Rabu, 28 Desember 2011

"Umi, Delisa cinta Umi karena Allah"


"Umi, Delisa cinta Umi karena Allah"

Kalimat ini masih membekas di pikiran saya setelah saya menonton film ini. Hafalan Shalat Delisa, film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama dari Tere Liye. Saya belum pernah membaca novel itu sebelumnya. Tapi saya langsung mengiyakan begitu ada ajakan nonton film ini. Yang saya tau, dalam novelnya bercerita tentang seorang anak bernama Delisa yang tinggal di dekat pantai Lhok Nga, Aceh. Saya berharap dengan menonton film ini saya bisa melihat pantai Lhok Nga lagi. Tapi sayangnya pengambilan gambar di film itu tidak dilakukan di Aceh, tetapi di Pantai Ujung Genteng kalau tidak salah. Mungkin untuk menjaga perasaan warga di Aceh sana.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan di film ini, setidaknya film ini mempunyai cerita yang kuat juga emosi yang tersampaikan kepada para penontonnya. Vira yang duduk disamping saya sampai menangis sesenggukan menyaksikannya. Yang paling saya suka dari film ini justru akting Reza Rahadian, bagus banget!


Yang tak kalah bagus adalah soundtrack-nya. Suara Rafli Kande tetap juara :)

Selesai menonton film ini, timbul pertanyaan di pikiran saya. Seperti pertanyaan yang saya ungkapkan ke Hilmy ketika kami keluar dari Museum Tsunami di Banda Aceh tempo hari. "Bagaimana ya perasaan korban tsunami ketika ia masuk ke Museum Tsunami? bukankah itu akan mengingatkan traumanya akan tsunami lagi?". Persis pertanyaan setelah menonton film ini, "Bagaimana ya perasaan korban tsunami ketika ia melihat film ini? bukankah itu akan mengingatkan traumanya akan tsunami lagi"

Saya berkirim sms ke Cut Sani untuk bertanya tentang hal itu. Dia menjawab "Ndak terlalu tau mas. Tapi secara umum ndak trauma lagi mas. Paling beberapa aja yang trauma masih, kadang lihat ke laut dengar suara ombaknya. Gempa-gempa gitu  yang masih jadi trauma mas.."

*kemarin tepat 7 tahun tsunami. teringat peringatan 3 tahun tsunami ketika tinggal disana. orang berbondong-bondong ke masjid dan ke pantai untuk berdoa bersama. teringat seorang ibu yang menungguku ketika sakit di rumah sakit di banda aceh. ibu itu bercerita tentang beliau dan anaknya yang sempat terpisah karena tsunami. semoga kebahagian selalu tercurah untuk ibu itu, amin.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Vira ga sesenggukan..., cuma nangis sedikit,,,:p

melynsalam mengatakan...

kak adhi kok nggak ada sms aku? gini gini kan aku korban tsunami jugaaaa =pp

afi mengatakan...

tambah semangat nonto HSD karena ada reza rahardian. pasti aktingnya keren ga ketulungan :D

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...