Rabu, 28 Desember 2011

Tas Plastik

Kadang banyak hal kecil namun bermakna besar bagi kita. Ini sebuah cerita tentang benda kecil bernama 'tas plastik'

Waktu itu, dalam perjalanan saya, Hilmy dan Melyn keliling Sumatra. Kami mampir di rumah Tata di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Setelah mampir beberapa saat kami berpamitan. Saat akan melanjutkan perjalanan, Tata menawarkan kami beberapa tas plastik ukuran besar. Saya mengambilnya 1, melipatnya dan memasukkannya ke tas. Memang sepertinya sederhana, sebuah benda bernama tas plastik. Tapi beberapa hari kemudian, saya sangat berterimakasih kepada Tata karena tas plastik pemberiannya itu.

Jadi ceritanya, ketika di Sabang, Pulau Weh. Hari itu, saya dan Hilmy selesai berkeliling Pulau Weh dengan motor sewaan. Saat itu kami harus mengembalikan sepeda motor itu di pelabuhan sekaligus kami juga akan naik kapal untuk kembali ke Banda Aceh. Jadwal keberangkatan kapal pukul 16.00. Tapi manusia boleh berkehendak, namun Tuhan yang menentukan. Dalam perjalanan menuju pelabuhan, tiba-tiba hujan deras. Terpaksa kami harus berteduh. Hujan sangat deras, sedangkan waktu itu sudah menunjuk pukul 15.30. Kami menunggu dengan cemas, jika ketinggalan kapal tentu kami harus menginap di Sabang. Itu di luar rencana perjalanan juga budget kami.

Kira-kira waktu menunjuk pukul 15.50 ketika saya dan Hilmy memutuskan untuk nekat jalan meski hujan. Kami tidak mengkhawatirkan badan kami akan basah. Yang kami khawatirkan adalah tas ransel yang berisi semua perbekalan perjalanan kami akan basah. Nah, ketika itu saya baru ingat. Di tas, saya menyimpan tas plastik besar pemberian Tata. Langsung saja, tas plastik itu saya pakai untuk melapisi tas ransel saya agar tidak basah.

Kemudian, di tengah hujan saya dan Hilmy melajutkan perjalanan kami ke pelabuhan. Agak ngebut karena kapal akan berangkat 10 menit lagi. Saya yang duduk dibelakang cukuplah untuk menyuruh Hilmy agar ngebut. Hehe. Kira-kira 15.48 kami sampai di pelabuhan. Hampir saja kami ketinggalan kapal. Sesampai di pelabuhan, Hilmy menyerahkan motor sewaan, sedang saya ke loket membeli tiket.

Kami sampai di pelabuhan dengan kondisi memprihatinkan. Badan basah kuyup karena hujan. Tapi kami beruntung, tas kami tidak basah sama sekali berkat tas plastik itu. Tas plastik yang sebelumnya kami tak tau itu untuk apa.

Cerita tentang tas plastik berlanjut malam ini. Sebelum berangkat kerja malam di Wisma Antara, saya sempatkan pergi ke Indomaret untuk membeli minum dan cemilan. Pukul 01.00 alhamdulillah pekerjaan saya sudah selesai. Beberapa cemilan saya tinggal untuk teman yang belum selesai dengan pekerjaannya. Plastik bungkus dari Indomaret yang sudah tidak terpakai itu biasanya saya buang ke tempat sampah. Tapi entah kenapa saya malah memasukkannya ke tas.

Setelah selesai, saya kemudian turun ke lantai 1 untuk pulang. Namun, sampai bawah rupanya hujan. Hujan sama sekali tidak terdengar dari lantai 9 tempat saya bekerja. Sambil nunggu reda, saya berdiri di depan pos security.

Alhamdulillah, saya bertemu banyak orang baik. Saya di tumpangi orang dari Kantor Berita Antara, saya ikut. Kebetulan arahnya sama seperti arah menuju ke kost saya. Sampai di halte depan gang kost saya turun seraya berterima kasih sekali kepada orang yang menumpangi saya tadi meski kami belum pernah kenal sebelumnya.

Sesampai halte tadi, ada 2 penjual kopi yang sedang berteduh dari hujan. Mereka langsung mempersilahkan saya untuk duduk. Duduk sebentar saya beranjak untuk mencoba menerabas hujan. Saya lari-lari kecil di gang kost saya, tapi nampaknya hujan malah bertambah deras. Melihat saya lari di tengah hujan, ibu penjaga toko yang masih buka sampai jam 2 pagi menyarankan saya untuk berteduh di tokonya. Saya menolaknya sambil terus berlari dengan alasan hujan tidak deras. Tapi hujan memang deras sebenarnya. Sampai di depan masjid saya berteduh.

Lama berteduh disitu hujan tak reda. Sementara kantuk dan lelah sudah datang menghinggapi. Tiba-tiba saya keingat tas plastik yang tadi ada di tas saya. Timbullah ide spontan, tas plastik sisa dari Indomaret tadi, saya pakai saja untuk menutupi kepala. Lalu saya beranjak pulang. Baju agak basah terkena sedikit rintikan. Tapi setidaknya kepala yang belum sembuh benar dari pusing itu tidak bertambah pusing karena air hujan.

Tas plastik, sederhana memang. Kecil bentuknya dan lebih banyak dilupakan. Tapi dari hal-hal kecil sebenarnya segala hal di mulai. Bukankah kalau kita akan menghitung dari angka 1 sampai 100, kita menyebut bilangan kecil terlebih dahulu kan?

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...