun Gambir. Sebenarnya dulu sering lewat depan stasiun. Tapi baru kali ini masuk ke dalam. Stasiun Gambir mengingatkanku akan permainan monopoli edisi nasional yang sering aku mainkan waktu kecil. Stasiun Gambir dalam permainan monopoli ada di 2 kotak setelah Start di samping Monas, satu blok area dengan Bogor. :) Sesampai di Gambir langsung naik ke Bus Damri Bandara, tak lama kemudian bus segera berangkat. Di kanan kiri sepanjang perjalanan kulihat banyak gedung menjulang, inilah tempat dimana orang-orang berpacu dengan waktu tiap hari demi sebuah kehidupan yang banyak fase-nya.

Satu jam berlalu sampailah di Bandara, tempat dimana 2 Proklamator Bangsa di abadikan namanya. Seperti bandara pada umumnya, lalu lalang banyak orang dengan denotasi yang berbeda-beda. Inilah pintu gerbang Indonesia, sebuah gapura ketika orang-orang manca akan mengunjungi Indonesia. Setelah check in dan sebagainya, akhirnya sampai juga di ruang tunggu. Selang beberapa menit kami di persilahkan untuk masuk ke dalam pesawat.

Setelah semuanya siap, mulai berjalanlah itu pesawat. Bismillah gumamku dalam hati. Pesawat mulai naik perlahan. Ketika sudah dalam posisi normal, ku coba melihat keluar dari jendela. Subhanallah, pemandangannya begitu bagus siang itu, cerah dan pemandangan di bawah begitu jelas kelihatan. Dari atas terlihat kota Jakarta dengan jelas, dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Bahkan sesaat terlihat monas dengan 4 cabang jalannya. Selama beberapa kali naik pesawat, inilah pemandangan terbaik yang pernah ku lihat.

Duduk di sampingku 2 orang bule yang sibuk memegang peta Indonesia di tangannya. Sekilas dari obrolannya mereka adalah 2 backpaker yang sedang berkeliling Indonesia. Hmm.. Aku jadi berfikir, kapan ya aku bisa cuti dari kerjaanku, berkeliling Indonesia. Menjangkau Belawan, Padang, Sampit, Labuan Bajo, Manado sampai Raja Ampat. Beberapa saat kemudian disebelah kananku terlihat 3 gunung yang berjajar. Yup, aku bisa memastikan kalau itu adalah Gunung Slamet, Sindoro, & Sumbing. Pegunungan dimana basic kehidupanku dibentuk.

Sesaat kemudian pesawat mendarat setelah agak lama berjalan-jalan di udara karena Bandara di Semarang yang sedang sibuk untuk latihat pesawat kemiliteran. Konyol, jalan-jalan kok di udara. Setelah turun, bergegas aku langsung kembali ke kantor. Sepanjang perjalanan bandara sampai ke kantor, ku putar lirih sebuah lagu tempo dulu :
"Ke Jakarta aku kan kembali.. Walaupun apa yang kan terjadi... " ( Koes Plus )

Jumat, 18 Juni 2010

Sang Penghibur

Setiap perkataan yang menjatuhkan
Tak lagi ku dengar dengan sungguh
Juga tutur kata yang mencela
Tak lagi ku cerna dalam jiwa

Aku bukanlah seorang yang mengerti
Tentang kelihaian membaca hati
Ku hanya pemimpi kecil yang berangan
Tuk merubah nasibnya…

Oh… bukankah ku pernah melihat bintang
Senyum menghiasi sang malam
Yang berkilau bagai permata
Menghibur yang lelah jiwanya
Yang sedih hatinya
Yang lelah jiwanya
Yang sedih hatinya

Ku gerakkan langkah kaki
Di mana tempat akan bertumbuh
Ku layangkan jauh mata memadang
Tuk melanjutkan mimpi yang terutuh
Masih ku coba mengejar rinduku
Meski peluh membasahi tangan
Lalah penat tak menghalangiku
Menemukan bahagia

O… O…
Bukankah ku pernah melihat bintang
Senyum menghiasi sang malam
Yang berkilau bagai permata
Menghibur yang lelah jiwanya
Yang sedih hatinya
Yang lelah jiwanya
Yang sedih hatinya
Yang lelah jiwanya

Oo..
Bukankah ku bisa melihat bintang
Senyum menghiasi sang malam
Yang berkilau bagai permata
Menghibur yang lelah jiwanya

Bukankah hidup ada penghentian
Tak harus kencang terus berlari
Ku helakan nafas panjang
Tuk siap berlari kembali…
Berlari kembali..
Melangkahkan kaki
Menuju cahaya

Bagai bintang yang bersinar
Menghibur yang lelah jiwanya
Bagai bintang yang berpijar
Menghibur yang sedih hatinya

Sang Penghibur - Padi

Ya Sudahlah

Juga ku tahu lagi problema kan terus menerjang
Bagai deras ombak yang menabrak karang
Namun ku tahu.. Ku tahu kau mampu tuk tetap tenang
Hadapi ini bersamaku hingga ajal datang
Ya Sudahlah - Bondan Prakoso & Fade 2 Black

Jumat, 07 Mei 2010

Senandung Orang Proyek

Tiap malam, setiap waktu untuk nongkrong di angkringan saya selalu memandang kesuatu sudut. Sudut itu ada dibawah pohon rindang, lurus dengan penjual VCD bajakan yang memutar dangdut dan lagu lama seangkatan Koes Plus dan Obbie Messakh. Sudut itu tiap malam menjadi pelepas penat buat banyak orang. Dibawah rindangnya pohon itu, selalu berkumpul orang-orang pekerja proyek. Mereka pekerja dari luar kota yang mengadu nasib menjadi tukang bangunan yang dibayar harian, membangun sebuah bangunan di Semarang. Ba'da maghrib mereka melepas lelah dengan duduk dibawah pohon, berkaca lurus pada penjual VCD. Mencoba menerawang keluarga mereka di kampung dengan nyanyian-nyanyian syahdu.

Aku kagum dengan mereka, dengan semangat mereka, dengan kerendahan hati mereka. Kagum dengan perjuangan mereka untuk impian keluarga-keluarga mereka di kampung. Aku ingin seperti mereka, menjadi pelita bagi keluarga dan anak-anak mereka.

Efek Pekerjaan

Sejak lulus STM alhamdulillah saya selalu bekerja di dunia Telekomunikasi. Dunia telekomunikasi ini dunia yang tidak pernah berhenti bergerak. Bagi saya yang ada di teknik, service kepada pelanggan harus tetap berjalan, tak peduli itu hari libur, hujan besar, dini hari. Suatu perangkat telekomunikasi yang sudah live, harus terus hidup sepanjang perangkat itu masih dipakai. Perangkat-perangkat ini akan terus selalu upgrade sejalan dengan perkembangan dan teknologi baru. Serta yang paling penting adalah perangkat itu bisa mengikuti dinamika pasar telekomunikasi. Kondisi pasar telekomunikasi sendiri sangat fluktuatif, terlebih di Indonesia dengan tingkat persaingan pasar yang sangat tinggi.  

Sudah 2 tahun ini saya bertugas di kantor ini. Tepatnya di bagian core network, spesialisasi saya adalah MSS/MGw Engineer. Saya bekerja sama dengan tim, yang terdiri dari 3 orang. Kami menghandle sekitar 17 node yang menghandle area Jawa Tengah. Pekerjaan ini mengharuskan saya untuk standby pada hari kerja, dan 7 x 24 jam ketika saya oncall. Pada saat oncall, jam berapapun ada trouble yang diinfokan dari NOC (Network Operation Center) saya harus menghandle alarm tersebut. Untuk alarm-alarm minor mungkin bisa dibaikan dan ditunda sampai jam kerja, tapi untuk alarm-alarm yang critical dimana mempengaruhi traffik dan service kepada pelanggan maka harus diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya :)). Misalkan di tengah malam, ada info trouble dan itu alarm critical maka kita harus cepat-cepat untuk menyelesaikannya, misal tidak bisa di remote dari kost maka kita harus datang ke kantor saat itu juga.

Dulu, awal-awal disini menghadapi trouble-trouble ini saya agak gugup. Tapi mungkin gugup yang positif. :) Menerima trouble, saya buru-buru datang ke kantor dan menyelesaikannya meskipun itu jam 11 malam dan posisi hujan. Saya begitu menikmatinya. Tapi ketika sekarang sudah 2 tahun disini, rasanya biasa-biasa saja. Ketika ada trouble malam yang "kurang" urgent, saya seakan-akan malas untuk datang ke kantor. Mungkin karena jenuh. Padahal kalau mau berfikir dengan logika hal ini sangat tidak dibenarkan. Misalnya ada perangkat saya yang trouble dan mungkin pelanggan akan merasakan efeknya, misalnya susah call dan sebagainya. Misalnya 1 pelanggan yang ada di area yang mengalami trouble itu adalah ibu hamil yang sudah mau melahirkan. Sedangkan dia tidak bisa menelepon ke dokter / rumah sakit untuk menolong kelahirannya karena jaringan yang sedang ada trouble. Wah betapa saya merasa bersalah kalau seperti itu.

Tapi bayangan perandaian itu saya jadikan patokan. Bahwa seberapa kecilnya efek trouble itu pasti ada efeknya kepada pelanggan. Padahal banyak hal yang menggangu pelanggan ketika mereka tidak bisa menerima layanan dengan baik. Mudah-mudahan dengan ini saya semakin semangat kerjanya. Memberikan layanan terbaik yang saya bisa berikan ke pelanggan. Minimal pahala dari mereka yang bisa bersilaturahmi dengan jaringan ini kecipratan juga untuk saya.. Amin.. :)

Merinding

Banyak hal dalam hidup yang membuat hidup kita berwarna. Banyak juga kejadian yang membuat kita bangga, senang bahkan sampai merinding. Ada banyak hal yang membuat saya merinding setiap mengalaminya.

1. Mendengarkan Lagu Indonesia Raya dinyanyikan puluhan ribu suporter dalam 1 stadion ketika menonton pertandingan sepakbola


2. Mendengar suara nyanyian suporter sepanjang pertandingan di stadion


3. Menonton pertandingan bulutangkis tim nasional Indonesia 

Rabu, 05 Mei 2010

Glenn Fredly - Pada Satu Cinta

Masihkah mungkin
Ku kembali tuk mengisi harimu
Yang jelas hati
Ku tak lagi sanggup jauh darimu

Chorus:
Aku kan berjanji
Takkan mengulang segala kesalahan
Aku kan mengabdi
Pada satu cinta dan itu dirimu
Jujur ku hanya seorang lelaki
Yang terkadang tak lepas dari goda

Harus kumiliki
Kesempatan tuk menyayangmu lagi

Chorus:
Aku kan berjanji
Takkan mengulang segala kesalahan
Aku kan mengabdi
Pada satu cinta dan itu dirimu
Jujur ku hanya seorang lelaki
Yang terkadang tak lepas dari goda

Kulihat kau ragu
Adakah yang telah mengganti aku

Chorus:
Aku kan berjanji
Takkan mengulang segala kesalahan
Aku kan mengabdi
Pada satu cinta dan itu dirimu
Jujur ku hanya seorang lelaki
Yang terkadang tak lepas dari goda

Jumat, 30 April 2010

Pagi Ini

Pagi ini..
Telah kukemasi fotonya dari dompetku
Agar kamu tau..
Aku tak mau terbelenggu dengan masa lalu..

Pagi ini..
Telah kuterima pesan singkatnya
Bertutur kata..
Sedang berbahagia menanti kelahiran buah hatinya..

Pagi ini..
Esok hari..
Kita akan terus menguatkan..
Dengan cinta..

Meski hanya diam

Kamis, 29 April 2010

The Pursuit of Happyness



Cerita film ini dimulai pada tahun 1981 di San Francisco, California. Linda dan Chris Gardner hidup di sebuah apartemen kecil bersama anak mereka yang berusia 5 tahun, Christopher. Chris adalah seorang salesman yang menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang (Bone Density Scanner) portable. Scanner ini memang mampu menghasilkan gambar lebih baik dari X-ray, tetapi kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Linda, istrinya, bekerja sebagai buruh di sebuah laundry. Keluarga kecil ini mulai terpecah ketika mereka menyadari bahwa mereka tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan-tagihan yang semakin menumpuk. Keadaan diperparah oleh kebiasaan Chris yang memarkir mobilnya sembarangan. Karena tak mampu membayar surat tilang, mobil Chris akhirnya disita. Puncaknya, Linda pergi meninggalkan Chris dan pergi ke New York City. Awalnya ia hendak membawa serta Christopher, namun urung atas permintaan Chris.

Dalam keadaan putus asa, Chris tak sengaja berjumpa dengan seseorang yang membawa Ferari warna merah. Chris bertanya kepada orang itu, pekerjaan apa yang ia lakukan sehingga mampu membeli mobil mewah? Orang tersebut menjawab bahwa ia adalah seorang pialang saham. Sejak saat itu Chris memutuskan untuk berkarir sebagai pialang saham.

Chris menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik. Dalam masa magang yang tak dibayar itu, Chris mulai kehabisan uang. Akhirnya ia diusir dari rumah sewanya dan menjadi tuna wisma. Selama beberapa hari ia tidur di tempat-tempat umum, namun kemudian ia memutuskan untuk tidur di rumah singgah Glide Memorial Chruch. Karena keterbatasan tempat, mereka harus mengantri untuk mendapatkan kamar. Kadang mereka berhasil, kadang gagal dan terpaksa tidur diluar. Kemiskinan dan ke-tunawisma-an ini semakin mendorong tekad Chris untuk menjalankan tugas dengan giat dan mendapatkan pekerjaan di Dean Witter Reynolds.
Di akhir cerita, Chris berhasil menjadi peserta terbaik dan diterima bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich. Pada tahun 2006, ia menjual sebagian kecil sahamnya dan berhasil mendapatkan jutaan dolar dari penjualan itu.

Rabu, 28 April 2010

Planning Keuangan


Setelah membaca tulisan di blog www.ilmapratidina.com yang berjudul Terima Kasih Agenda, saya terinspirasi juga untuk melakukan hal yang sama. Agenda yang membantu untuk berdisiplin, memotivasi untuk bergerak, membuat planning serta mengontrolnya. Awal bulan ini saya mencoba membuat agenda keuangan saya. Menurut saya ini hal yang paling urgent karena ketidakbecusan saya mengatur keuangan pribadi. Boros, kata tepatnya. Dengan membuat planning ini saya berharap lebih bisa mengendalikan keuangan saya dan tentunya cukup sampai detik-detik akhir anti kembang kempis lagi. :)

Awal bulan setelah gajian saya mencoba membuat rancangan keuangan untuk bulan ini. Saya bagi kebutuhan primer dan kebutuhan tambahan. Memang semuanya serba saya efisienkan seminimal mungkin, bukan bermaksud pelit, tapi lebih kepada planning. Toh, pelaksanaanya juga tak harus selalu baku dan kaku. Harus bisa goyang sana goyang sini biar semuanya cukup, karena keterbatasan pendapatan. Hehe.

Setelah saya mencoba memplaningkan semua dan mencoba untuk tetap berjalan dengan koridor yang sudah saya planingkan, alhamdulillah semua berjalan lancar. Akhir bulan yang sebelumnya menjadi momok alhamdulillah tidak lagi karena masih ada recehan di kantong berkat penghematan di awal bulan. Kebutuhan bulan ini yang banyak juga alhamdulillah tercukupi karena ada pemasukan tambahan yang lumayan. Alhamdulillah ya Allah.. Mudah-mudahan bulan depan tetap bisa memplaningkan dan apa yang menjadi kebutuhan bisa tercukupi.. Amin..

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Aku Tak Tau Alasanmu

Sudah 3 hari ini aku mencari jejakmu. Dari inbox, facebook, gtalk, dan YM kucari accountmu. Tapi ku tak temukan dirimu disana. Aku yakin, pasti ada yang salah denganku, dengan sikapku, dengan langkahku, dengan ucapku bahkan mungkin dengan diamku. Beberapa hal sudah kita lewati, ketika kita saling diam, berbagi senyum, berbagi peluh ketika diri kita dihadapkan dengan masalah, berbagi bahagia ketika kita bisa bermimpi akan hari depan kita..

Kita telah melewati banyak hari dimana hari-hariku dipenuhi dengan motivasimu yang membuat semangatku membuncah setiap hari. Dengan pertanyaan-pertanyaan sederhanamu yang membosankan tapi membuat hidupku berwarna. Mungkin kamu telah bosan dengan diamku. Telah bosan dengan sikapku. Mungkin menjadi salahku, ketika aku tak bisa menunjukkan sikap seperti orang lain mencintai pasangannya. Aku terlalu egois dengan diriku dan problematikaku. Aku sangat mengakui itu..

Yang aku tau, wanita membutuhkan kepastian. Ketika kita menyusuri sebuah jalan di negeri antah berantah yang belum pernah kita jejaki. Kita pasti tidak tau apakah ending dari jalan itu akan seindah yang kita bayangkan. Tapi minimal kita harus tau seperti apa jalan yang kita lalui, apakah akan lurus tanpa halangan, atau berbelok-belok, naik turun dan banyak lobang. Mungkin itu definisi kepastian yang kamu inginkan. Dan meskipun aku punya peta, tapi sampai sekarang tidak bisa mendefinisikan jalan yang akan kita lalui itu seperti apa karena problematika-ku yang mungkin untuk sementara mengalihkan fokusku untuk kamu dan aku..

Tapi mungkin ini aku, orang yang kamu coba pahami. Ini aku dengan karakter tak sebaik yang kamu tau. Aku dengan egoisku, aku dengan segala problematikaku yang kubuat sendiri dan akan menjadi bom waktu buatku. Aku sebagai gambaran keluargaku. Hari ini aku tak tau alasanmu pergi. Bukan aku tak mau menghubungimu, membalas pesanmu. Aku menganggap kamu lebih jujur kepadaku ketika menuliskannya di blogmu.

Selasa, 27 April 2010

Mempertimbangkan Tradisi - Prie GS

IZINKAN saya mengutip salah satu judul buku WS Rendra ini: Mempertimbangkan Tradisi. ”Bangsa tanpa tradisi adalah bangsa yang hilang,” kata penyair ini.

Rendra sudah pergi, tetapi pesan-pesannya atas tradisi mengganggu saya hingga kini. Sementara tradisi kita melemah, tradisi pihak lain menguat. Sementara mereka menengah, kita meminggir. Kepada mereka tersedia seluruh peran utama, kepada kita hanya tersisa peran-peran figuran saja.

Sementara pihak lain membuat handphone kita cuma  sanggup menjual pulsa. Sementara mal-mal raksasa dibangun kita cuma kebagian menjadi penjaga. Sementara mereka membuat mobil, kita sekadar tukang kreditnya. Inilah hasil dari kekalahan tradisi itu.

Pihak yang kalah itu terpaksa mengenakan seluruh pakaian yang ukurannya ditetapkan pihak lawan. Kita menjadi serupa tawanan perang, pihak yang setelah kalah pun masih harus membayar pampasan. Bentuknya adalah kekalahan peran yang telak: yakni sekadar menjadi pelayan, pembuat chasing, tukang servis, tukang catat, kuli angkut, jago kepruk dan seterusnya.

Serendah itulah derajat manusia Indonesia? Tidak, jika bangsa ini sukses memperkembangkan tradisinya. Tapi jangankan diperkembangkan, tradisi itu, dipertimbangkan saja sering tidak. Jika sebuah jalan tol dibangun, siapakah pemegang tradisi besar di sebaliknya? Pasti bukan para petani, karena banyak petani malah kehilangan sawahnya demi proyek ini.

Jika sebuah mal raksasa dibangun, adakah ia bertumpu pada kepentingan masyarakat terbesar kita? Saya ragu, jika kehadiran pusat belanja malah menyebabkan kematian pasar tradisional dan warung-warung kelontong sebagai basis ekonomi publik yang nyata.

Maka gerakan besar bangsa ini ke depan harus segera diselenggarakan. Apa bentuknya? Perlawanan tradisi. Jika Eropa  sanggup mengembalikan mebel kita cuma karena keliru cara kita memaku, itulah keteguhan tradisi namanya. Mereka memiliki keteguhan membangun harga. Kepada mereka, akhirnya kita terpaksa cuma menjual barang dengan standar yang mereka tetapkan.

Sementara kepada kita, rasanya orang lain boleh berjualan apa saja: sampah, barang rongsok, ban bekas, kosmetik beracun, makanan berpengawet, zat warna berbahaya dan seterusnya.  Inilah kekalahan tradisi. Tradisi kita dalam menghargai diri sendiri memang terkenal rendah sekali.

Maka menjadi jelas, bahwa para penjaga tradisi itu, terutama, bukanlah publik semata-mata, tetapi para politikus, para  pemimpin, pembuat undang-undang dan aparat penegak hukum.

Karena  jangan lupa, ujung dari kebangkitan tradisi sebetulnya adalah kebangkitan moral.
Meskipun secara tradisi kita mengerti bahwa sebuah lahan sangat layak dikonservasi sebagai sawah abadi, tetapi jika secara moral kita goyah, sawah itu boleh saja diubah menjadi pencakar langit  karena besarnya komisi.

Jadi banyak sekali  tradisi yang dikorbankan bukan karena kita buta tradisi, melainkan karena kita amat hobi kepada komisi.

Gagal tradisi di lapis atas itu  akan merembet ke bawah sebagai gagal lanjutannya. Bentuknya adalah mental yang rapuh di depan persaingan. Kehadiran aneka pusat belanja yang bersih dan gemerlapan  itu memang ancaman  bagi toko-toko kelontong kita.

Tetapi banyak toko yang menolak berubah  dan malah mempercepat sendiri kematiannya. Ada toko yang begitu hemat lampu hingga memasukinya pembeli seperti masuk kuburan, ada yang malas mengecat temboknya yang kusam, ada pemilik yang melayani dengan ogah-ogahan dan ada pula pelayan toko yang bertugas sambil kerokan.

Banyak sekali pihak yang harus mati bukan karena persaingan tetapi mati oleh perilakunya sendiri. Maka mari mempertimbangkan tradisi agar terhindar dari aneka tradisi yang membangkrutkan. (35)

Senin, 26 April 2010

Lagi Suka

Lagi suka banget dengerin lagunya :

1. Laskar Pelangi - Nidji
2. Jangan Menyerah - D Masiv

Lagi suka banget nonton film :

1. 3 Idiots
2. (500)days of summer

Surat Kelulusan

Koran pagi memberitakan akan ada pengumuman hasil Ujian Akhir Nasional untuk SMA hari ini. Mungkin akan menjadi hari yang manis bagi banyak siswa sekolah, tapi akan menjadi hari yang mengecewakan juga bagi banyak siswa. Membaca berita ini, pikiran saya melayang jauh saat saya mengalaminya tepat 5 tahun yang lalu. Saat itu sekolah saya ada di Purwokerto, sedang rumah saya ada di Wonosobo yang berjarak kira-kira 90 km.

Seusai Ujian Nasional, sekolah menyarankan kami untuk kembali ke kota masing-masing. Jarak antara ujian dan pengumuman hampir ada 1 bulan lebih. Kami sangat menikmati waktu menunggu itu meskipun dengan perasaan was-was akan hasil ujian. Tiba-tiba sekitar 1 minggu sebelum pengumuman sekolah memberitahukan bahwa hasil pengumuman akan dikirim via pos ke alamat masing-masing. Busyet cing! Sekolah yang katanya standart Internasional. Dengan jurusan yang mentereng, Teknik Informatika. Kenapa nggak dipasang aja di web sekolah, apa via email masing siswa aja yaaa.. Kebijakan yang aneh! :))

Tiba hari saat pengumuman, pagi itu rasanya deg-degan bukan kepalang. Bukan apa-apa, seluruh silsilah dalam keluarga pasti akan gegeran kalau sampai tidak lulus. Hehehe. Setengah hari berjalan ketika tak ada surat datang ke rumah, wah pikiran udah kalang kabut. Bayang-bayang kelulusan semakin hambar.. Hahaha

Menjelang sore mas Ade, mbak Ari, dan mbak Uwik ngajak makan di kota. Pertemuan yang mengakrabkan kami dan kebersamaan kami sampai beberapa bulan kemudian saya merasakan status sebagai pengangguran. Dari dalam angkot menuju ke kota, kami melihat banyak anak-anak sekolah sedang merayakan kelulusannya, coret-coretan, konvoi-konvoi. Dan riuh rendah suara itu semakin menghanyutkan pikiran saya tentang surat kelulusan saya. Yang entah baru sampai kantor pos cabang mana. Bergelanyut sampai kemudian saya lupa tentang kelulusan. Sampai tiba disuatu siang ketika Pak Pos datang mengantar surat setelah 3 hari entah mengendap dimana. Pelan-pelan kubuka, dan alhamdulillah tulisannya : LULUS. Lega rasanya perjuangan orang tua saya waktu itu di tebus dengan 5 huruf itu.

*untuk mas Ade, mbak Ari & mbak Uwik yang mengisi hari-hariku setelah itu. Moment itu begitu saya tunggu, mudah-mudahan suatu saat kami bisa dipertemukan kembali

Jumat, 26 Maret 2010

Doel

Setiap pagi sekarang berangkat shift terakhir, jam 08.30. Alasannya biar bisa lihat sinetron Si Doel Anak Sekolahan dulu. Serial jadul tapi sangat mengajarkan kesederhanaan. Tapi banyak adegan romantisnya juga. Tadi pagi ada adegan yang menurutku sangat natural dan romantis.

Adegan dimana Doel dan Sarah berdua didalam opelet ketika Sarah bilang bahwa dia suka sama Doel karena Doel yang aneh dan berbeda dari orang lain kebanyakan. Dan Sarah bilang bahwa dia yakin Doel akan sukses, meskipun saat ini Doel hanya jadi supir angkot.

Hmmm.. Kamu yakin aku bisa sukses? meskipun aku hanya jadi kernet angkot sekarang?

Selasa, 23 Maret 2010

Alasanku tak bisa bermalam di kotamu..

Aku tak akan pernah tega..

Di malam yang sama dan di kota yang sama,
Aku akan tidur di salah satu tempat terbaik di kota itu
Sedang aku tak tau dimana ibuku berada di malam itu di kota yang sama

Di malam yang sama dan di kota yang sama,
Aku akan makan makanan terbaik di kota itu
Sedang aku tak tau apakah ibuku bisa makan malam itu di kota yang sama

Jumat, 19 Februari 2010

Simalakama

Hujan turun siang ini..
Ketika aku masih tertegun disini
Memandang foto syahdumu
Yang telah keluar dari dompetku..


dan inilah simalakama terbesar dalam kisah nyanyianku..

Rabu, 17 Februari 2010

Mengenang Gus Dur dari Puisi Inayah


Bapak, boleh aku minta tolong diajari
bantu aku memahami
Karena bapak kan katanya
Presiden paling pandai seantero negeri
intelektualitasnya sudah diakui
mbok ya, anakmu ini diajari
memahami semua ironi ini
Pak, kenapa mereka dulu selalu menghina
mengatakan, presiden kok buta
Padahal sebenarnya, bapaklah yang mengajari kita
untuk melihat manusia seutuhnya
tanpa embel2 jabatan atau harta
suku atau agama
tak peduli bagaimana rupanya
Pak, mengapa dulu mereka melecehkan
mengatakan presiden kok tidak bisa jalan sendirian
———
Rakyat Indonesia menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya
Pak bisa tolong jelaskan
kenapa orang-orang yang dulu bapak besarkan
malah justru menjatuhkan
menggigit tangan orang yang memberi makan
apa mereka telah lupa akan apa yang bapak ajarkan
bahwa hidup adalah pengabdian
yang tak boleh meminta harta atau jabatan
Pak, tolong beri kami jawaban
lewat mimpi atau pertanda
lewat simbol juga akan kudengar
Pak, tolong pak
tolong aku diajari

# Inayah Wulandari

Detailnya bisa dilihat di sini :
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/02/12/4655/206/Gitu-Aja-Kok-Repot-In-Memoriam-Gus-Dur-1940-2009

Lindungimu

Janganlah engkau terus bersedih
Seakan tiada lagi hari esok
Kuingin melihat dirimu seperti dulu lagi
Canda tawa di hidupmu
Jangan, janganlah pernah takut
Bahwa kau nanti
Akan sendiri
Jangan, jangan kau ragukan aku
Cintaku ini tuk selamanya

Aku kan disini selalu bersamamu
Walau segala halangan datang menghampirimu
Aku melindungimu
Semuanya akan kembali
Baik seperti yang pernah kau impikan
Tetaplah menjadi dirimu
Seperti dulu lagi
Canda tawa dihidupmu

Apapun cobaan dan rintangan
Akan kita lewati mudah
Jika kamu bersama aku

Semuanya akan kembali lagi...
Baik seperti pernah kau impikan
Tetaplah menjadi dirimu...
Seperti dulu lagi...
Canda... Tawa di hidupmu...

Selasa, 16 Februari 2010

Karena aku masih punya hati

Senja mulai mengalun perlahan
Dari balik jendela kantorku
Dibawah rerimbunan hutan besi
Nan angkuh penuh pesona

Dibalik meja retoris berdinding biru
Yang delapan belas bulan lalu mulai kududuki

Ah, kenapa selama ini ku hanya terpaku
Dengan retorika, konflik, dan cinta
Yang menyesatkanku,
dan terus memakuku untuk tak beranjak
dari tempatku mengabdi ini..

Mengabdi?
Ah, itu hanya kata-kata
Tak lebih dari pembesar hati

Saat ini semakin kuyakini
Kuharus beranjak, dari kursi ini
Kuharus bangkit, dari meja ini
Kuharus ikhlas, meninggalkan ini
Meninggalkan kenyamanan ini

Karena kuyakin,
di luar sana,
di temaram keramaian,
di kerasnya jalanan,
di dasar ketidakpastian

Aku masih punya mimpi,
dan mimpiku tak boleh terpatri

Aku akan pergi dari sini,
untuk aku,
dan fatamorgana ini

karena aku masih punya hati



Semarang 160210 17:49

Selasa, 09 Februari 2010

Seront récompensés par Dieu

Saya melihat seorang kakek tua berjalan gontai. Menggenggam puluhan balon. Keliling gang demi gang, kampung ke kampung. Berharap ada anak kecil melihat balon warna-warninya, kemudian merengek ke Ibunya trus membeli balon-balon itu. Langkahnya masih gontai setiap kutemui, mungkin karena usia beliau. Senyumnya masih simpul tapi penuh keikhlasan.

Waktu menunjuk sekitaran waktu dhuha ketika balonnya tak kunjung berkurang. Terik matahari mulai menyembul. Keringat panas sudah mulai membasahi kening beliau yang tak muda lagi. Ah, apakah hari ini masih bernasib seperti kemarin ketika balonnya juga tak banyak yang terjual. Teka-teki mulai menyelami pikiran beliau. Kemudian beliau duduk istirahat di pos ronda ujung jalan. Saya mencoba mendekat ke tempatnya beristirahat.

" Sedang istirahat kek? "
" Iya nak, sekarang sudah gampang capek, padahal balon juga baru laku 3 " jawab beliau
" Memangnya tiap hari jualan balon terus kek ? " tanyaku
" Iya nak, kalau ndak jualan dapur ya nggak ngebul, nanti nenek dirumah mau makan apa " jawabnya sambil tersenyum
" Emang anak-anak kakek ke mana kek? "
" Anak-anak saya sudah bekerja semua, sudah berkeluarga. Tinggalnya di luar kota sama keluarga mereka "
" Kenapa ndak ikut sama mereka aja kek? kan ndak perlu lagi susah payah jualan balon seperti ini " tanyaku logis
" Iya, bisa juga seperti itu, tapi kan nggak enak hidup tergantung sama orang lain kan. Meskipun itu ikut sama anak sendiri. Meskipun kerja jualan balon berat, sehari jalan berkilo-kilo belum tentu laku. Tapi kakek ikhlas nak. Toh dari muda kakek sudah jualan balon ini, lha wong lulus SR ( setingkat SD jaman dulu ) aja enggak. Anggap saja mengisi waktu tua, kalau kita ikhlas dan tetap mau berusaha, insyaAllah keikhlasan ini jadi ibadah di mata Tuhan "

Subhanallah, saya tertegun mendengar jawaban beliau. Sederhana sekali tapi begitu bermakna. Bagaimana suatu pekerjaan yang kesannya berat itu dijalani dengan penuh keikhlasan dan didasari untuk ibadah. Saya yang masih muda begitu malu mendengarnya. Mengingatkan saya bagaimana ketika saya selalu mengeluh setiap waktu. Padahal pekerjaan saya jauh lebih ringan dibanding kakek tadi.

#

Suatu pagi saya mengisi bahan bakar di SPBU. Tempat pengisian bahan bakar yang ramai, penuh antrian karena menjanjikan 'pasti pas' tak ada selisih meskipun 1 mililiter. Setelah mengular agak lama, sampai juga giliran saya. Senyum renyah di sunggingkan operatornya yang tampaknya masih muda. Sambil mengisi pada kendaraan saya, coba-coba saya iseng bertanya,

"Mbak, tiap hari kerja gini apa ndak bau bensin mbak?"
"Ya bau mas, kadang malah kebawa sampai rumah baunya, tapi ya gimana lagi lha wong ini kerjaannya"
"Kenapa ndak pakai masker? Kan malah lebih aman?"
"Kebijakan kantor mas, kan kita harus selalu senyum jadi ndak boleh pakai masker" jawabnya sambil tersenyum juga
"Kenapa nggak cari kerjaan lain yang lebih aman mbak dari segi kesehatan?"
"Ya disyukuri aja mas, cari kerjaan juga susah. Disini kita juga malah bisa terus belajar. Tentunya belajar dari banyak karakter orang yang beragam yang datang. Diambil sisi baiknya, dibuang yang jeleknya"

Astaga, saya kembali tertegun. Bagaimana dia melihat pekerjaan itu dari sudut pandang lain dimana dia bisa belajar dari beratnya resiko pekerjaannya. Ah, lagi-lagi saya malu dengan saya sendiri yang kadang merasa suntuk dengan pekerjaan tanpa melihat sudut pandang pekerjaan saya yang menyenangkan.

##

Semoga keikhlasan kakek dan operator SPBU tadi bisa memberi pembelajaran bagi kita untuk terus meyakini bahwa melakukan apapun penuh keikhlasan itu menyenangkan. Kerja penuh kesungguhan itu menentramkan. Tak selamanya harus mencari pujian orang lain, tak perlu selamanya mencari balasan orang. Karena kalau tak ada pujian dan balasanpun, ada yang Maha Mengetahui. Ada yang akan membalas keikhlasan dan kesungguhan kita dalam melakukan hal yang baik. Bukan hanya kebaikan untuk diri kita, tapi kebaikan untuk orang-orang sekitar kita.

Hukum sebab dan akibat pasti akan terjadi. Tuhan yang membalas. Seront récompensés par Dieu

Man shabara zhafina

"Man shabara zhafina. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipal, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup" -Ust. Salman @ Negeri 5 Menara-

Malam Minggu

“Malam minggu malam yang panjang, malam yang asik buat pacaran, pacar baru baru kenalan, kenal di jalan Jenderal Sudirman.. Singkat kata singkat cerita, aku dan dia jatuh cinta.. Cinta yang dalam sedalam laut, laut meluap cintapun hanyutt..”

Ah, itu mah lirik lagu tahun 90-an. Mungkin lagunya akan abadi setiap malam minggu yaa.. Apalagi buat orang-orang yang mengkhususkan sabtu malam itu “memadu kasih”.. ( cieee.. memadu kasih.. prikitiww ). Malam minggu katanya malam special setelah senin sampai jumat orang-orang berkutat dengan pekerjaan. Yang sudah berkeluarga bisa bercengkerama dengan keluarga dan anak-anak. Yang berpacaran bisa berkencan. Yang jomblo ya cukuplah melongo.. hihi

Tapi coba lihat sisi positif adanya “tradisi” malam minggu. Banyak pedagang “mremo” karena banyak orang makan di luar. Tukang parkir kebanjiran parkiran. Mas-mas operator odong-odong sampai “lempoh kakinya” saking banyaknya yang ngantri di simpang 5. Mal-mal & Supermarket kebanjiran pengunjung. Jalanan macet, apalagi jalan ke Bandungan. :) :) Artinya, malam minggu bukan hanya milik “dua sejoli” saja. Tapi sisi positifnya, malam minggu bisa jadi penggerak ekonomi yang lebih dibanding hari biasa.

Ah, lagi-lagi saya mengeluh dengan kata ah. Malam minggu bagi saya rasanya mah biasa-biasa saja. Kadang memimpikan malam minggu berdua bersama orang yang disayang. Duduk berdua di tepi danau, ditemani temaram lilin. Diiringi lagunya Selimut Hati Dewa 19, Tak Sebebas Merpati Kahitna, & tentu saja lagu wajibnya Anugerah Terindahnya Sheila on 7. So Sweeet kali yak..

Ah, sayang malam ini masih sama dengan malam-malam yang telah lalu. Berharap ada yang telpon atau sms tapi hape serasa membisu. Tak ada kabar dan tak ada berita, ah hati serasa hampa begitu kata Ungu.

*****
Cihuyy, setelah mati suri akhirnya hape-nya bunyi juga. Hmm.. berharap ada sms yang bisa di ajak berinteraksi biar ndak sepi malam ini. Saya pegang pelan-pelan hape, dielus-elus bentar, deg-degan mau buka sms-nya ( lebay mode ON .. :D ). Saya perhatikan dengan seksama siapa pengirimnya. Hmmm..

Pengirim : 252 !

Tak perlu di buka juga udah mudeng isinya apa. :(

*****
Ah, sudahlah mungkin malam minggu memang waktunya istirahat, nonton bola, lihat download-an film. Yup, mungkin kesibukan itu bisa menghapus sepi.
Kring.. Kring.. Kring.. wah hape-nya tiba-tiba bunyi ada panggilan masuk, mudah-mudahan ada telepon membawa kabar baik. Ehm.. Ehm.. Ehm.. 1..2..3.. test.. test.. ambil suara.. Pegang hp dengan seksama, lihat siapa yang nelpon, hmmmm..

Fault Tracking ! :(

Terdengar suara dari seberang :

“Selamat malam pak, ini ada alarm trouble, mohon di clear-kan gangguannya dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”

“OMG”

*****

Ah sudahlah, toh semua malam juga sama. Entah itu malam jumat atau malam minggu. Yang pasti matahari sudah tenggelam tadi sore, senja juga sudah lewat sedari tadi. Fajar esok mudah-mudahan akan memberi semangat lebih. Karena kemarin tak akan kembali. Yang ada bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari hari ini dan kemarin serta tetap berjuang dan focus untuk esok hari.

Bonek sudah tertunduk malu di Bandung di malam ini, pertandingan Persib-Persebaya yang sedari tadi saya simak sudah selesai. Pindah channel sana sini, geser saluran kanan kiri, goyang kanan goyang kiri. Ah, kutemukan TPI. 3 diva (baca : j*nd*) menyanyi dengan eloknya disana :

Cristina, Ikke Nurjanah, Cici Paramida !







*merindukan AF yang telah menyudahinya..

Baju Kotak

Pagi ini baju kotak tertegun..

Kumandang adzan subuh terlelap, dering beker terlewat, suara kokok ayam nyaris tak ada, karena baju kotak bertapa diantara puing pencakar dimana orang banyak menyebutnya kota. Tapi efek metabolisme selalu berjalan seiring kemalasan baju kotak. Jam 7 pagi membuka mata baju kotak, bersiap menjalani rutinitas yang menuntut jiwanya untuk jadi kotak.

Jauh di relung hatinya baju kotak sangat mencintai kehidupan yang kotak. Meski banyak orang bertutur kata kalau hidup itu bundar. Kadang laju gas menuntut kita untuk ada di bawah, tak lama kemudian gaya relativitas membawa kita menyusuri roda as untuk ada di tengah, bahkan memuncak di atas. Tapi kemudian dalam hitungan sepersekian detik kita akan ditarik lagi oleh gravitasi yang berkalaborasi dengan tarikan gas untuk kembali ke bawah.

Masihkan ada kesempatan untuk kembali ke atas? Hanya ada 2 kemungkinan, Iya dan Tidak. Iya ketika Kanjeng Gusti menarik lagi gasnya. Tidak ketika roda itu berhenti, dan kita pas ada dibawah. Lalu kapan jalannya kembali sehingga kita bisa menari-nari di atas lagi? Selagi kita punya mimpi !

Baju kotak kembali tertegun, seperti Alibaba yang tengah mendapati harta karunnya. Baju kotak sangat cinta kotak, tapi realita membawanya kepada bundar. Bahkan cintanya pun berbentuk bundar, seperti Cut mempesona bernama Nova Eliza mengisahkan film Bola Itu Bundar. Siang ini baju kotak semakin terpikat dengan bundar. Bundar itu lingkaran, bukan lingkaran setan, tapi ini lingkaran kehidupan.

Baju kotak teringat Andre Sis di Padhang mBulan : “Maknailah, meski hanya sebuah kata sederhana. Kelak kau akan tahu betapa makna bisa bermula dari sebuah kata, sebuah huruf” Baju kotak linglung siang ini, meski dia tak berharap hati dan mukanya berubah jadi kotak.



*untuk baju kotak

Senin, 08 Februari 2010

Quote

Di sadur dari karya KH Mustofa Bisri :

Aku manusia
Kamu Manusia

Aku mencintai kamu..
Siapapun kamu, tanpa pandang bulu...

Tetapi kalau kamu memerangi manusia
Aku siap menantangmu

Karena aku manusia
Dan kamu manusia....

Senin, 11 Januari 2010

Definisi?

Definisi sayang , Definisi perhatian , Definisi membutuhkan itu apa?

Aku harus sms kamu, aku harus telpon kamu, aku harus mengerti keadaanmu, aku harus ketemu kamu? Atau apa?

Kalau kita saling percaya.. Tak perlu nada..Tak perlu irama.. Berjalan lah hanya dengan diam..

Hitamku

Masih Adakah Separuh Hatiku
Yang Ku Berikan Hanya Untukmu
Ku Harap Engkau Masih Menyimpannya
Jangan Kau Pernah Melupakannya

Maafkan Kata Yang Tlah Terucap
Akan Kuhapus Jika Ku Mampu
Andai Ku Dapat Meyakinkanmu
Ku Hapus Sikapku

Masih Adakah Separuh Janjiku
Yang Kubisikkan Hanya Padamu
Ku Harap Engkau Masih Mengingatnya
Jangan Kau Pernah Melupakannya

Andai Ku Dapat Memutar Waktu
Semuanya Takkan Terjadi

Maafkan Kata Yang Tlah Terucap
Akan Kuhapus Jika Ku Mampu
Andai Ku Dapat Meyakinkanmu
Ku Hapus Sikapku Untukmu
Simpan Separuh Hatiku
Ku Hapus Sikapku Untukmu
Simpan Separuh Janjiku
Ku Hapus Sikapku Untukmu
Simpan Separuh Hatiku

Simpan Separuh Janjiku
Simpan Separuh Hatiku
Simpan Separuh Janjiku

Senin, 04 Januari 2010

Facebook, 2010 dan pengandaiannya...

(sekali lagi, ini hanya pengandaian...)

***

Andaikan tahun 1900 sudah ada Facebook :

mungkin Raden Ajeng Kartini akan mengisi note facebooknya dengan tulisan Zelf-ontwikkeling, Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen, Zelf-werkzaamheid, Solidariteit atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid, Humanitarianisme & Nasionalisme. Kemudian note-nya akan di tag dengan facebook teman2nya yang ada di Belanda.

***

Andaikan tahun 1928 sudah ada Facebook :

mungkin status facebook para pemuda yang ikut kongres 28 Oktober 1928 akan penuh diisi dengan naskah Sumpah Pemuda. Kemudian mereka upload video ketika lagu Indonesia Raya di perdengarkan pertama kali oleh Wage Rudolf Supratman. Kemudian naskah dan lagu itu akan di lihat teman2nya di daerah untuk membangkitkan rasa nasionalisme "Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa"

***

Andaikan tahun 1945 sudah ada Facebook :

mungkin Ir. Soekarno setelah membacakan teks Proklamasi akan menulis teks itu di facebooknya kemudian jutaan pemilik facebook yang tergabung menjadi fans beliau akan membalas dengan comment "MERDEKA"

Ir. Soekarno INDONESIA MERDEKA
17 Agustus 1945 at 10:05 via Mobile Web · Comment · Like
You and 50.000.000 others like this.
View All 15.123.000 comments

***

Andaikan tahun 1969 sudah ada Facebook :

mungkin kakek saya akan menulis status di facebook saat menunggu kelahiran ibu saya :

Kakek Ya Allah berilah kemudahan ... Dag dig dug mode on Ya Gusti
24 Juli 1969 at 18:50 via Mobile Web · Comment · Like
View All 19 comments

***

Andaikan tahun 1987 sudah ada Facebook :

mungkin ibu saya akan menulis status di facebook saat kelahiran saya :

Ibu Alhamdulillah ya Allah, akhirnya lahir juga putraku sing bagus dewe.. :) --> narsis.com
12 October 1987 at 02:00 via Mobile Web · Comment · Like
View All 999 comments

***

Andaikan tahun 1993 sudah ada Facebook mungkin saya akan menulis status dengan dieja karena baru lulus TK :

Ginanjar A Yuwana Ho-ye, a-dii su-da-h en-da-k te-ka la-gi.. a-di su-da-h ma-cuk SD..
1 Juli 1993 at 07:30 via Mobile Web · Comment · Like

***

Andaikan tahun 1999 sudah ada Facebook mungkin status saya akan berisi :

Ginanjar A Yuwana Huaaaa aduh simbok.. Sakit banget, abis di sunat.. Tapi seneng banyak angpaunya.. hehehe
10 Juli 1999 at 19:00 Only friends · Comment · Like


***

Andaikan tahun 2002 sudah ada Facebook saya akan mengisi status facebook saya :

Ginanjar A Yuwana Horeee jadi anak kost, jauh dari simbok dirumah, bisa bebas kemana2 ueyy.. Haghaghag.. Bisa pacaran juga, tapi pacarnya di ajak makan ke bandem mau ndak yaaa??
19 Agustus 2002 at 19:00 Only friends · Comment · Like

***

Andaikan tahun 2005 sudah ada Facebook mungkin status facebook saya:

Ginanjar A Yuwana Akhirnya aku LULUS STM.. saatnya menggelandang jadi pengangguran.. hihihihi
20 Juni 2005 at 11:20 · Comment · Like

***

Andaikan tahun 2006 saya sudah join Facebook :

Ginanjar A Yuwana Badan panas terik siang ini, remuk redam manjat tiang, angkut tangga.. :((
20 September 2006 at 13:00 · Comment · Like

***

Andaikan tahun 2007 saya sudah join Facebook :

Ginanjar A Yuwana pertama kali masuk ke bandara, pertama kali naik pesawat.. hari gini baru naik pesawat.. www.ndeso.com
19 November 2007 at 08:15 · Comment · Like

***

Andaikan tahun 2008 saya sudah join Facebook :

Ginanjar A Yuwana berada di KM. 0 INDONESIA !!!
5 Januari 2008 at 08:15 · Comment · Like

***

Dan awal tahun 2010 ini ketika Facebook sudah ada & saya sudah join Facebook saya ingin menulis :

Ginanjar A Yuwana Bismillah, semoga tahun 2010 bisa membuka harapan akan cita & asa.. Amin..
1 Januari 2010 at 00:01 · Comment · Like

***

Perjalanan waktu berasa sangat cepat, ketika hidup tak semudah masa muda dulu, ketika tantangan semakin besar. Ketika hidup semakin kompleks. Tapi semoga kita semakin meyakini bahwa ada kekuatan lain atas keberadaan diri kita dan semesta. Kekuatan maha dashyat. Kekuatan Allah SWT. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan dari Allah.

Bismillahi tawakaltu wa laa haula walaa quwatta illa billah.

Mengutip tulisan mbak Ilma Pratidina di blognya www.ilmapratidina.com , "dan jika yang kita miliki hanya waktu, saya ingin amanah dan optimal dalam waktu saya"

1. Demi masa.

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Surah Al’ Asr: 1-3

Berharap tahun 2010 menjadi titik balik agar hidup saya meningkat dari sisi spiritualitas..

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...