Senin, 16 September 2013

Selamat Boi!

Selepas Idul Fitri bulan lalu, sudah 3 kali saya bertemu dengan sahabat saya, Hilmy. Beberapa hari setelah hari raya, ia datang ke rumah bersama istrinya. Lalu bertemu di Stasiun Purwokerto ketika saya akan kembali ke Jakarta dan terakhir bertemu secara tidak direncanakan di Semarang.

Ada pesan yang saya ingat ketika kami bertemu di Stasiun Purwokerto. Dia berpesan pentingnya tujuan hidup. Kata Hilmy, ada banyak orang yang ngalor ngidul kesana kemari, tapi dia tidak tau sebenarnya apa yang sedang ia cari. Kalimatnya jleb banget bagi saya :)

Beberapa jam setelah kami bertemu di Semarang, ia mengirimkan sebuah pesan pendek yang memberitahukan bahwa istrinya sedang mengandung. Selamat Boi! :)

Jakarta Yang Bergairah?

Sudah lama saya tidak menulis disini. Lebih tepatnya, sudah lama saya tidak menulis. Hanya beberapa postingan dalam setahun ini. Hampir tepat 1 tahun saya memasuki pekerjaan baru saya di Jakarta. Pekerjaan yang menuntut saya untuk bepergian dari kota ke kota, juga melewati malam demi malam tanpa mata terpejam.

Sudah 3 bulan ini saya berpindah tempat tinggal. Setelah hampir 2,5 tahun tinggal di Jakarta Pusat, tengah kota yang hanya 'selemparan batu' dari Monumen Nasional dan dekat dengan fasilitas apapun. Kini saya tinggal di selatan Jakarta. Pertimbangan memutuskan untuk pindah adalah karena saya ingin lebih dekat dari kantor. Memangkas jarak ke kantor yang tadinya hampir 1 jam menjadi beberapa menit saja.

Nampak nyaman pada awalnya, namun ada 1 hal mendasar yang berubah. Jakarta Pusat dengan selatan Jakarta ternyata sangat berbeda. Dari lingkungan, lalu lintas dan fasilitas. Saya kehilangan Jakarta yang bergairah. Yang ketika semua orang berharap bisa meninggalkan Jakarta, namun saya malah merasa nyaman mendiami Jakarta. Saya kehilangan Jakarta, yang ketika saya begitu penat dengan rutinitas pekerjaan, saya bisa pergi ke museum, taman bermain, perpustakaan nasional, dan toko buku hanya dengan berjalan kaki. Saya kehilangan Jakarta dimana saya hanya perlu berjalan sebentar untuk menjangkau halte bus atau stasiun. Saya kehilangan Jakarta, tempat dimana setiap hari saya menunggu Trans Jakarta untuk pergi ke kantor dan bertemu dengan banyak karakter dalam perjalanannya. Berganti-ganti dan terus menerus setiap hari. Saya kehilangan Jakarta yang saya impikan, saat ini.

Namun, dilain sisi, Jakarta membuat saya menjadi seorang pengeluh, seperti dalam tulisan ini ;)


Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...