Rabu, 12 Januari 2011

Museum Seram

Seringnya ngobrol tentang museum dengan Hilmy & Nadia, membuat saya ketularan juga. Beberapa bulan ini saya mulai suka mengunjungi museum. Terakhir mengunjungi museum mungkin ketika saya SMP. Beberapa museum sudah saya kunjungi dalam 2 bulan ini di Jakarta. Jujur, mengunjungi museum bagi saya seperti membaca beberapa buku dalam 1 kunjungan. Karena dengan ke museum saya bisa belajar akan banyak hal, juga "kilatan-kilatan" sejarah yang panjang.

Ada museum yang sangat bagus, lengkap, bersih, tertata seperti Museum Nasional. Di sana pada hari tertentu akan ada semacam "museum tour" dengan Bahasa Inggris, Perancis juga Mandarin. Guide tour-nya adalah bule yang bermukim di Indonesia. Jangan pikir karena bule, pengetahuan mereka tentang isi museum sedikit. Pengetahuan mereka tentang isi museum melebihi orang Indonesia asli seperti saya yang dari SD sampai SMA di jejali pelajaran sejarah. Bahkan bule itu paham tentang pewayangan, sangat detail.

Tapi di luar museum tersebut, pengunjung museum di Indonesia rata-rata memprihatinkan. Tak usah kita bandingkan pengunjung museum di negara ini dengan pengunjung mall, waterpark, dsb. Pengunjung museum bisa di hitung dengan jari. Itupun rata-rata pengunjung mengikuti paket tour yang mungkin secara pribadi mereka tidak suka pergi ke museum.

Ada museum yang bagus ada juga museum yang sangat dekat dengan ungkapan "hidup segan mati tak mau". Belum lama ini saya berkunjung ke Museum Telekomunikasi yang ada di kompleks Taman Mini Indonesia Indah ( TMII ). Saya sebelumnya pernah berkunjung ke museum ini ketika ikut studi tour waktu SMP, 8 tahun yang lalu. Dari museum ini pula, dulu saya ingin melanjutkan sekolah ke bidang telekomunikasi. Delapan tahun lalu kondisinya masih bagus dengan grafik sejarah dunia telekomunikasi dan peraga sistem yang sangat bagus.

Tetapi kondisi terakhir ketika saya berkunjung kesana bulan lalu sangat memprihatinkan. Kondisi di dalam sangat minim pencahayaan. terkesan gelap. Gambar peraga juga sudah tidak update dan banyak yang rusak. Bahkan ada ember di lantai yang di pakai untuk menampung bocoran air hujan dari atap. Hanya lantai saja yang masih kelihatan bersih. Belum ada beberapa menit di dalam, saya dan seorang teman sudah merinding duluan. Kami juga menjadi pengunjung satu-satunya. Suasananya sangat sepi, tidak ada pemandu di dalam karena satu-satunya orang yang kami temui adalah orang yang menjaga loket tiket. Alat peraga berbentuk patung manusia malah semakin menambah rasa takut kami. Belum ada 5 menit kami di dalam, kami langsung lari ke lobi kemudian keluar. Cocoknya buat acara dunia lain, bukan museum. Museum Serem! Seseram museum di Lubang Buaya.

                               *museum telekomunikasi

Semoga empunya museum, perusahaan telekomunikasi milik pemerintah itu memperhatikan museum ini ;)

1 komentar:

Hilmy Nugraha mengatakan...

kelilingi museum sampe ka sorbonne...

yuk!

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...