Senin, 17 Januari 2011

Usah Kau Lara Sendiri [ Katon Bagaskara feat Ruth Sahanaya ]


Kulihat mendung menghalangi
Pancaran wajahmu
Tak terbiasa kudapati
Terdiam mendura

Apa gerangan bergemuruh
Di ruang benakmu
Sekilas galau mata ingin
Berbagi cerita

Ku datang sahabat, bagi jiwa
Saat batin merintih
Usah kau lara sendiri
Masih ada asa tersisa

Letakkanlah tanganmu
Di atas bahuku
Biar terbagi beban itu
Dan tegar dirimu...oh...

Di depan sana cahya
Kecil tuk memandu
Tak hilang arah
Kita berjalan menghadapinya

Sekali sempat kau mengeluh
Kuatkah bertahan
Satu persatu jalinan kawan
Beranjak menjauh

Tak hilang arah kita berjalan
Menghadapinya...
Usah kau simpan lara sendiri..

Rabu, 12 Januari 2011

Catatan Akhir Tahun

Sudah 12 hari berlalu dari tahun 2010, tapi baru nulis ini. Maklum kemarin-kemarin jauh dari sinyal yang bagus untuk upload :)

#2010

Banyak hal yang sudah terjadi, mirip zodiak mungkin. Banyak cerita tentang kesehatan, keberuntungan, dan cinta.. :))
Namun ada 1 hal di tahun 2010 yang menurut saya sangat berani setengah nekat untuk saya : saya keluar dari zona nyaman saya dengan pemikiran bahwa kehidupan di luar seperti ini lebih menarik dari pada kehidupan di kantor dulu. Dan mudah-mudahan saya akan terus bisa survive dengan kehidupan yang saya yakini ini..

Nonton Kiai Kanjeng di UGM

Dalam perjalanan ke Jogja sore itu, samsung di saku tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan singkat dari Hilmy mengabarkan kalau ada acara Kiai Kanjeng di UGM. Tak ingin melewatkan, malam itu sampailah di UGM. Kiai Kanjeng langsung mengawali dengan lagu "Sepinya Hati Garuda" yang ditembangkan secara lirih oleh Novia Kolopaking. Setelah itu, audiens diajak menyaksikan tayangan di layar berisi potongan-potongan peristiwa Merapi meletus. Sebelumnya saya pernah menyaksikan tayangan ini saat di putar juga di awal konser8 di Gedung Kesenian Jakarta bulan lalu. Berikutnya disambung dengan lagu "Lukaku Lukamu".


Cak Nun naik ke panggung dan membuka acara "Dulu saya berpikir Yogya adalah kota budaya, lalu saya berpikir Yogya adalah ibu kota kebudayaan, dan bahkan yang "menyusui" Indonesia adalah Yogya, bahkan yang membiayai menteri-menteri adalah HB IX saat itu. Kemudian saya berpikir bahwa Indonesia adalah ibu kota budaya dunia. Tetapi kemudian saya berpikir lagi bahwa Yogya adalah ibu kota budaya dunia. Bukan hanya karena orang-orangnya Istimewa dan tidak bisa dibuat tidak istimewa, melainkan akan terkuak nanti oleh ilmu pengetahuan bahwa Yogyakarta di seputar Merapi akan muncul kekayaan-kekayaan yang luar biasa."

"Selain itu, keistimewaan Yogya juga karena di sini ada pertemuan antara gunung berapi dan laut. Anda diobok-obok soal keistimewaan Yogya, karena sesungguhnya ada yg diincar dari kandungan bumi Yogya yaitu pasir besi,"

Sama dengan Sudjiwo Tedjo tentang Timnas Sepakbola Indonesia, ternyata Cak Nun juga mempunyai pendapat yang sama, "Tentang kekalahan Timnas tadi, sebenarnya sejak kemarin saya sudah tahu kalau akan kalah. Hati saya ingin menang, tetapi pikiran saya bilang janganlah jangan menang Timnas supaya kalian semua tidak lupa dengan Gayus," ujar Cak Nun.

Setelah itu Kiai Kanjeng membawakan lagu dolanan "Demak Ijo" & "Esuk-esuk" yang bisa juga di lihat di Youtube,

                                          *demak ijo - youtube

                                          *esuk-esuk - youtube

Sebelumnya mempersembahkan nomor lagu pluralis "Salam Eleikhem" sebagai tanda bahwa Yogya adalah khas dalam soal pluralisme.


"Intinya di Kulonprogo terdapat kandungan pasir besi Merapi, yaitu merapi lama. Maka Jogja bisa menjadi pusat dunia kalau semua bisa dimanage dengan baik dan tidak dijadikan perebutan-perebutan. Belum lagi pasir Merapi saat ini yang tinggi mencapai 60-an meter," kata Cak Nun mengantarkan teman-teman Tim SAR dan beberapa lurah di seputaran Merapi yang rumahnya sudah hancur luluh lantak.

"Dengan kekayaan seperti itu, maka para korban Merapi sesungguhnya bisa mandiri tanpa bantuan dari manapun," tandas CN, "saya ajak para lurah ini supaya UGM terketuk hatinya dan bisa menjembatani kepentingan mereka."


Dua di antara lurah tersebut, dari Kepuhharjo dan Wukirsari, menuturkan kondisi mereka dan rakyat mereka saat ini di mana mereka sudah tidak punya rumah lagi, sementara pasir-pasir merapi yang berkualitas number one yang sesungguhnya menjadi hak mereka pun dijarah oleh para kapitalis dan penguasa. Mereka memohon doa kepada Cak Nun agar mereka diberi kekuatan. Pak Lurah Wukirsari memperkenalkan dua orang adik yang plontos kepalanya dan diajak naik ke panggung: mereka gundul karena bernadzar akan tetap gundul sampai mereka punya rumah lagi.

Cak Nun menjelaskan bahwa dialektika cinta itu mengajarkan kalau cinta kita dilukai, hal itu bisa membuat kita meningkat juga cinta kita. Ketika cinta kita disakiti oleh Indonesia, itu berarti cinta kita kpd Indonesia bisa meningkat. Dulu HB IX memutuskan untuk bergabung dg Indonesia pada saat sbnrnya Beliau membuat negara sendiri yg bertetangga dengan Indonesia. Itu karena cinta beliau pada Indonesia. Pada saat cinta kita pada Indonesia disakiti oleh Indonesia, maka itu pasti juga diprihatini oleh HB IX. Itulah sebabnya kemudian Cak Nun mengajak hadirin untuk menghayati Indonesia lewat Medley Nusantara yang memuat pelbagai keragaman dan kekayaan budaya dan etnis di Indonesia.

Pada sudut saya, tahun depan adalah tahun yang penting. Kalau tidak, anggaplah penting. Sehingga jadikan itu momentum untuk perubahan-perubahan mendasar hidup Anda. Yang demikian itu akan membuat alam patuh pada kehendak perubahan-perubahan baik itu. Nah, tahun 2011 besok adalah tahun di mana akan terjadi yang penting dan besar-besar. "Saya sih pinginnya yang lengkap ada ijtihad dan mujahadah. Pelopor ijtihad di sini adalah KH Ahmad Dahlan. Sayangnya sekarang Ijitihadnya Muhammadiyyah sedang mandeg, sementara Mujahadah NU sedang tidak terkabul," papar dan "kelakar" Cak Nun.

Pesan Cak Nun, menyambung hal ijtihad dan Mujahadah, "Orang Islam jangan mudah dihasut untuk jihad..."

Lebih jauh Cak Nun meneruskan, "Perubahan di Indonesia ini sangat sederhana yaitu anda berani nggak tidak seperti "itu" atau seperti yang di sana-sana itu.".

"Saya ini juga dulu pernah kuliah di UGM, karena itu bolehlah saya ikut mempunyai rasa memiliki kepada UGM. Saya di Yogya sejak kelas 3 SMP. Tetapi saya tidak memiliki akar budaya Yogya/Jawa, tetapi akar Islam pun juga tidak kuat-kuat amat, apalagi riwayat pendidikan saya banyak gagalnya. Maka di Yogya-lah saya belajar tembang-tembang Jawa. Nah, nanti ada tembang yang akan saya persembahkan kepada UGM," cerita Cak Nun.

"Mudah-mudahan UGM mendapatkan kesadaran sejarah untuk secara resmi menyampaikan terima kasih kepada Keraton Yogyakarta," harap Cak Nun.

Di penghujung acara, Cak Nun  menembangkan secara hikmat kontemplatif  "Ing donya piro suwene...ing dunyo peteng mripate....."

-di kutip sebagian dari FB Komunitas Kenduri Cinta-

Museum Seram

Seringnya ngobrol tentang museum dengan Hilmy & Nadia, membuat saya ketularan juga. Beberapa bulan ini saya mulai suka mengunjungi museum. Terakhir mengunjungi museum mungkin ketika saya SMP. Beberapa museum sudah saya kunjungi dalam 2 bulan ini di Jakarta. Jujur, mengunjungi museum bagi saya seperti membaca beberapa buku dalam 1 kunjungan. Karena dengan ke museum saya bisa belajar akan banyak hal, juga "kilatan-kilatan" sejarah yang panjang.

Ada museum yang sangat bagus, lengkap, bersih, tertata seperti Museum Nasional. Di sana pada hari tertentu akan ada semacam "museum tour" dengan Bahasa Inggris, Perancis juga Mandarin. Guide tour-nya adalah bule yang bermukim di Indonesia. Jangan pikir karena bule, pengetahuan mereka tentang isi museum sedikit. Pengetahuan mereka tentang isi museum melebihi orang Indonesia asli seperti saya yang dari SD sampai SMA di jejali pelajaran sejarah. Bahkan bule itu paham tentang pewayangan, sangat detail.

Tapi di luar museum tersebut, pengunjung museum di Indonesia rata-rata memprihatinkan. Tak usah kita bandingkan pengunjung museum di negara ini dengan pengunjung mall, waterpark, dsb. Pengunjung museum bisa di hitung dengan jari. Itupun rata-rata pengunjung mengikuti paket tour yang mungkin secara pribadi mereka tidak suka pergi ke museum.

Ada museum yang bagus ada juga museum yang sangat dekat dengan ungkapan "hidup segan mati tak mau". Belum lama ini saya berkunjung ke Museum Telekomunikasi yang ada di kompleks Taman Mini Indonesia Indah ( TMII ). Saya sebelumnya pernah berkunjung ke museum ini ketika ikut studi tour waktu SMP, 8 tahun yang lalu. Dari museum ini pula, dulu saya ingin melanjutkan sekolah ke bidang telekomunikasi. Delapan tahun lalu kondisinya masih bagus dengan grafik sejarah dunia telekomunikasi dan peraga sistem yang sangat bagus.

Tetapi kondisi terakhir ketika saya berkunjung kesana bulan lalu sangat memprihatinkan. Kondisi di dalam sangat minim pencahayaan. terkesan gelap. Gambar peraga juga sudah tidak update dan banyak yang rusak. Bahkan ada ember di lantai yang di pakai untuk menampung bocoran air hujan dari atap. Hanya lantai saja yang masih kelihatan bersih. Belum ada beberapa menit di dalam, saya dan seorang teman sudah merinding duluan. Kami juga menjadi pengunjung satu-satunya. Suasananya sangat sepi, tidak ada pemandu di dalam karena satu-satunya orang yang kami temui adalah orang yang menjaga loket tiket. Alat peraga berbentuk patung manusia malah semakin menambah rasa takut kami. Belum ada 5 menit kami di dalam, kami langsung lari ke lobi kemudian keluar. Cocoknya buat acara dunia lain, bukan museum. Museum Serem! Seseram museum di Lubang Buaya.

                               *museum telekomunikasi

Semoga empunya museum, perusahaan telekomunikasi milik pemerintah itu memperhatikan museum ini ;)

Senin, 10 Januari 2011

Lagu Santai di Jepara

Kalau ada suatu tempat yang selalu ingin saya kunjungi ketika bepergian, tempat itu adalah Pelabuhan & Pantai. Saya suka dengan laut, bisa menghilangkan penat serta memberikan inspirasi yang tiada henti mengalir buat kita. Mungkin karena kampung halaman saya ada di daerah pegunungan sehingga saya begitu "merinding disco" kalau lihat pantai. Dan kesempatan untuk melihat pantai lagi tercapai ketika kemarin berkesempatan pergi ke Jepara. Daerah yang terkenal dengan cerita kepahlawanan Raden Ajeng Kartini juga dengan ukiran-nya. Ada 2 pantai yang di rekomendasikan ketika di Jepara, yakni Pantai Kartini dan Pantai Bandengan. Sebelum berangkat, saya sudah menekan ekspetasi saya bahwa saya tidak boleh membayangkan pantai yang akan saya kunjungi ini, sebagus pantai-pantai di timur Sumatera yang indah itu. Ekspetasi saya batasi dengan membayangkan pantai ini lebih bagus sedikit di banding Pantai Maron di Semarang yang tidak seperti pantai tapi lebih mirip "empang" hehehe..

Siang yang terik itu sampailah saya di Pantai Kartini, secara sekilas pantai ini tertata dan bersih. Pantai ini sangat dekat dengan pusat kota, kira-kira sekitar 2 km. Di dekatnya ada bangunan besar menyerupai kura-kura raksasa. Begitu saya mendekat, ternyata di dalam bangunan itu sedang di bangun semacam "Oceanarium". Tetapi masih dalam pembangunan sehingga kita tidak dapat masuk ke dalamnya.

                                *replika kura-kura raksasa di Pantai Kartini

                                *papan petunjuk arah ke Pulau Panjang, ngiklan dikit :))

                                 *penjual rujak di sekitar Pantai Kartini, 5 ribu per porsi :D

Sesaat di Pantai Kartini, kita akan di tawari para nelayan pemilik perahu untuk menyeberang ke Pulau Panjang, pulau kecil di seberang Pantai Kartini. Menggunakan kapal kira-kira membutuhkan waktu 20 menit. Penawaran yang menarik, karena kira juga penasaran ada apa di Pulau Panjang. Kita di janjikan akan dibawa ke pantai pasir putih, mercusuar, juga keliling mengitari pulau. Deal, setelah nego harga berangkatlah saya dan beberapa orang lain ke Pulau Panjang. Dengan membayar 10 ribu rupiah, pulang pergi, dan kita di beri waktu 1 jam untuk berkeliling pulau. Sempat was-was juga karena tidak adanya pelampung di kapal, tapi di paksakan ikut aja, nanggung karena kapal tinggal berangkat. Hehe..

                                *perahu nelayan di sekitaran Pulau Panjang

                                 *Pulau Panjang dari kejauhan

                                *dermaga Pulau Panjang

                                *perahu nelayan yang sedang berlabuh di pinggir pantai

                                 *pantai pasir putih ( panas di tengah hari )

                                *Pulau Panjang sisi selatan

                                *background Gunung Muria, nampak dikit :)

                                *banyak juga yang berenang, jam 12 siang!

                                 *menara pemancar untuk komunikasi radio

                                *di tengah pulau ada makam Syeikh Abu Bakar

                                 *bunga Raflesia Arnoldi ada juga di pulau ini!

Setelah menyeberang kira-kira 20 menit sampailah saya di Pulau Panjang, hmm tidak mengecewakan. Karena pulau ini ternyata masih bersih. Ada jalan setapak yang mengelilingi pulau, di sekelilingnya banyak tumbuhan yang sedikit mengurangi terik panas siang itu. Ada juga sekelompok remaja yang sedang menanam tanaman bakau di sekeliling pulau. Meski mungkin pulau ini terlalu dekat dengan kota jadi agak ramai. Bisa juga karena sebelum ke sana saya membayangkan "about a beach paradise on a secret island" seperti di Film The Beach yang di bintangi Leonardo DiCaprio.. Hahaha.. *Ngayaaal**

Pengen rasanya suatu waktu bisa camping bermalam di pulau ini. Setelah muter-muter di sepanjang jalan setapak yang sejajar dengan garis pantai pulau ini, saya kembali ke Pantai Kartini dengan menumpang kapal yang sama ketika berangkat.
                                *di atas kapal

                                 *Pantai Kartini dari kejauhan

Sampai di Pantai Kartini kemudian saya menuju ke Pantai Bandengan, kira-kira 15 menit perjalanan. Pantai Bandengan lebih ramai di bandingkan dengan Pantai Kartini karena fasilitas yang lebih lengkap juga di Pantai Bandengan bisa berenang ke laut.

                                *Pantai Bandengan sisi barat, airnya bening :)

                                *sisi barat, cuma buat berendam, bukan berenang :)

                                *pasir putih di antara bebatuan

                                *kapal bersandar di sisi barat :)

                                *iklan di tepi pantai khusus 18 tahun ke atas :))

                                 *menyandarkan harapan

                                 *prewedding di sisi timur pantai

                                 *ada banana boat juga lho di sini

                                 *ubi bakar, pisang goreng, kacang rebus.. hmmm...

                                 *demam Irfan Bachdim juga sampai disini :)

                                 *no comment :))

Siang terik di Jepara...

Nyanyi lagu pantai
Nyanyi lagu santai yeah..
Nyanyi lagu pantai
Mari kita santai yeah..

Steven and The Coconut Treez - Lagu Santai

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...