*cerita jadi Bolang keliling Sumatra bersama Hilmy dan Melyn (4)
kelanjutan dari : Terkunci di Stasiun Tanjung Karang
kelanjutan dari : Terkunci di Stasiun Tanjung Karang
Setelah antri hampir 2 jam di depan loket. Akhirnya kami bisa mendapatkan tiket juga. Kereta yang akan berangkat ini namanya kereta Limex Sriwijaya. Melayani jurusan Tanjung Karang sampai Palembang (Stasiun Kertapati). Kereta ini terdiri dari rangkaian gerbong kelas bisnis dan eksekutif. Kami memilih yang kelas bisnis untuk menghemat biaya. Tetapi kenyataannya, kereta bisnis di Sumatra ini sekelas kereta ekonomi di Jawa. Saya dan Hilmy bercanda, mungkin kalau di kelas eksekutif mirip dengan kelas bisnis di Jawa.
Begitu masuk ke dalam kereta, situasi kelas bisnis ini memang tak ubahnya kelas ekonomi. Banyak orang yang merokok, dan yang paling banyak adalah orang yang tidak duduk dikursi tetapi dengan alas koran mereka tidur dibawah kursi. Kereta belum berjalan tetapi semua orang sudah mencari tempat terbaiknya. Ada yang tiduran di kursi. Ada yang tiduran di bawah dan sela-sela kursi. Melihat pemandangan seperti ini nampaknya Hilmy heran. “Kok kereta bisnis seperti ini ya”. Tak ubahnya kereta bisnis, begitu pikir Hilmy. Tapi tak apa, kita akan menikmati perjalanan ini.
Kami bertiga duduk terpisah. 3 tiket yang kami punya ternyata hanya 2 tiket saja yang duduknya bersebelahan. 1 tiket lagi duduknya terpisah meskipun masih dalam 1 gerbong. Hilmy “ngalah” untuk duduk di kursi yang agak berjauhan itu. Sedang saya dan Melyn duduk bersebelahan.
Pukul 21:00 kereta mulai berjalan perlahan. Saya tidak tau seperti apa kondisi di luar karena yang nampak dari jendela hanya gelap. Saya dan Melyn hanya tertegun melihat pemandangan di dalam kereta ini. Semua orang sedah menempatkan dirinya masing-masing. Mencoba terlelap mengikuti alur laju dari kereta ini. Saya mencoba untuk ikut tidur, namun mata ini rasanya tak bisa terpejam. Iseng-iseng saya pinjam “sleeping bag” punya Hilmy. Dengan sleeping bag ini, di sela-sela kursi saya mencoba tidur seperti penumpang lain.. Ternyata enak juga. Dengan sleeping bag dan bantal menggunakan sarung, saya langsung terlelap. Malam ini, di sebuah kereta di antara Tanjung Karang dan Palembang kami menikmati perjalan ini. Dengan semilir angin serta kegelapan di luar kami mencoba mengikuti alurnya. Saya terus tertidur dibawah, Melyn tertidur di kursi sedang Hilmy entah sedang apa di kursi bagian belakang.
Kereta beberapa kali berhenti di stasiun pemberhentian. Banyak pedagang asongan yang masuk. Beberapa goncangan pada kereta seperti mengusik tidur. Saya dan Melyn mencoba bertukar posisi. Dia tidur di bawah dengan sleeping bag dan saya tidur di kursi. Tetapi sepertinya ia tidak bisa nyenyak tidur di bawah sehingga kami bertukar posisi lagi. Entah Palembang masih jauh atau sudah dekat, yang ada di luar masih gelap dan gelap.
***
Suasana di luar sudah mulai terang. Kereta masih melaju dan saya sudah terbangun. Melyn sepertinya juga sudah terbangun sedari tadi. Hilmy yang tadinya duduk di belakang sekarang sudah bergabung bersama. Entah kami sudah sampai mana, tapi sepertinya Palembang masih jauh. Jam sudah menunjuk pukul 6 pagi. Suasana fajar di luar begitu indah, warna langit yang biru kemerahan, dan matahari yang masih malu-malu untuk keluar dari peraduannya. Saya dan Hilmy kemudian duduk di sambungan antar gerbong. Rupanya ada juga penumpang yang duduk disambungan antar gerbong ini. Ada 3 orang yang sudah tua duduk disana, dari percakapannya bisa dipastikan mereka adalah orang Jawa yang sedang merantau ke Sumatra. Saya mencoba membuka percakapan. Mereka adalah para transmigran dari Jawa yang sudah bermukim lama di Pulau Sumatra ini. Logat jawanya masih kental. Melihat kakek dan nenek ini saya jadi ingat kakek nenek saya di kampung.
Kereta terus berjalan. Yang kami lihat diluar adalah tanaman sawit, pohon karet juga tanah kering yang penuh rerumputan. Kadang kala diselingi dengan alang-alang yang tinggi. Dari sela-selanya kami bisa melihat pancaran matahari pagi yang mulai merambat naik. Tetapi kereta ini sering juga berhenti. Di Pulau Sumatra ini, kereta penumpang harus “mengalah” dengan kereta pengangkut batubara. Jadi misal berpapasan dengan kereta batubara, maka kereta harus berhenti terlebih dahulu. Akhirnya setelah hampir 11 jam kami di kereta, tibalah kami di Stasiun Kertapati, Palembang. Ya, kami baru sampai di Palembang jam 8 siang.
Hilmy berbincang dengan salah seorang penumpang di sambungan gerbong |
Berpapasan dengan kereta pengangkut batu bara |
Hilmy menikmati perjalananya haha |
Suasana pagi dari dalam kereta |
Keadaan di dalam kereta |
Sepasang kakek nenek yang terpaksa duduk disambungan kereta |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar