Dan bicara tentang perjalanan kehidupan, iseng-iseng malam ini membuka foto-foto jadul. Ah, saya ingin memasukkannya kesini. Mungkin foto-foto ini adalah bukti paling otentik dari sebuah jalan kehidupan. Barangkali 10 tahun yang akan datang saya akan membuka blog ini lagi. Dan mungkin sambil tertawa-tawa :) Foto-foto yang sebagian belum pernah saya upload karena sangat cupu. Foto-foto kadang begitu dirindukan :)
Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang melesat-lesat itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, dan waktu relatif tergantung kecepatan gerbong—ini pendapat Einstein—maka pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.
Banyak orang yang panjang pengalamannya tapi tak kunjung belajar, namun tak jarang pengalaman yang pendek mencerahkan sepanjang hidup.
(Andrea Hirata, Laki-Laki Zenit dan Nadir, Edensor).
Sabtu, 26 November 2011
Numpang Narsis
Wanita Itu...
Rumput berat terpanggul
di punggungnya..
Jalan menanjak
Mungkin itulah jalan
hidupnya..
Aku melihat kebahagiaan
dari pancaran mata mereka
Sementara kabut mulai turun
Berarak mengikuti arah anginnya
Wanita itu tersapu..
Tersapu mimpi mereka..
*kedinginan di sumowono dalam perjalanan ke semarang 05112011 - 08:55
Anak Kecil & Bundanya
Anak itu menyeret langkah
Mata masih terkantuk..
Subuh belum membahana
Mungkin, sang muadzin masih
terlelap..
Ia dan bundanya terus
melangkah perlahan
Karung terpanggul di pundaknya
Baju kumal terpatri di badan
yang kurus kerontang itu..
Anak itu & juga ibunya
Berjalan gang demi gang
Meraih sampah yang
berarti 'berlian' hidupnya
Berlian yang akan membantu
Menyelamatkan hidupnya
hari ini..
Tak seberapa memang
Tapi itu akan membuat
harinya kenyang
Kenyang, sampai besok
Sampai besok ia memutar
ritme yang sama
Putaran kehidupan yang
terus berputar
Anak kecil dan bundanya..
Terseret arus ibukota
Tempat orang memuja
harta..
Tapi, anak kecil itu
masih tak tau dimana
bapaknya..
*dini hari di Jakarta, 03-10-2011
Jumat, 25 November 2011
Cara Mengetahui Nomor Hp Sendiri
Kartu Telkomsel ( Simpati dan AS )
Ketik : *808# kemudian tekan tombol Call
Kartu XL
Ketik : *123*6*4*1*1# kemudian tekan tombol Call
Kartu Indosat ( Im3 dan Mentari )
Ketik : *777*8# kemudian tekan tombol Call
Kartu Axis
Ketik : *2# kemudian tekan tombol Call
Kartu Three
Ketik : *998# kemudian tekan tombol Call
Kartu Smart
Ketik : *551# kemudian tekan tombol Call
Kartu Fren
Semoga bermanfaat :)
Senin, 07 November 2011
Label Buku
Senang sekali rasanya ketika pulang ke kampung dan mendapati salah satu sudut rak buku sudah tertata rapi. Mungkin ingin memberi kejutan, bapak merapikan rak dan memberi label buku-buku saya. "Biar tidak hilang.." katanya singkat. Dan foto ini salah satu sudutnya.. :)
Kamis, 03 November 2011
Bis Malam
Bagi kebanyakan orang sekarang, bepergian adalah bagaimana ia dapat menjangkau tempat yang dituju dengan secepat mungkin. Kecuali memang karena keterbatasan waktu, kini sebuah perjalanan seperti kehilangan esensinya. Banyak orang tidak menikmati "journey" dan lebih berorientasi kepada "destination".
Jika sedang mempunyai waktu lebih, saya lebih suka bepergian dengan bis. Karena ketika sedang tidak 'dikejar' waktu, naik bis itu seperti kita berekreasi. Jadi 1 dayung 2 pulau terlampui. Dilain sisi kita bepergian ke suatu tempat, entah untuk urusan kerja dan sebagainya. Di lain sisi kita sekaligus berekresi menikmati perjalanannya. Dengan naik bis kita juga bisa lebih bersyukur dengan melihat kondisi realita yang ada disekitar kita. Naik bis, khususnya bis malam akan membawa kita kepada perenungan suatu masa yang jauh di belakang atau di depan dari masa hidup kita sekarang. Naik bis malam, rintik hujan diselingi lagu Ebiet G Ade. Ah, itu moment yang indah kawan.
Memang, kadang banyak hal miris yang kita lihat. Pedagang asongan yang harus tetap bekerja menjajakan jualannya di tengah malam. Driver bis yang harus terjaga sepanjang malam. Penjaja makanan di pinggir jalan. Operator SPBU yang harus menunggu malam. Dan akan banyak lagi orang yang akan kita lihat masih bekerja di tengah dinginnya kegelapan. Bukankah kita bisa belajar bersyukur atas keadaan kita ketika melihat hal itu?
Banyak kota akan kita lewati. Banyak pembelajaran yang akan kita dapati. Bukankah kita hidup di dunia ini juga untuk belajar?
Dulu saya juga suka naik kereta malam. Tapi saya pikir-pikir kurang asik. Karena diluar yang dilihat hanya gelap, gelap dan gelap.
Inilah kenapa saya suka naik bis. Dan saya punya keinginan. Suatu saat nanti kalau sudah menikah. Saya ingin mengajak istri saya berpetualang naik bis. Menyusuri kota-kota. Melihat keanekaragaman dari sudut pandang siang yang terang dan malam yang gelap. Bukankah kehidupan juga memiliki 2 sisi terang dan gelap?
Ada rasa syukur, senang, juga pembelajaran. Itulah kenapa saya suka naik bis.
Lintang Damar Panuluh
Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...

-
Peta di atas adalah ruteku jika ingin pulang dari Semarang ke Wonosobo. Biasanya lewat jalur yang warnanya merah. Berhubung bosen lewat jala...
-
Kapan kamu pergi jauh untuk pertama kalinya sendiri? Waktu itu tahun 2002 ketika saya belum genap berumur 15 tahun. Baru lulus SMP dan mas...
-
Kalau ada suatu tempat yang selalu ingin saya kunjungi ketika bepergian, tempat itu adalah Pelabuhan & Pantai. Saya suka dengan laut, bi...