Minggu, 18 Mei 2008

My Sis...


My Sis.. Ini aku.. Mana sinchannya? Mana kucingnya? :)
Peace!!!

Semarang..

Dulu ketika Julio Lopez, Maman Abdurrahman, Kahudi Wahyu, Hary Salisbury, M. Ridwan dan Fofoe Camara masih beraksi di Semarang. Saya tidak pernah melewatkan setiap pertandingan mereka meski saya harus membolos bekerja. Tribun timur menjadi tempat favorit saya meski harus "memandang matahari".

Kini saat mereka sudah tidak ada di Semarang, saya tetap rindu tribun timur itu. Rindu untuk melihat mereka beraksi. Meskipun tanpa Julio Lopez masih ada Gaston Castano, tanpa Maman masih ada Idrus, tanpa Ridwan masih ada Rumba.

Namun jauh direlung hati saya, kerinduan itu masih terlalu kecil dibanding kerinduan saya untuk kembali hidup di Semarang. Kota kenangan sekaligus harapan bagi saya. Banyak impian saya yang tertambat disana.

Saya ingin kembali ke Semarang? Pasti!!!
Menyerah dengan keadaan sekarang disini? Bisa dikatakan begitu

Retorika Malam..

Pekerjaan saya sekarang mengharuskan saya untuk mengakrapi malam. Malam, sebuah sudut waktu yang sangat eksotis. Tersimpan sejuta misteri yang kadang membuat kita merasa perlu untuk bercermin tentang banyak pengharapan dan impian. Karena di waktu malam itu semua pintu akan membuka pengharapan kita dengan sangat lapang.

Bekerja di malam hari membuka mata saya bahwa di temaram kegelapan masih banyak orang yang harus berjuang demi sebuah kehidupan. Masih banyak orang yang harus bekerja demi hidup mereka. Bahkan dengan cara yang tidak terbayangkan dalam benak saya sebelumnya.

Saya menjumpai banyak tukang ojek yang tetap bekerja menunggu penumpang walaupun harus tidur di atas sepeda motor, menemui banyak perempuan pekerja pabrik yang baru selesai bekerja di tengah malam, seorang nenek tua penjual asongan di kereta ekonomi yang harus bolak balik dari satu stasiun ke stasiun di kota lain untuk menjajakan secangkir kopi.

Banyak retorika malam yang sangat menantang saya untuk terus ada didalamnya. Menikmati saripati kehidupan dalam kegelapan. Tentunya dengan sejuta misterinya....

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...