Rabu, 21 Desember 2011

Pengalaman Pertama ke Purwokerto

Kapan kamu pergi jauh untuk pertama kalinya sendiri?

Waktu itu tahun 2002 ketika saya belum genap berumur 15 tahun. Baru lulus SMP dan masih "galau" mau melanjutkan sekolah kemana. Eh tapi tahun segitu belum populer kalimat "galau" kan ya. Di antara beberapa pilihan sekolah itu, bapak menyarankan untuk masuk ke sebuah SMA di Wonosobo. Sedangkan emak, menyarankan masuk ke STM, dengan pertimbangan kelak ketika lulus akan ada banyak pilihan entah itu kuliah atau kerja.

Bermodal brosur sebuah sekolah yang tampilannya bagus, saya kemudian berminat pada sebuah STM. Tapi STM itu ada di Purwokerto. Purwokerto ini berjarak sekitar 90 km dari kampung saya, kira-kira membutuhkan waktu 2 jam untuk bisa sampai kesana. Saya menyampaikan ke emak kalau saya ingin melanjutkan ke sekolah itu, meskipun sekolahnya ada di luar kota. Emak sangat mendukung, pertimbangannya mungkin sudah saatnya saya bisa mandiri, terlebih jika diterima di sekolah itu dan harus kost disana. Bapak meskipun awalnya tidak setuju, namun lama kelamaan menyetujuinya juga. Meski butuh waktu agak lama untuk meyakinkannya.

Saat akan mendaftar, dengan pertimbangan tidak adanya biaya berangkat kesana untuk berdua atau untuk melatih saya, emak menyuruh saya untuk berangkat ke Purwokerto sendirian. Yang saya punya saat itu hanya alamat STM itu di Purwokerto dan nomor telfonnya. Kemudian saya mencoba telfon ke sekolah itu untuk tanya "ancer-ancernya".

Keesok harinya, dengan berbekal uang 65.000 pemberian emak, saya berangkat. Dengan diantar emak ke pinggir jalan tempat bus ke arah Purwokerto lewat. Nampak berat emak melepas saya pergi sendirian, tapi saya memang harus pergi sendiri karena uangnya tidak cukup untuk kami berangkat berdua. "Hati-hati di bus banyak copet, kalau sudah di Purwokerto, kalau mau tanya apa-apa ke polisi saja biar tidak ditipu orang". Itulah kalimat yang dipesankan emak kepada saya kala itu. Pagi itu akan menjadi moment yang spesial untuk saya, pertama kalinya saya pergi naik bus sendirian. Naik bus sendirian ke kota yang jauh dari kampung, yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Agak takut, tapi dengan semua keterbatasan saat itu mudah-mudahan akan ada hasil positif. Saya melihat kekhawatiran pada mata emak melihat saya harus berangkat sendiri kala itu. Tapi emak sepertinya tidak ingin menunjukkan itu. Beliau ingin menunjukkan kalau saya harus berani!

Sepanjang jalan saya tetap tidak bisa tenang, meski sudah bilang ke kondektur untuk menurunkan saya di Karang Bawang. Ya, Karang Bawang ini adalah daerah "ancer-ancer" yang diinfokan dari orang yang menerima telfon ketika saya menelfon sekolah itu sebelumnya. Karang Bawang, nama perempatan di sebuah daerah di Purwokerto. Setelah 2 jam, kondektur bilang kalau bus sudah akan sampai di Karang Bawang, Purwokerto. Saya bersiap beranjak turun. Perjalanan selama 2 jam yang tidak akan saya lupakan seumur hidup saya. Antara rasa takut dan keinginan untuk sekolah di sana. Anak kecil yang baru SMP, belum pernah naik bus sendirian ke luar kota. Bahkan pertama kalinya ke Purwokerto. Plus belum jaman HP, sehingga tidak bisa telfon/sms untuk meminta petunjuk jalannya. Siang itu sampai juga saya di Purwokerto!

Turun di perempatan Karang Bawang itu saya "clingak-clinguk" bingung arah. Untungnya di perempatan itu saya melihat ada papan petunjuk arah ke STM yang saya maksud ( note : papan petunjuk ini roboh 2 tahun kemudian karena hujan ketika saya sudah jadi murid di STM itu ). Karena ragu lokasi STM itu dekat atau jauh dari perempatan, saya mencoba naik becak yang banyak mangkal di perempatan itu. Saya kira jauh, ternyata dari perempatan itu, letak STM cuma sekitar 200 meter. Sialnya, saya harus membayar 3000 rupiah untuk membayar becak itu. Wah, anak kecil kena tipu fikir saya.

Sampai STM itu, saya segera membeli formulir kemudian mengisikannya. Sudah ramai dengan banyak anak yang mendaftar dengan didampingi orang tuanya masing-masing. Ternyata di formulir pendaftaran itu ada form untuk tanda tangan orang tua. Lha, saya kan kesitu sendirian. Ah, tak perlu bingung, dari pada bolak balik Purwokerto - Wonosobo lagi hanya untuk meminta tanda tangan tentu membutuhkan waktu dan biaya lagi. Tanpa pikir panjang, tanda tangan orang tua saya tanda tangani sendiri. Petugas pendaftaran yang kemudian saya kenal dengan nama Pak Adnan dan Bu Woro menerima form pendaftaran tanpa curiga kalau itu tanda tangan palsu. Wah, lega saya :)

Selesai pendaftaran, saya harus pulang ke Wonosobo lagi. Tapi masalahnya saya bingung, gimana cara pulangnya. Pikir saya saat itu, mungkin saya harus ke terminal untuk mencari bus ke arah Wonosobo. Dari depan STM saya berjalan kaki ke arah perempatan Karang Bawang lagi. Lama disitu nampaknya tak ada bus ke arah Wonosobo, mungkin memang saya harus ke terminal. Kemudian saya naik angkot ke arah terminal. Saya kira jauh, rupanya perempatan Karang Bawang ke Terminal Bus Purwokerto tak begitu jauh. Hanya beberapa ratus meter. Lagi-lagi uang 1000 rupiah harus terbayar untuk jarak sedekat itu.

Sampai di terminal, saya masuk dan mencari bus ke Wonosobo. Begitu naik dan busnya jalan, saya baru sadar kalau busnya lewat perempatan Karang Bawang! Sial, tau gitu tadi tinggal nunggu di perempatan Karang Bawang ya, tidak usah ke terminal. Selang 2 jam sampailah saya di kampung saya lagi. Pengalaman pertama pergi sendirian ke luar kota. Dengan sisa 4 ribu rupiah sampai di rumah. Alhamdulillah, bersisa. Kalau tak salah rinciannya adalah sebagai berikut :

- Wonosobo - Purwokerto  : 8000
- Becak                             :  3000
- Formulir                          :  40000
- Permen                           :  1000
- Angkot                           :  1000
- Purwokerto - Wonosobo  : 8000

Hari-hari berikutnya setelah diterima di STM itu, saya menikmati jalur Wonosobo - Purwokerto selama 3 tahun. Dengan bus-bus dekil yang memberi "aksesoris" dalam cerita panjang disana. Rentang panjang salah satu masa terberat dalam kehidupan saya. Tapi salah satu moment terbaik juga karena bisa bertemu dengan teman-teman dan orang-orang yang luar biasa :)

*model bus yang dulu sering saya tumpangi.. jurusan purwokerto - wonosobo

**hari rabu lalu 141211 mencoba bernostalgia ke purwokerto dengan naik bus lagi. memori saya jauh melayang ke belakang. berawal dengan keyakinan emak kalau saya berani, sampai banyaknya memori suka duka yang dilalui disana..

5 komentar:

melynsalam mengatakan...

apaan itu? naik bus 90 kilo sama naik becak 200 meter cuma 3 kali lipatnya aja. wkwkw, anak kecil kena tipu. =p

rifQi mengatakan...

Membaca postingan ini, seakan mengajak saya untuk bernostalgila dengan jaman muda dulu(STM).. :))

Rizky mengatakan...

141211 nostalgia naik becak 200 meter 3000 juga nggak?

Ginanjar A Yuwana mengatakan...

@Melynn : iya, anak kecil kena tipu.. kamu pasti pengalaman dengan di tipu-tipu ya? kan masih kecil :P

@Rifky : pasti, tempat itu kenangan! :)

@Rizky : nggak naik, dijemput Hilmy di terminal! :D

Anita Dwi Indriyani mengatakan...

waaa.. perjalanan ke Purwokerto..
dulu aku naek bus jg mas, baru sadar ternyata Smg-Pwt jauh.. -.-"

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...