Rabu, 31 Desember 2008

Tahun Baru

Tahun Baru 2003 --> Purwokerto
Tahun Baru 2004 --> Purwokerto
Tahun Baru 2005 --> Purwokerto
Tahun Baru 2006 --> Wonosobo
Tahun Baru 2007 --> Semarang
Tahun Baru 2008 --> Banda Aceh
Tahun Baru 2009 --> Semarang


Wah, kok dunia semakin cepat yah.. Jangan2 dah mau kiamat.. Hehehe.. Tahun baru 2008 menjadi momen tak terlupakan.. Melewati pergantian tahun di Banda Aceh. Meski ada larangan dari Dinas Syariat agar tidak merayakan tahun baru masehi. Namun larangan tinggal larangan. Ketika saya keluar ke Lapangan Blang Padang, ternyata ramai sekali. Tidak ada bedanya dengan perayaan tahun baru di Purwokerto.



*) Perayaan Tahun Baru 2008 di Blang Padang, Banda Aceh

115 Hari di Serambi Mekah

Hari ini 26 Desember 2008, tepat 4 tahun bencana yang luar biasa dahsyat melanda Nanggroe Aceh Darussalam. Ratusan ribu jiwa tewas akibat bencana ini. Bencana terb esar dalam sejarah Indonesia bahkan dunia. Dibalik semua itu tsunami telah mengubur impian2 mereka dalam2. Tarian Aceh dan nyanyian merdu orang Aceh seakan berhenti mendadak saat itu. Dunia seakan tertegun..

Tepat setahun lalu saya masih di Aceh, melewati hari peringatan 3 tahun tsunami di rumah2 bantuan PMI di Punge Jurong. Salah satu daerah terparah yang jika kita lihat di Google Earth hancur lebur tak berbentuk ketika tsunami.

Di pagi hari tepat ketika 3 tahun tsunami, saya melihat banyak sekali orang berbondong-bondong menuju ke pantai. Ke Ulee Lhee salah satunya, di sana berkumpul banyak orang untuk berdoa demi saudara2 mereka yang telah “syahid” mendahului mereka.

Selama di Aceh saya tidak berani bertanya langsung dengan orang2 disana tentang keadaan mereka dimasa-masa konflik maupun saat tsunami menerjang Aceh. Saya tidak ingin pertanyaan saya membuka luka lama bagi mereka. Saya tidak ingin mereka mengingat-ingat memori buruk masa lalu disaat mereka sedang memulai masa depan dengan impian kedamaian.

Aceh, sebuah daerah yang memberi saya pelajaran luar biasa bagi saya. Bahwa hidup itu perjuangan, bukan sekedar “gincu” pemanis hidup. Awal2 disana saya merasakan kultur masyarakat disana keras. Apakah konflik masa lalu dan bencana dahsyat menghilangkan senyum mereka? Saya tidak tau saat itu..

Tepat 9 Desember 2007 di Bandara Polonia Medan yang habis terbakar, saya mulai “petualangan’ saya ke Banda Aceh. Suasana bandara Polonia kala itu kacau balau, ruang tunggu digelar di depan bandara seperti orang hajatan. Cuaca saat itu sangat buruk, sehingga keberangkatan ditunda sampai 2 jam. Setelah menunggu akhirnya pesawat diberangkatkan meski dengan cuaca yang buruk. Setelah sekitar satu jam akhirnya sampai juga di Bandara Sultan Iskandar Muda.



*) Bandara Sultan Iskandar Muda Yang Lama

Tepat pukul 16.00 tanggal 9 Desember 2007 untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di bumi Serambi Aceh. Syukur dipanjatkan bisa mencapai daerah yang luar biasa ini. Di negeri Syariah Islam.

Sesampai di Bandara, perasaan yang pertama kali muncul adalah bingung. Ya, bingung mau kemana tujuan setelah sampai disana. Maka yang dilakukan pertama adalah bagaimana agar sampai di Masjid Baiturrahman. Setelah bertanya kepada petugas disana, maka dianjurkan untuk naik Bus Damri agar sampai di Masjid Baiturrahman.

Di dalam bus yang membawa ke arah Banda Aceh ( Bandara Sultan Iskandar Muda ada di Kab. Aceh Besar ) saya sekilas begitu dengan suasana di Aceh. Saya seakan tidak percaya bisa menjejakkan kaki disana, padahal 3 bulan sebelumnya saya masih jadi “pemanjat tiang telepon” di Semarang. Akhirnya setelah 30 menit perjalanan, bus berhenti. Saya yang masih buta sama sekali daerah sana, lantas bertanya kepada sopir busnya. “ Bang, kok busnya berhenti disini. Enggak lewat Masjid Baiturrahman? “. Lalu sopir bus tadi bilang “Ini sudah sampai de’, liat tu sebelah kiri. Itu Masjid Raya..“



*) Masjid Raya Baiturrahman

Subhanallah, saya takjub luar biasa. Tidak pernah terlintas dalam benak saya, bisa ada disana. Beribu-ribu kilometer dari tanah Wonosobo, disana saya berdiri. Tepat di depan Masjid Baiturahhman. Masjid yang penuh dengan hidayah Allah. Tak terasa hati saya berlinang, mengingat semua yang telah berlalu. Mengingat ratusan ribu “syuhada” yang telah syahid sebagai “tumbal” dari keangkuhan manusia.

Setelah “plonga-plongo” dan ambil foto dengan “narsisnya”, akhirnya datang juga teman, namanya Moko dan Dedi. Teman satu perusahaan yang menjemput di depan Masjid setelah kami berjanjian sewaktu saya masih di Medan. Setelah kenalan dan bertegur sapa seadanya, saya diantar ke rumahnya di Punge Jurong. Agak “katrok” ketika melihat sebuah pesawat yang dipajang di sebuah lapangan. Ketika ditanyakan ternyata itu adalah pesawat RI 001. Pesawat pertama yang dimiliki Republik Indonesia hasil sumbangan dari rakyat Aceh. Dan nama lapangan itu adalah Lapangan Blang Padang. Nama lapangan yang tidak asing ditelinga saya karena nama itu sangat sering didengar di berita-beriat televise. Itu salah satu lapangan bersejarah ketika Aceh pada masa-masa konflik, juga salah satu tempat penyerahan dan pemusnahan senjata-senjata milik GAM pasca perjanjian damai.

Setelah sampai dirumah Dedi, saya agak merasa heran. Kok rumahnya sama semua ya. Ternyata dikawasan itu rumah-rumahnya baru semua, hasil sumbangan dari Palang Merah Indonesia karena daerah ini adalah salah satu daerah yang parah diterjang tsunami. Padahal jarak dari pantai mencapai 3 kilometer. Subhanallah.

Mulai saat itu, hari-hari saya di Aceh dimulai. Minggu-minggu pertama saya di Aceh, saya belum sempat kemana-mana karena disibukkan dengan dengan pekerjaan disana.
Namun ada satu yang berbeda, saya sedikit rajin shalat. Khususnya shalat Jum’at, soalnya kalau tidak shalat Jum’at takut ditangkap polisi syariah.:)

Kemudian sedikit demi sedikit saya mulai berinteraksi dengan orang yang saya temui disana. Sesekali sering mendengarkan keluhan dari perempuan-perempuan disana, yang merasa pemberlakuan hukum “syariat Islam” sedikit mendiskriminasi mereka. Karena hukum itu lebih banyak mengatur mereka daripada laki-laki. Lebih banyak mengikat mereka ketimbang kaum laki-laki.

Gempa sedikit demi sedikit mulai terbiasakan, terakhir gempa 7 scala richter dirasakan. Namun orang-orang disana seakan-akan terbiasa dengan gempa-gempa itu. Mungkin saking seringnya. Tiba-tiba diakhir Januari 2008 saya merasakan pusing dan demam yang sangat. Sempat malas berobat , namun setelah periksa darah ternyata kena Demam Berdarah. Mau tidak mau akhirnya harus tepar juga di rumah sakit Harapan Bunda Banda Aceh. Selain pengalaman tinggal di Aceh, ada juga satu pengalaman lagi. Yaitu untuk pertama kalinya dirawat di Rumah Sakit. Ribuan biotika harus dijejalkan ke tubuh yang tiap hari harus diambil darahnya. Tapi seminggu di Rumah Sakit saya sangat betah. Dokter dan perawatnya cantik-cantik semua. Bertahun-tahun disitu mungkin betah kali ya.. :D

Hari berganti hari, ketika kerjaan sudah mulai berkurang bosan datang. Maka hari-hari berikutnya di isi dengan acara “muter-muter”. Ngapalin jalan sampai jalan tikusnya. Tiap sore cuci-cuci mata didaerah Darussalam, tempat Universitas Syiah Kuala. Mencoba memandang generasi-generasi penerus Aceh disana. Bercerita tentang kegiatan-kegiatan mereka serta impiannya. Impian untuk melihat Aceh dengan kedamaian yang abadi.

Ketika bosan kembali datang, saya pergi lagi ke Pelabuhan Malahayati. Sekitar 30 kilometer dari Banda Aceh. Perjalanan ke daerah itu sangat menyenangkan, dengan pemandangan pantai timur Pulau Sumatera yang sangat Indah. Lebih bagus dari pantai-pantai di Jawa yang saya pernah lihat. Namun rasa getir akan hadir juga, karena sepanjang jalur itu adalah salah satu daerah yang terparah dihantam tsunami. Kehidupan di sana baru saja dimulai.





*) Di Pelabuhan Malahayati

Ketika mulai sombong dengan diri, saya pergi ke Punge Blang Cut. Tempat dimana perahu PLN yang besar terbawa arus tsunami. Terbawa arus sejauh 3 kilometer, padahal berat kapal itu berton-ton. Saya harus menyadari, tidak ada yang bisa disombongkan oleh diri ini. Karena segala sesuatunya milik Allah SWT.

Banyak pengalaman luar biasa bagi saya disana, meski sebentar semua pengalaman-pengalaman itu membuat perubahan dalam diri saya.
Namun jauh direlung hati, saya ingin kembali. Bertemu lagi dengan orang-orang hebat disana.

Suatu sore di 30 Maret 2008 saya kembali ke Jakarta, namun banyak impian saya masih tertambat disana. Salah satunya bertemu dengan dia. Dia yang mengajarkan saya apa arti kehidupan yang sempurna.



*) Pantai Look Nga

Selasa, 30 Desember 2008

Setengah Hati

Setengah hatiku telah melupakanmu.. Melupakan impian akan dirimu yang telah bahagia disana.. Berusaha untuk menyadari bahwa dunia mungkin tak akan menyatukan kita.. Berfikir bahwa diriku tak akan pernah terlintas lagi di hatimu..

Tetapi kau muncul lagi dalam mimpiku.. Muncul lagi dalam anganku..
Kau terus menghantuiku..

Masihkan dirimu ada dihatiku?
Masihkah ada kesempatan itu?

Doaku hanya melihatmu tersenyum dan bahagia disana.. Bahagia dengan orang yang dicintamu.. Yang menjadi imam bagimu..

Bila nanti esok hari kutemukan dirimu bahagia.. Ijinkan aku titipkan kisah cinta kita.. Selamanya…

Rabu, 12 November 2008

Buku CPNS

Kemarin, disuatu kesempatan untuk jalan2. Saya sempatkan untuk pergi ke toko buku. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat trend buku saat ini. Dirak-rak yang strategis di jejerlah berpuluh-puluh judul buku dengan satu tema, “Seleksi CPNS”. Dari buku cara mengikuti seleksi CPNS sampai buku-buku contoh tes CPNS terpampang disana. Harapannya adalah satu, bisa diterima menjadi PNS.

Begitu tinggikah espektasi masyarakat tentang pekerjaan PNS? Kenapa menjadi PNS menjadi dambaan jutaan orang negeri ini?
Kenyamanan finansial, kemapanan status, atau hanya mengejar fasilitas dan jabatan...? Dilihat dari finansial, menjadi PNS memang menggiurkan. Dengan gaji yang selalu bertahap naik meski dengan perfomansi kerja yang biasa-biasa saja.

Bagi orang yang anti kemapanan seperti saya mungkin akan tetap memegang kata-kata dari Master Valentino Dinsi “ Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian “. Menurut saya mengejar impian dengan tantangan yang beragam tentunya akan memberi sensasi dan kepuasan yang lebih dibanding usaha biasa-biasa saja untuk menggapainya.

Sheila On 7 masih ada!

Akhirnya setelah menunggu agak lama ( bilang aja nunggu gajian.. :D ) akhirnya bisa beli album barunya Sheila On 7 “Menentukan Arah”. Album berisi 10 lagu ini seakan-akan membuktikan kalau ditengah band2 baru karbitan itu, Sheila masih bisa eksis.

Seorang teman bertanya kepada saya kenapa senang dengan lagu2nya Sheila, bukan lagunya Band yang lagi beken sekarang ini macam Ungu, Nidji, atau Kangen Band ? Bagi saya lagu-lagu Sheila itu punya “feel” yang lain dari pada yang lain. Sebuah “feel” yang hampir sama ketika saya mendengarkan musiknya Ebiet G Ade, Rhoma Irama, Obbie Messakh, dan Rafli Kande.
Dan mungkin kenapa saya sangat suka mendengarkan lagunya Sheila adalah banyaknya lirik yang seakan-akan menjadi penggambaran dari perjalanan hidup saya.

Just For Mom : Lagu yang selalu mengingatkan saya akan perjuangan Ibu saya.
Tunggu Aku Di Jakarta : Lagu motivasi saya untuk Mey.
Kisah Klasik Untuk Masa Depan : Lagu kenangan untuk teman sekolah jaman STM.
Berhenti Berharap : Kisah 7 Desember ( Baca : SevenDes ) 2003.
Yang Terlewatkan : Sebuah lagu untuk 7 Desember ( Baca : SevenDes ) 2008
Dan semua lagu Sheila On 7 yang selalu membuat saya bangga, menangis, tertawa, dan memotivasi untuk terus berlari mengejar mimpi.

Candra,Barkah,Modjo,Brian,Sakti,Anton..
Lagu Kalian Selalu Memberi Sejuta Mimpi Dalam Perjalanan Ini... Sekarang & Selamanya....

Refleksi Diri

“ Istirahatlah satu menit untuk satu jam kerja keras. Istirahatlah satu jam untuk energi satu hari. Istirahatlah bukan untuk bermalas diri, namun untuk refleksi diri.. “ ( from book : Be Negative by Naomi Susan )

Senin, 03 November 2008

Bosan

Saya Sudah Bosan.. Ingin Pulang Ke Dunia Itu Lagi.. Dunia Canda Tawa Penuh Kedamaian..

Kamis, 23 Oktober 2008

Foto Jadul


@ With RInto...


@ Aku, Yulia, & Rinto..


@ Kita Bukan Ryan Lho...


@ Teluk Penyu


@ Akhirnya...


@ With Gretty

Sabtu, 18 Oktober 2008

Untukmu Mey..

Semoga kau temukan jalan yang terbaik untukmu.. InsyaAllah ikhlas ada di dadaku.. Doa ini akan selalu tercurah untukmu.. Semoga kita masih bisa untuk berbagi dalam kebaikan meski dunia tak bisa menyatukan kita.. Terima kasih untuk segenap motivasi yang membumbung tinggi di hati ini untuk dirimu..

Senin, 13 Oktober 2008

Ketidakwarasan Padaku

Ketidakwarasan Padaku
-untukmu mey-

ketidakwarasan padaku
membuat bayangmu slalu ada
menentramkan malamku
mendamaikan tidurku
ketidakwarsan padaku
membuat hidupku lebih tenang
aku takkan sadari
bahwa kau tak lagi di sini

aku mulai nyaman
berbicara pada dinding kamar
aku takkan tenang
saat sehatku datang

ketidakwarasan padaku
slimut tebal hati rapuhku
berkah atau kutukan
namamu yang ku sebut

aku mulai nyaman
berbicara pada dinding kamar
aku takkan tenang
saat sehatku datang

suara hati takkan mati
jika jiwa terus menari dan bermimpi

Minggu, 21 September 2008

Rafli Kande



Salah satu penyanyi yang lagunya sering saya dengarkan selain lagunya sheila on 7, tompi, bimbo, rhoma irama, anggun, dan tentunya obbie messakh.

Sering merinding dengar lagunya yang berjudul Asai Nanggroe. Sering terhanyut merasakan kesedihan ketika dia berdendang menyanyikan lagu Aneuk Yatim :

" Di tanyoeng bak ma... Bak ma... Ayah jino pat...jino pat... Ulon rindu that... Rindu that... Keuneu eu rupa... Aceh beuaman...beuaman... Bek le ro darah... "

Walaupun suka lagunya tetap saja saja "clingukan"... ( Lha wong saya gak tau artine.. :) )

Ada yang punya film Aceh "Beudoh Beusaree" ndak ya? Pengen nonton nih...

Sabtu, 20 September 2008

Kapan Mimpi Ini Jadi Nyata?


*PSIS VS Juventus di final kejuaraan dunia antar club.. Mungkin hanya bisa terjadi di Football Manager

Senin, 15 September 2008

Potret Bangsa Ini


Ketika para penguasa berebut kekuasaan..
Ketika para elite bergelimang fasilitas dan jabatan..
Inilah potret sesungguhnya bangsa ini..
21 orang tewas karena berebut pembagian zakat..
Sungguh ironis !

Sabtu, 13 September 2008

Ingin Kembali




entah akhir2 ini kenapa saya terus teringat dengan kota ini.. kangen pengen balik lagi.. mudah2an bisa kesana lagi.. aminnn... :D

*foto1 : jalan dpn masjid raya..
*foto2 : rumah2 depan kost di pungejurong..

Manusia Berhati Setan

Katanya kalau bulan ramadhan setan di belenggu.. Harusnya tidak ada bisikan2 sesat lagi dong.. Tapi kenapa saya masih punya keinginan berbuat dosa, padahal kan setannnya udah ndak ada..

Apa jangan2 saya udah masuk golongan manusia berhati setan ya...

Huaaaaa... Tidakkkk....
Taubat Dhi.. Taubat...
Buruaaaaaann... Jaman wis akhir...

semangat baru.. kuliah lagi..

semangat baru..
semangat baru..

belajar lagi,
kuliah lagi... ( kebawa virusnya laskar pelangi.. :D )


K O R U P T O R

kenapa rakyat Indonesia miskin, kenapa negeri ini "kaya" hutang, kenapa pendidikan mahal, kenapa negeri ini bercerai berai, kenapa barang2 mahal, kenapa martabat bangsa diinjak-injak bangsa lain, kenapa serba susah, kenapa.. kenapa.. kenapa..

semua karena : KORUPTOR...

Slank - SPK (Seperti Para Koruptor)

Aku gak butuh uangmu
Aku gak butuh hartamu
Yang kubutuh hanya cintamu
Setulus cintaku padamu

Aku gak mau warisanmu
Aku gak mau kekayaanmu
Yang ku mau rasa sayangmu
Sesayang aku padamu

Hidup sederhana
Gak punya apa-apa tapi banyak cinta
Hidup bermewah-mewahan
Punya segalanya tapi sengsara
Seperti para koruptor 2x

Aku gak perlu make-up mu
Aku gak perlu bajumu
Yang ku perlu isi dadamu
Sepenuh kasihku padamu

Aku gak penting warna lipstikmu
Aku gak penting perhiasanmu
Yang penting jujur hatimu
Sejujurnya aku falling in love padamu

Semangat !

Ramadhan kali ini saya merasakan hal yang kontraproduktif dengan kebanyakan orang. Jika sebagian orang merasakan "benar2" yang namanya bulan ramadhan, saya merasa aneh. Bukan aneh karena ramadhannya tapi bulan ini saya tidak bisa mengatur waktu2 saya.

Pukul 8 pagi saya harus meluncur ke kantor. Kerjaannya lagi banyak2nya menyambut lebaran. Habis maghrib setelah buka puasa di kantor saya baru bisa pulang, itupun dengan kerjaan yang masih tertunda disana-sini. Badan rasanya capek banget.

Sampai hari ke-13 ramadhan saya belum pernah shalat tarawih di masjid sekalipun. Begitu pulang biasanya langsung "tepar" sampai waktunya sahur. Itu jika tidak ada kerjaan malam, jika ada pekerjaan yang mengharuskan dikerjakan tengah malam maka saya harus begadang sampai pagi. Baru siangnya berangkat kerja lagi..

Fufh, capek deh.. Tapi harus tetap semangat.. namanya juga berjuang (demi anak istri kelak.. hehe... ) Bunda selalu tanamkan, "Jangan Pernah Menyerah, Dhi.." Masih banyak orang diluar sana yang nasibnya lebih buruk.. Saya benar2 harus bersyukur...

Jadi inget liriknya SheilaOn7 : " Kubekerja siang dan malam agar istriku bahagia, semoga kelak anak kita hidup selayaknya.. " :D

Senin, 21 Juli 2008

Saya Kembali..

(mari bicara sedikit tentang pekerjaan)

Saat itu tanggal 18 Mei 2008 saya menulis di blog ini. Saya bercerita tentang keinginan saya untuk kembali ke Semarang, walaupun saat itu saya belum punya gambaran sama sekali suatu hal yang bisa membuat saya kembali.

Mungkin karena sudah rejekinya. Saat itu tanggal 30 Mei sore hari, ketika ada troubleshooting BTS saya mengalami masalah dengan kunci site yang mengharuskan saya dari site di daerah Cibubur ke kantor Ericsson Aquarius Pondok Indah untuk mengambil kunci site yang baru. Karena menunggu request kunci yang lumayan lama, saya sempatkan untuk membuka email saya. Di sebuah milis saya mendapati sebuah info kerja di Semarang yang surat lamarannya harus dikirim paling lambat sore itu. Bergegas saya langsung kirimkan surat lamaran dengan CV mengcopy dari Mas Bayu, karena saat itu saya baru kehilangan flashdisk yang menyimpan CV saya.

Alhamdulillah saya dapat panggilan dan tanggal 5 Juni saya memulai test pertama di Semarang. Selama kurun waktu 1 bulan saya bolos untuk mengikuti test empat kali. Teman-teman di tempat kerjaan lama sangat mendukung.

Setelah bolak-balik Semarang-Bekasi yang melelahkan akhirnya hasil manis saya dapatkan. Saya diterima. Di perusahaan operator telekomunikasi. Operator ke-4 yang pernah saya masuki.
Kini sudah hampir 1 bulan saya ditempat baru ini ( besok2 saya ceritakan juga segala retorika suasana kerja disini, semoga saja menyenangkan )

Alhamdulillah, Allah SWT mengabulkan doa saya untuk kembali disini. Terima kasih ya Allah.. Semoga ditempat ini saya bisa lebih mendekatkan diri kepadaMu.. Amin.

Terima kasih kepada mas Bayu yang meminjamkan saya CV sore itu, pak Irawan yang selalu memberi ijin untuk bolos, pak Dedi, Asep, Aeng, Ruslan yang setia mengantar jemput ke stasiun dan terminal, my sister tyush yang meminjami "dejow"nya untuk seleksi di Semarang.. Dan semua yang telah mendoakan untuk bisa kembali ke kota ini.. Terima kasih..

Saya akan berusaha memperoleh yang terbaik disini untuk bisa membanggakan kalian.. :))

PKB dan dinamikanya..

(mari bicara sedikit tentang politik)

Cukup menarik melihat perkembangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) selama ini. Partai yang didirikan oleh Gus Dur di akhir dekade 90-an itu tak pernah jauh dari konflik. Mulai dari era Ketua Umum PKB yang pertama Matori Abdul Jalil, era Alwi Syihab, PKNU, sampai masa kepemimpinan Muhaimin Iskandar.

PKB yang secara tidak langsung didirikan untuk mengapresiasikan aspirasi warga Nahdliyin, saat ini seakan kehilangan arah perjuangannya. Mereka seakan terbawa arus carut marut dunia glamor politik Indonesia.

Namun dinamikanya sekarang sudah berubah, PKB seakan sudah kehilangan "ruh" sebagai partai santri yang didedikasikan untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi bangsa yang membutuhkan pencerahan.

Memang diakui bahwa ketergantungan karakter terhadap personal bisa menjadi bumerang bagi PKB itu sendiri. PKB berhasil membangun sebuah generasi baru yang sangat berpotensial, bukan hanya untuk PKB namun lebih dari itu, untuk Indonesia. Kader-kader muda dengan pemikiran revolusioner bagi bangsanya.

Namun semua itu sekarang menjadi bumerang baru bagi PKB. Kader-kader itu seakan terlalu cepat lari dari relnya, bahkan meninggalkan gerbongnya. Padahal didepan mereka masih banyak "guru" yang menjadi panutan mereka, yang menjadikan mereka dari "bukan siapa-siapa" menjadi "siapa2".

Secara kasat mata. Jika sekarang PKB Muhaimin "berani" mengkudeta dan meninggalkan Gus Dur sebagai pendirinya. Apalagi terhadap "pemilih" yang memilihnya di 2009 nanti..

Saya setuju dengan Gus Dur, memilih pilihan untuk Golput. Namun ini bukan Golput = Golongan Putus Asa...

Minggu, 18 Mei 2008

My Sis...


My Sis.. Ini aku.. Mana sinchannya? Mana kucingnya? :)
Peace!!!

Semarang..

Dulu ketika Julio Lopez, Maman Abdurrahman, Kahudi Wahyu, Hary Salisbury, M. Ridwan dan Fofoe Camara masih beraksi di Semarang. Saya tidak pernah melewatkan setiap pertandingan mereka meski saya harus membolos bekerja. Tribun timur menjadi tempat favorit saya meski harus "memandang matahari".

Kini saat mereka sudah tidak ada di Semarang, saya tetap rindu tribun timur itu. Rindu untuk melihat mereka beraksi. Meskipun tanpa Julio Lopez masih ada Gaston Castano, tanpa Maman masih ada Idrus, tanpa Ridwan masih ada Rumba.

Namun jauh direlung hati saya, kerinduan itu masih terlalu kecil dibanding kerinduan saya untuk kembali hidup di Semarang. Kota kenangan sekaligus harapan bagi saya. Banyak impian saya yang tertambat disana.

Saya ingin kembali ke Semarang? Pasti!!!
Menyerah dengan keadaan sekarang disini? Bisa dikatakan begitu

Retorika Malam..

Pekerjaan saya sekarang mengharuskan saya untuk mengakrapi malam. Malam, sebuah sudut waktu yang sangat eksotis. Tersimpan sejuta misteri yang kadang membuat kita merasa perlu untuk bercermin tentang banyak pengharapan dan impian. Karena di waktu malam itu semua pintu akan membuka pengharapan kita dengan sangat lapang.

Bekerja di malam hari membuka mata saya bahwa di temaram kegelapan masih banyak orang yang harus berjuang demi sebuah kehidupan. Masih banyak orang yang harus bekerja demi hidup mereka. Bahkan dengan cara yang tidak terbayangkan dalam benak saya sebelumnya.

Saya menjumpai banyak tukang ojek yang tetap bekerja menunggu penumpang walaupun harus tidur di atas sepeda motor, menemui banyak perempuan pekerja pabrik yang baru selesai bekerja di tengah malam, seorang nenek tua penjual asongan di kereta ekonomi yang harus bolak balik dari satu stasiun ke stasiun di kota lain untuk menjajakan secangkir kopi.

Banyak retorika malam yang sangat menantang saya untuk terus ada didalamnya. Menikmati saripati kehidupan dalam kegelapan. Tentunya dengan sejuta misterinya....

Kamis, 24 April 2008

Jakarta...

Hidup di Jakarta dengan rutinitas yang hanya terfokus pada pekerjaan, bagi sebagian orang kadang sangat menjemukan. Terlebih dengan kondisi Jakarta yang tidak bersahabat bagi pendatang baru seperti saya. Rasanya tidak ada waktu untuk diri sendiri ketika sebuah tuntutan mengharuskan untuk bekerja dengan intensitas waktu yang sangat tinggi.

Kadang saya merasakan waktu yang mengalir begitu cepat, " baru pagi dah pagi lagi" begitu gumam saya. Saya merasa seperti dikejar-kejar waktu yang terus menekan untuk terus berlari.

Rutinitas baru untuk mengikuti alur kehidupan di Jakarta harus saya ikuti. Saya harus membiasakan diri dengan sesuatu ritme hidup yang jauh berbeda dengan apa yang telah saya rasakan selama ini. Memanage waktu menjadi kata kunci untuk dapat mengikuti alur kehidupan disini. Sekarang saya harus membiasakan diri untuk tepat waktu serta mengatur kegiatan-kegiatan saya. Berhimpit-himpitan di bus, naik ojek, jalan kaki menjadi menu wajib untuk "mengejar waktu". Waktu menjadi hal yang sangat langka disini.

Kata orang kota ini sangat tidak menyenangkan. Macet, panas, bising menjadi bagian hidup kehidupan di Jakarta. Namun disatu sisi saya sangat menikmatinya. Saya sangat enjoy hidup di kota ini. Saya benar-benar bisa "powerfull" untuk memacu diri saya mencapai apa yang saya sebut dengan "kesuksesan hati". Kadang seorang teman bertanya, "kamu senang ya hidup di Jakarta?" saya jawab dengan mantap, "ya, sangat menyenangkan".

Namun banyak hal yang mengganjal saya tentang kota ini. Dimana berlaku hukum rimba di jalanan, sikap acuh dan "tak mau peduli dengan orang lain". Kadang hati kecil saya "berontak" melihat kenyataan-kenyataan itu. Jalan raya serasa menjadi dunia tanpa hukum, tanpa rasa menghormati, terlebih rasa "berbagi dan menghargai".

Yang kuat yang menang, yang lemah yang kalah begitu kata teman saya yang lain menanggapi tentang Jakarta. Namun memang kenyataan seperti itulah yang nampak di kota ini. Sebuah ironi kehidupan yang sangat dalam. Gambaran pencapaian hidup yang saling bertolak belakang.

Banyak pemandangan disini yang kadang kala membuat hati saya "menangis". Pernah suatu malam saya menjumpai seorang ibu cacat yang untuk berdiri menopang dirinya saja kesusahan, namun dia harus naik turun dari satu bus ke bus yang lain untuk mengamen di tengah rintik hujan. Sering juga di"curhati" tukang-tukang ojek tentang kehidupan mereka. Melihat bagaimana ditengah malam seorang ibu menjajakan gorengan ditengah hujan untuk menyekolahkan anaknya di kampung. Lebih sering pula melihat dan mendengar keluhan security BTS yang harus merantau dari kampung ke Jakarta namun hanya mendapat upah tak lebih dari seorang buruh tani dikampung. Padahal untuk melamar pekerjaanpun dia harus membayar jutaan rupiah!!

Begitu keraskah hidup di kota ini? Apa memang ini bagian dari roda kehidupan? ataukah "tidak ada perasaan" dihati orang-orang itu?

Aku terus merasa,, Atau aku harus berpaling?

Sabtu, 29 Maret 2008

peta hidup

gambar itu selalu mengingatkanku akan peta hidupku. mimpi-mimpi yang tergores disana. ada kebanggaan besar yang terurai ketika sebuah mimpi bisa tercapai. peta hidup seorang pejuang kata sohibku. sebuah motivator besar untuk meyakini bahwa kita tak hanya bisa bermimpi, namun menaklukan mimpi.

aku bukan pemimpi, aku pejuang mimpi!

peta hidup yang aku tulis yang sudah aku lalui ( alhamdulillah,,, ) :
1. Bisa kuliah ( bisa merasakan menjadi mahasiswa,, walaupun keluar namun aku tidak akan pernah menyesalinya... )
2. Mendapatkan pekerjaan baru
3. Menapakkan kaki di Belawan
4. Menjejakkan kaki di Aceh

banyak rute dalam peta hidupku yang belum terjamah,, aku harus bisa menggapainya,,
1. Menyelesaikan menulis buku
2. Menerapkan ilmunya Valentino Dinsi
3. Menjelajah Papua
4. ...
5. ...
6. Old Trafford
7. ...
8. Menikah ( Amin,, sabar ya Bos,, :) )

semoga aku bisa menaklukannya,, tentunya atas bantuanNya...
tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan dariMu ya Allah,,,

hari-hari akhir di aceh

ufh, selesai juga..
akhirnya aku sempet juga lagi nulis di blog ini setelah lama terabaikan. maklum baru habis2an ngerjain kerjaan biar selesai semua.
setelah sekitar 4 bulanan ngerjain kerjaan di banda aceh, kini saatnya balik ke jakarta. hidup di peradaban baru, suasana kerja baru, cari kost baru.
agak sangsi juga apa aku bisa bertahan disana. mudah2an segalanya bisa dimudahkan. amin,,

setelah ogah2an di banda aceh ini aku harus kembali hidup semangat seperti janjiku dulu sama seseorang. namun ada kesedihan juga ninggalin kota ini. walaupun sebentar, namun ada banyak hal baru sebagai pembelajaran buat aku disini.

aku harus ngucapin selamat tinggal buat mas dedi ( makasih mas, atas bantuan2nya selama ini ), buat bang leman ( makasih bang dah mau nganterin kita kemanapun, anterin aku ke bandara lagi ya bang,, :) ), mas2 di warkop langganan aku beli mie aceh, abang2 tempat aq beli nasi goreng tiap malam, kaka2 di warung swalayan depan gang, juga dokter luna dan suster keke. terima kasih semuanya..

mudah-mudahan suatu waktu aku bisa kembali kesini,, :)

Jumat, 07 Maret 2008

mencintai pekerjaan

Banda Aceh 7 Maret 2008. 01.35 AM

karena masih nggak bisa tidur saya coba2 search tentang mgw. bukannya menemukan artikel tentang mgw, saya malah menemukan blog yang bagus banget. pokoknya isinya mantap!!!
blog ini punya dari orang ericsson juga, tepatnya di bagian fo. kalau nggak tau fo, bayangin aja ini bagian orang serem yang ditakuti engineer2 di daerah2. kalau hp dah berdering dari nomor fo, alamat 66% kita dikasih kerjaan. :)

namanya ilma pratidina, wong solo. di salah satu artikelnya saya mendapatkan pelajaran berharga. beliau menulis " Saya diam. Mungkin karena saya terlanjur mencintai dunia ini. Bagaimanapun dan dimanapun saya berada.. Naifkah saya? "

yups, ini yang saya tidak punya, MENCINTAI PEKERJAAN saya. selama disini saya terlalu meremehkan pekerjaan saya namun kadang merasa juga ini sebagai beban yang begitu berat. semoga saya bisa terus belajar dan bergerak untuk mencintai pekerjaan ini, bagaimanapun dan dimanapun saya berada.

makasih inspirasinya mbak fo.. eh nyuwun pangapunten, mbak ilma ding...

Bengawan Solo on Chinese Film

tengah malam ini begadang nonton tv, karena besok hari libur. karena tak ada acara bagus di tv lokal, aku iseng2 buka channel tv china yang aku nggak tau nama stasiun tv-nya. soalnya nama channelnya pakai tulisan china. padahal kalau diganti tulisan jawapun aku nggak tau, karena aku nggak bisa baca tulisan jawa.

acara di channel itu sedang memutar sebuah film. yang kalau aku baca di guide-nya berjudul " The Moon Also Rises ". filmnya nampak biasa2 saja, terlebih mataku juga dah 5 watt buat baca text translatenya. walaupun aku suka dengan pengambilan2 gambarnya, yang anglenya sangat bagus.

namun yang membuat mataku terbelalak dan telingaku menganga adalah ketika adegan di sebuah kelas. menggambarkan kegiatan belajar mengajar di kelas sebuah sekolah di pedalaman cina. dengan latar belakang lagu bengawan solo!!! bengawan solo versi cina !!!

wah dahsyat banget nih lagu!!! aku malunya setengah mati,, sebagai orang jawa yang notabenenya versi asli lagu itu berbahasa jawa malah aku nggak apal lirik lagu itu sampai selesai. padahal lagu itu sampai didendangkan banyak orang dibelahan dunia yang jauh dari indonesia.
aku jadi luar biasa kagum sama itu lagu itu.

lagu fenomenal, sefenomenal penciptanya.
benar2 mengalir sampai jauh.

ups, andaikan anak2 indonesia bisa nguri2 budayanya..
pasti dahsyat!!! luar biasa!!!




the moon also rises

Minggu, 02 Maret 2008

Untukmu, Ayahku..

Sebuah lagu mengingatkanku tentangmu, ayahku. Sayup-sayup mengumandang mengiris hati. Aku ingat sewaktu kecil, kau harus berjuang berjalan kaki ke tempat kerja karena ketiadaan biaya. Aku selalu ingat, kaulah orang pertama yang mengajariku membaca. Mengenalkan aku pada retorika dunia.

Kaulah yang membentuk jiwaku, meyakini bahwa hidup itu perjuangan. Menunjukkan padaku bahwa kita tak perlu malu pada keadaan. Karena keadaan ini yang harus kita taklukan.

Saat aku bersekolah jauh dari rumah. Hujan deras disuatu sore kau datang, sekedar memberi uang saku yang tak bisa kau berikan saat aku pulang, karena saat aku pulang kau belum mendapatkannya. Uang saku yang kau perjuangkan.

Masih terngiang dalam benakku saat aku pamit akan bekerja merantau, kau berikan aku sebuah buku. Buku yang memotivasiku untuk terus beramal, apapun kondisinya. Walaupun hanya dengan sebuah senyum.

Lagu-lagu yang membuat aku menangis mengenangmu, Ayahku....


Di mana akan kucari
Aku menangis seorang diri
Hatiku selalu ingin bertemu
Untukmu aku bernyanyi
Untuk ayah tercinta
Aku ingin bernyanyi
walau air mata dipipiku
Ayah dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi
Lihatlah, hari berganti
Namun tidak seindah dulu
Datanglah aku ingin bertemu
Untukmu aku bernyanyi




TITIP RINDU BUAT AYAH
Ebiet G. Ade

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau tampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun engkau tetap tabah


Meski nafasmu kadang tersengau
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan..


Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tidak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia


Ayah
Dalam hening sepi ku rindu
Untuk ... menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang .... Banyak menanggung beban



Kamis, 28 Februari 2008

masih menunggu

aku masih berharap.. / masih berharap kamu membalasnya / setiap detik kubuka emailku / kubuka hpku.. / berharap kuterima pesanmu / aku masih menunggu / kutunggu jawabmu / sungguh aku menunggu / apapun isi hatimu tentang aku, *** /

Rabu, 27 Februari 2008

Lihat, Dengar, Rasakan

Lihat, Dengar, Rasakan.. by Sheila On 7

Dia telah berdiri, coba berlari
Tak pernah dia jelang hidup yang inginkan
Kilau hari-hari dan birunya langit
Terhapus rasa indah, terpejam oleh lelah

Dalam lelahnya mata nikmat dunia menjelma
Sejenak dia berharap malam tanpa batas
Bunda selalu tanamkan jangan pernah menyerah
Jalani dan panjatkan, kelak syukur kau ucapkan

Pada diri Nya ku mohonkan
Mudahkan hidupnya, hiasi dengan belai-Mu
Sucikan tangan-tangan yang memegang erat harta
Terangi harinya dengan lembut mentari-Mu
Buka genggaman yang telah menjadi hak mereka

Selasa, 26 Februari 2008

Untukmu, Wee

Akhirnya aku menemukanmu lagi.. Bisa bersua kembali.. Setelah dulu kita lalui2 selembar kisah yang membuat kita tertawa, menangis dan bangga.. Menjalani sebuah titian kisah mengharukan..

Kita tak pernah tahu, apakah semua itu sebuah prolog dalam lintasan rel panjang yang memang disajikan untuk kita.. Yang dulu begitu menggetarkan hatimu.. Diselingi tangisan2 yang menelenggelamkan jiwaku akan masa lalu..

Jika aku bisa memutar masa lalu, mungkin aku akan membelokkan perjalananku.. Untuk bisa "memberi lebih".. Namun sekarang aku harus yakini kata2mu..
Sekarang adalah sekarang..
Dulu adalah dulu..

Semoga kisah masa lalu bisa lebih mendewasakan.. Menyegarkan hidup kita sekarang...
Terima kasih atas sebuah pengalaman yang luar biasa untuk kita..
Menjadi sebuah kisah klasik yang tak terlupakan oleh..

Lagunya kurang satu tuh... Temani Aku by Sheila On 7...
Hehhehheehhe...

Rabu, 20 Februari 2008

Gempa (Lagi)

Untuk kesekian kalinya setelah tinggal di Banda Aceh aku merasakan gempa. Tadi sekitar pukul 15.20 gempa kembali menggetarkan Aceh. Gempa yang menurut AS berkekuatan 7,5 SR. Memang, aku juga merasakan gempa yang terjadi tadi sangat kuat di banding gempa-gempa yang aku rasain sebelumnya. Rasanya seperti digoyang-goyang dari pusat bumi.
Aku harus ikut keluar rumah bareng tetangga-tetangga yang tampaknya sudah biasa menghadapi gempa.

Semoga semuanya baik-baik saja...

Senin, 18 Februari 2008

Puisi AADC

Puisi AADC yang dulu bikin aku melayang-layang..

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku melihat karya surga
Dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta

Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya..

Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja.

Tangisku.. Pembelajaran Buatku..

Kemarin sore aku melihat tayangan di Trans TV..
Acara itu berkisah tentang seorang kakek pemetik teh, yang hidup bersama dengan istrinya dan seorang cucu mereka. Mereka hidup serba kekurangan. Dengan pendapatan hanya Rp.6000/hari sebagai buruh pemetik teh. Mereka hidup sangat sederhana. Untuk makan pun hanya sepiring nasi dengan garam. Yup, hanya dengan garam. Tanpa sayur dan lauk apapun.
Namun yang membuat aku tercengang adalah mereka tidak pernah mengeluh, selalu tersenyum. Sangat ikhlas walaupun untuk hidup saja mereka harus bersusah payah.
Ketegaran mereka luar biasa, selalu bersyukur dengan apa yang mereka raih.

Aku jadi keinget kejadian waktu aku kelas 3 SMP. Aku diceritain ma guru Bahasa Indonesiaku, tentang adik kelas yang waktu itu kelas 1. Rumahnya di daerah Sapuran kira-kira 30 km dari sekolah. Pada saat itu ia berusaha untuk sekolah terbaik di kotaku, mungkin karena kesungguhannya untuk sekolah. Pada sore hari sebelum hari pertama masuk sekolah. Ia harus berjalan kaki ke kota karena orang tuanya yang hanya petani tidak sanggup untuk memberi uang saku. Ia hanya membawa uang saku Rp. 500. Dengan niatan untuk menginap di rumah kenalan pamannya di kota. Semangatnya sungguh luar biasa. Yang ia harapkan hanya bisa memperoleh pendidikan terbaik. Mungkin dengan harapan untuk mengangkat kehidupan keluarganya. Sungguh cita2 yang sangat mulia.

Teringat dua cerita itu, rasanya aku sangat malu. Ingin menangis. Selama ini aku sering menghambur-hamburkan uang. Tidak pernah menghargai yang namanya uang. Ternyata masih banyak orang yang nasibnya lebih buruk dari aku. Namun aku tak pernah bersyukur atas itu.

Semoga dengan teringat cerita2 itu, aku selalu bersyukur atas apa yang aku peroleh.
Semoga aku ingat pada mereka. Mereka yang menganggap hidup bukan sebagai beban. Namun impian2 yang penuh optimisme.

Sabtu, 16 Februari 2008

Sabang... I'm coming...


Sabang, I'm coming...

Pura-pura

Aku masih tenggelam dengan asaku, yang seakan kepanjangan tangan naluriku membedah kenyataan bahwa segala yang aku lakukan adalah cerminan dari hati dan jiwaku.
Aku masih yakin, kepura-puraan itu bisa menjadi sempurna. Walau kepura-puraan bisa menjadikan seluruh badan ini termakan ego.
Hilang kenikmatan dari semua nilai-nilai yang dinamakan ketenangan.
Pura-pura cuma bualan. Sifat dasar sebuah kemunduran. Pemakan nilai-nilai kejujuran.
Karena kejujuran adalah inti dari hidup. Penolong kehidupan.

Ah, semakin bingung saja aku.

Anti Kemapanan

Anti Kemapanan..

Dulu kalimat itu begitu aku agung2kan, namun dalam realitanya aku tidak bisa mencerna kalimat yang penuh makna itu.
4 Bulan yang lalu ketika masih di Semarang aku begitu termotivasi dengan kalimat itu. Aku mencoba mencari sisi lain dunia ini. Mencoba berpetualang,, kalau istilah edensor-nya mencari mozaik2 hidup kita yang berserakan penuh misteri. Aku mencoba merajut hidup baru, yang tentunya penuh tantangan. Mencari kerja yang penuh dengan peluh, mencoba memaknai hidup dari sudut pandang yang berbeda.

Sekarang aku berada beribu kilometer dari tanah leluhurku, di ujung barat Indonesia. Banda Aceh tepatnya. Kota yang sedang berbenah karena dihantam badai yang luar biasa dahsyat, Tsunami. Kota yang menamakan diri kota "syariah" namun dari pandangan kasat mata masih banyak penduduknya yang memaknai syariah hanya dengan jilbab. Namun sendi2 kehidupannya masih jauh dari syariah yang kaffah. Rasanya syariah baru sebatas slogan2 semata, belum mengakar dalam darah penduduknya.

Kembali ke masalah kemapanan. Aku mengira perjalanan kesini akan menjadi titik awalku mencari mozaik2 hidupku. Namun slogan "Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan" versi Andrea Hirata belum menjamah hatiku. Masih setengah2 menurutku, belum ada tekad kuat. Masih takut dengan teori kapitalisme. Masih menganggap uang adalah segala kunci menuju tujuan.

Aku masih terkungkung bahwa hidup sejahtera itu harus bergelar sarjana. Masih bergumul dengan teori hidup mapan harus jadi pegawai kantoran, berangkat pagi pulang sore. Membosankan!!! Aku ingin jadi peracun kemapanan, menjelajah mimpi2 yang kadang penuh dengan rancauan dan khayalan kelas medioker.

Namun sekarang aku belum mampu mewujudkannya. Masih terpana dengan kenyataan bahwa hidup nomaden kurang mengasyikkan. Lebih menikmati slogan "Makan gak makan asal kumpul" yang turun temurun di amini oleh sanak kadang tetuaku. Aku masih berharap gelar itu tersanding di namaku walaupun aku penganut faham "Jangan mau seumur hidup jadi orang gajian" versi Master Valentino Dinsi. Aku masih yakin, sepuluh tahun kedepan, orang Indonesia masih menganggap gelar itu cerminan dari diri seseorang. Padahal gelar2 itu banyak kosongnya. Gelar2 penipu diri. Menelenggelamkan diri demi sebuah kebanggaan semu. Tong kosong nyaring bunyinya. Tapi sampai kapanpun aku masih percaya dengan tetuah "Adigang Adigung Adiguna".

Namun masih ada tekad dalam hidupku kelak. Aku harus berani madhep pandhito, mencari kebenaran yang hakiki. Merasakan sari pati hidup. Mencari mozaik hidupku di seberang lautan, diseberang samudra. Menjangkau segenap benua, demi sebuah kehausan diri akan makna hidup.

Meskipun sekarang masih tenggelam dalam kehidupan semu penenggelam jiwa.

Kamis, 14 Februari 2008

Di Atas Bukit


Pelabuhan Malahayati


Perjalanan Menggoreskan Hati












Hari ini lumayan mengasikkan untukku. Aku berkesempatan main ke Kreung Raya di daerah Pelabuhan Malahayati, kurang lebih 30 km dari Banda Aceh. Di sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang luar biasa indah karena jalannya ada di tepian pantai timur Aceh. Meskipun perjalanan terasa "menyesakkan" karena di sepanjang jalan kita melewati daerah-daerah yang terkena gelombang tsunami, dengan rumah-rumah penampungan yang menggores hati.

Sebelum sampai ditujuan kita mencoba masuk jalan ke hutan. Di daerah yang selama konflik Aceh mungkin orang akan berfikir 7 kali untuk melewatinya. Namun sayang, yang kita lihat hanya padang gersang. Hutan gundul yang sangat panas dan tandus. Kemudian kita lanjutkan perjalanan semula ke Pelabuhan Malahayati.

Sesampai disana, aku disuguhi pemandangan yang begitu indah, kita berada di atas bukit dengan pemandangan pelabuhan dan laut yang begitu indah di bawahnya. Seperti negeri diatas awan. Walaupun dengan pemandangan miris juga, melihat salah satu daerah yang terparah terkena gelombang tsunami. Yang kini penuh dengan rumah-rumah bantuan, dan masyarakat yang mencoba menata hidupnya kembali. Cukup lama aku di atas bukit ini, menikmati pemandangan yang mungkin tidak akan aku temui lagi setelah aku keluar dari Aceh.

Setelah itu kita memutuskan pulang, namun tidak lupa masuk ke Pelabuhan Malahayati sekedar untuk foto didepan kapal yang sedang berlabuh.

Sungguh perjalanan yang menggoreskan hati.

Selasa, 12 Februari 2008

Bunga di Padang Gersang

Bunga itu hadir lagi..
Memberi semerbak hati ini..
Ah, ini cuma mimpi..
Apa ada bunga di padang gersang ?

Bukan,
Ini bukan mimpi
Bunga itu cahaya..
Merancau jiwa ini..
Meracuni kelopak ini..
Membual mimpi ini..

Ups, kau bukan bunga harapan..
Kau pesona fatamorgana..
Peracun mimpi..
Tak lebih dari ilusi..

10 tahun yang akan datang...

...10 tahun yang akan datang...
aku akan ada disampingmu...
entah berapa banyak pertemuan...
dan perpisahan...
saat itu tangan kita menyatu...
hati kita terpagut...
saat itu kita yakini...
pertemuan kita adalah...
pertemuan karena takdir...

Malam ini aku teringat puisi itu, puisi yang 5 tahun lalu aku berikan kepada sebuah wanita.
Saat-saat cinta monyet itu bersemi. Tanpa rasa malu...
Yup, kepada seorang wanita...
Yang jauh disana, dengan kehidupan barunya...
Dengan bahagianya...
Maaf, aku pernah mengecewakanmu...
Membuatmu menangis...

Apakah ada maaf darimu untukku?
Untuk hati yang terasing ini?

Hari ini aneh banget

Malam ini aku kembali bercengkrama dengan si item, yang rela aku pencat-pencet berjam-jam cuman buat chat di gmail..
Hari ini aku terasa aneh bgt, padahal hari2ku juga seperti hari2 lainnya :
- 09.00 = Bangun tidur
- 09.00-10.00 = Tiduran lagi..
- 10.00-10.45 = Ngecek email ma buka2 fs..
- 10.45-11.00 = Mandi
- 11.15-12.15 = Berangkat ke kantor liat situasi..
- 12.15-13.00 = Makan siang ( + sarapan juga )
- 13.00-16.00 = Pergi ke site..
- 16.00-18.30 = Chat..
- 18.30-20.00 = Shalat + makan
- 20.00-sekarang = Browsing (Lagi)

Tapi kok masi ngrasa aneh ya? knapa nih?

Perjalanan Jiwa

aku buka friendster ar-Raihana Anantya..
ada kalimat2 yang mengingatkan aku kalau selama ini aku tidak berada pada jalan yang benar...
----
Seorang sufi bercerita tentang perjalanan jiwanya

Dia berkata : Hatiku pernah gelisah memikirkan lima perkara
Sehingga aku sibuk mencari jawabannya
Ternyata aku mendapatkannya dalam lima perkara pula,

Pertama, aku mencari berkah dalam mengejar keperluan hidup
Aku menemukannya saat aku melakukan Shalat Dhuha

Kedua, aku mencari penerang dalam alam kubur
Aku menemukannya saat aku melakukan Shalat Malam

Ketiga, aku mencari jawaban untuk pertanyaan Munkar dan Nakir
Aku menemukannya saat aku membaca Al Qur'an

Keempat, aku mencari alat pegangan saat meniti Shiratal Mustaqim
Aku menemukannya saat aku berpuasa dan bersedekah

Dan kelima, aku mencari naungan Arasy
Dan aku menemukannya saat aku mengasingkan diri dan beribadah kepada Allah

Sekarang hatiku beristirahat dengan tenang.

Gak Semangat

Nggak tau kenapa akhir2 ini aku tidak ada semangatnya buat kerja. Apa karena aku ndak betah ya? Gak tau juga. Kemungkinan besar barangkali karena gosip bahwa bulan April kerjaannya mau di ambil alih Telkomsel, jadinya aku harus kembali ke Jawa lagi. Berita yang simpang siur tapi membuat aku begitu senang kalau itu bisa jadi kenyataan. Jika itu jadi kenyataan maka aku harus ninggalin Aceh dan kerja di Jawa lagi. Mudah-mudahan nggak jauh dari Semarang, jadi tiap Sabtu pagi aku bisa main bola lagi bareng teman2ku di depan Yakes. Menyenangkan !!
Mudah-mudahan itu bisa jadi kenyataan, walaupun buat konsentrasi kerjaku disini menurun drastis dan tidak bersemangat..

Minggu, 10 Februari 2008

== terbang ==

aku ingin terbang...
menembus bayang...
selalu melayang...
menerjang...
buangkan sayang...
karena aku sang...
pecundang...

Kamis, 07 Februari 2008

Elegi Esok Pagi

Izinkanlah kukecup keningmu - Bukan hanya ada didalam angan - Esok pagi kau buka jendela - Kan kau dapati seikat kembang merah - Engkau tahu aku mulai bosan - bercumbu dengan bayang-bayang - Bantulah aku temukan diri - Manyambut pagi membuang sepi - Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan oh oh oh oh.... - Dan biarkan kumengerti - apa yang tersimpan dimatamu oh oh....... - Barangkali di tengah telaga - ada tersisa butiran cinta - dan semoga kerinduan ini - bukan jadi mimpi di atas mimpi - Izinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu oh oh oh oh...... - Dan biarkan ku bernyanyi - demi hati yang risau ini oh oh......

< gak bisa ketemu lagi >

akhirnya aku bisa lega lagi
tak harus risih lagi karena diinfus...
tak harus akrab lagi dengan jarum suntik...
tak harus dijejali obat lagi...

yah, ternyata sakit itu ndak enak...

tapi ada satu yang bikin sedih...
jadi gak bisa ketemu lagi...

Kamis, 31 Januari 2008

[ masih terkapar ]

Aku masih terkapar...
Menahan Pening...
Dijejaji ribuan biotika...
Dalam belasan tablet...
Aku tak tahan lagi...

Kapan ini harus berakhir, dok...
Apa aku harus lari...

Tidak, aku tidak akan lari...
Karena dokter begitu mempesona...
Disini puluhan tahun pun aku betah...
Karena dokter begitu cantik di mataku...

Minggu, 27 Januari 2008

my inspiration...


My Inspiration...

Emmanuel De Porras
-------------------------------------

tersesatku,

aku tersesat disini, di dunia tanpa hati, yang hilangkan egoku, yang gelorakan anganku, menggapai mimpi, sebuah mimpi..., tentang kehidupan, yang benar-benar merancau, merancau aku bertubi-tubi, mengiangi telinga ini, membakar jiwa ini,
aku bukan aku karena aku bukan jiwaku

rindu akut

banda aceh // 260208 // 19.30 // di redup lilin ini // aku menangis // jiwaku teriris // menahan rindu yang akut // rinduku akan duniaku // yang kini hilang // ditelan sebuah impian // impian yang menelenggelamkan // sebuah hati // dengan serpihan canda di sana // berganti dengan // rintihan sepi // beban duniawi // yang terus menggerus diri ini //

Senin, 21 Januari 2008

Lagu Untuknya

Sebuah lagu yang menggambarkan segenap hati ini untuknya...

BaseJam - Bukan Pujangga

Aku mungkin bukan pujangga
Aku mungkin tak selalu ada
Ini diriku apa adanya

Aku mungkin bukan pujangga
Aku mungkin tak selalu ada
Ini diriku apa adanya

Mungkin aku bukan pujangga
Yang pandai merangkai kata
Ku tak selalu kirimkan bunga
Untuk ungkapkan hatiku

Mungkin aku takkan pernah
Memberi intan permata
Mungkin aku tak selalu
Ada di dekatmu

Ku ingin kau tahu isi di hatiku
Ku tak akan lelah dengan hati ini
Hingga dunia tak bermentari

Satu yang kupinta
Yakini dirimu hati ini milikmu
Semua yang kulakukan untukmu

Lebih dari sebuah kata cinta untukmu !!!

-- for my best friends --

“Kita Bukan Hanya Tukang Telepon”

Langit kota petang ini kurang bersahabat. Rintik – rintik gerimis menambah keheningan suasana. Tidak hanya hening, namun kesepian yang sangat menyayat.
Disaat – saat seperti ini biasanya aku teringat my memory place, Semarang. Pikiranku melayang mengarungi sejuta kenangan yang begitu mempesona di sana. Malam minggu yang indah terpampang di sana. Malam minggu yang cerah dengan senyum yang mengembang, dandanan ala “ De Porras “, sisiran jambul versi Indra L Bruggman. Sangat Perfect !
Bersama orang – orang yang sangat dekat. Dengan candaan2 kecil yang penuh makna. Sungguh berarti.

Kami selalu bercerita tentang pekerjaan kami. Tak pernah ada keluh kesah kami, yang hanya ada luapan kegembiraan untuk melupakan sejenak rutinitas kami yang bagi kebanyakan pemuda lain di perkotaan adalah pekerjaan yang “memalukan”. Tiap hari ditengah terik matahari yang sangat menyengat. Harus mengetok pintu rumah pelanggan yang kadangkala hanya disambut dengan longlongan anjing, dengan sikap cuek pemilik rumah yang tak percaya, anak – anak kecil seperti kami bisa perbaiki telepon rumah mereka. Dengan langkah gontai kami masuk ke rumah untuk mencari kerusakan. Kadang kala keberuntungan berpihak kepada kami, kerusakan hanya terletak di instalasi rumah saja. Namun lebih banyak kerusakan terletak di luar rumah. Kalau sudah begitu, alamat buruk bagi kami. Kami harus menurunkan tangga besi yang beratnya mungkin hampir sama dengan berat tubuh kami. Memikulnya dari tiang ke tiang, memanjat tiang satu persatu mencari sumber kerusakan. Hanya mencari kabel putus dan menyambungnya. Sangat sederhana !!! Walaupun setiap malam pundak kami serasa sakit karena seharian terus menerus mengangkat tangga. Dengan keringat dan wajah yang tidak berbentuk tentunya.

Kadang kala kami harus buang muka karena malu pada saat memikul tangga besi itu bertemu dengan seseorang yang sebaya dengan kami. Dengan pemuda – pemudi harapan bangsa, mereka yang tiap hari bergelut dengan buku dengan status yang membanggakan, MAHASISWA. Sedangkan kami, hanya “ tukang telepon “ yang begitu miris dengan sebutan “ Tenaga Lepas Harian “. Sebutan yang kami dapat dari kantor tempat kami bekerja. Bagaimana pelanggan bisa menghargai kami, sedangkan orang-orang yang memperkerjakan kami hanya menganggap kami dengan kalimat yang sangat jauh dari layak, Tenaga Lepas Harian. Mungkin mereka menganggap kami hanya orang-orang remeh, yang hanya punya keahlian menyambung kabel. Itu saja ! Tidak lebih !. Tak ubahnya seorang robot yang dikendalikan oleh tuannya, memakai seragam seperti tuannya saja kami dimarahi. Mungkin tidak selevel menurutnya. Dengan bayaran tak lebih dari seorang buruh tani di kampung. Benar-benar tidak dianggap. Hanya sekedar mempunyai ID Card tanda pekerja pun kami harus menunggu satu tahun lamanya. Dengan syarat-syarat yang berbelit pula.

“Perusahaan macam apa ini ?” Begitu kami bertanya.
Pejabat-pejabat di kantor dengan enaknya mamakai mobil-mobil dinas mewah, hidup berkecukupan, berlagak sok penting, yang bisa seenaknya mengatur bawahan dan menyalahkan bawahan tanpa mereka tau betapa berat setiap hari harus disengat matahari, diguyur hujan, kadang dicerca pelanggan.
Teringat sebuah lirik lagu yang mungkin menggambarkan kedzoliman mereka :

“ …tawa lepasmu, adalah tangisanku…
rumah mewahmu adalah deritaku…
kebodohan ini harus segera diakhiri…
sebelum aku benar-benar mati… “

Ups, mungkin pekerjaan yang membuat orang tua kami tidak rela jika mereka melihatnya.

Namun kami berusaha melewatinya dengan senang, mungkin kami menganggap pekerjaan itu sebagai pembelajaran buat diri kami. Bagaimana setiap hari kami harus bertemu dengan puluhan orang dengan jutaan karakter tentunya. Kadang dengan pujian, senyuman dan ucapan terima kasih namun lebih banyak pula yang menganggap kita sebagai angin lalu. Apa berartinya anak muda “ tukang telepon “ seperti kami.

Yup, dimalam minggu seperti inilah kami biasanya melepas penat, melupakan semua itu, walaupun dengan canda-canda kecil tanpa arah yang senangkan lubuk hati kami…

Kami tidak akan pernah kecewa dengan apa yang kami peroleh, kami harus bersyukur dengan semuanya. Jutaan orang belum bisa menikmati pekerjaan di negeri ini…
Beruntunglah kami, walaupun kami hanya “ tukang telepon “. Kami tidak akan malu dengan pekerjaan kami karena pekerjaan kami bukan KORUPTOR, PERAMPOK, PENCURI, ataupun orang-orang flamboyant yang mengaku dirinya PEJABAT namun tak ubahnya seorang PENINDAS RAKYAT !!!

--------------------------------------------------------------------------------------
Friends, walaupun aku sudah tidak ikut berjuang bersama kalian disitu. Percayalah, hatiku tak akan bisa lepas dari kalian. Jangan malu pada pekerjaan kalian. Kalian adalah guru terbaik untukku.
Tetap Semangat friends.
Aku disini tidak hanya akan berjuang untuk diriku sendiri. Aku akan berjuang dan terus berjuang disini untuk kalian juga.
Kita harus buktikan pada semua orang kalau kita bukan hanya bisa menyambung kabel. Suatu saat kita akan SUKSES. Bukan hanya menjadi tukang telepon. Kita akan jadi BOS-nya telepon.
Jangan Pernah Menyerah !!!!!!

-----------------------------------------
aku selalu rindu semarang…
rindu panasnya…
rindu dinginnya…
rindu suasananya…
rindu aroma congyang-nya…
-----------------------------------------

Minggu, 06 Januari 2008

Republik Mimpi Berakhir ?

--- nama blog ini secara tidak langsung diilhami dari sebuah acara di metro tv yang mengangkat realita bangsa ini walau dengan nama kias " republik mimpi " ---
Namun penayangan pada malam ini (6 Januari 2008 ) ada yang berbeda dibanding biasanya. Sang Wakil Presiden " Jarwo Kuat " tidak bisa hadir karena sedang tersandung sebuah masalah hukum.

Diakhir acara, Penasehat Komunikasi Politik negeri Republik Mimpi menyatakan kemungkinan bahwa acara pada malam ini merupakan episode terakhir.

Tentu pernyataan itu maupun rencana pemberhentian acara ada hubungannya dengan kasus yang ditimpa "Jarwo Kuat"

Namun yang jadi pertanyaan, Adakah unsur2 politik dalam kasus "Jarwo Kuat" ?
Kita tunggu saja perrkembangannya...

Berikut berita tentang kasus "Jarwo Kuat" yang dikutip dari kapanlagi.com

Nama Tercemar, 'Wapres' Datangi Polda Metro Jaya
Kapanlagi.com - Ada pemandangan unik di depan Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya Sabtu pagi (5/1). Tanpa penjagaan ekstra ketat petugas sejumlah mantan presiden seperti Soeharto, Megawati, Gus Dur, Habibie berkumpul. Usut punya usut, mereka pelakon presiden di REPUBLIK MIMPI pimpinan Effendi Gozhali.
Kehadiran mereka pun bukan berdemo melainkan menemani Sujarwo, yang berperan sebagai Wapres, untuk melaporkan pimpinan event organizer yang dianggap telah mencemarkan namanya dengan pasal 378 jo 372 KUHP.
Tampak pula kuasa hukum mereka Firman Wijaya. Kelar pelaporan, Jarwo Kuat, sapaan kesehariannya, mengatakan tindakan ini terpaksa dilakukan karena dirinya merasa tidak tenang. Apalagi tuduhan penggelapan ini berimbas pula dengan keluarganya.
"Secara materi nggak ada tapi saya dan keluarga harus ngungsi ke orang tua. Lagian saya ngga bisa tenang dalam bekerja apalagi setelah dipanggil Polres Tangerang. Saya merasa tertekan," terangnya diangguki Firman Wijaya.
Sementara Firman meminta supaya digelar perkara secara terbuka sehingga tahu di mana kebenarannya. Ihwal soal tersebut terjadi kala Jarwo yang menjadi salah satu panitia Kampoeng Bola 2006 bersama PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) di Parkir Timur Gelora Bung Karno Senayan.
Acara itu terselenggara PT Al-faath Production pimpinan Rifqy Muhammad. Namun EO ini belum sanggup membayar pendanaan yang dibutuhkan segera dan hanya menyerahkan selembar cek senilai 200 juta rupiah atas nama Andar Jaya.
Lantaran mendesak akhirnya Jarwo bersama panitia lainnya termasuk Andar meminjam dana pada Alex Tjocokroraharjo. Tapi dana yang diberikan cuma 190 juta rupiah. Saat itu pula Alex bersedia bertanggung jawab untuk pengembalian dana yang dipinjam dengan cara mencicil beberapa kali.
Pada tahap pertama Andar membayar 90 juta rupiah. Sesuai perjanjian, sisa akan dibayarkan namun hingga batas waktu yang ditentukan tidak dilunasi. Tiba-tiba Jarwo mendapat somasi dari kuasa hukum Alex yang meminta segera melunasi sisa pinjaman. Apalagi rasa kaget bertambah saat dirinya ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Tangerang. (kpl/opa)

Sabtu, 05 Januari 2008

Perjuangan di mulai disini, Banda Aceh !

Hari ini tepat 28 hari aku tinggal di Banda Aceh...
Kota yang terasa aneh bagiku. Mungkin karena sebelumnya aku hanya "ndekem" saja di Pulau Jawa.
Perasaan jauh dari keluarga juga dari teman-teman lama mungkin selalu "mewarnai" hari-hari awal tinggal disini. Terlebih disini harus hidup sendiri dengan adat istiadat maupun unggah-ungguh yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupan di Jawa.

Apapun itu, aku harus tetap BERJUANG...
Demi mengais sebuah mimpi...

Jumat, 04 Januari 2008

First Posting

First Posting

Menurut budaya dimanapun, kelahiran harus dirayakan. Syukuran tidak boleh ditinggalkan...
Buat blog yang baru ini perlu di adakan syukuran ( bahasa jawanya : genduren ) gak ya ?

Mungkin 1 kata yang wajib diucapkan :

WELCOME, SELAMAT DATANG, SUGENG RAWUH...

------

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...