kelanjutan dari : Bengkulu, Mukomuko dan Salah Pilihan..
Selepas buka puasa di Mukomuko, bus
melanjutkan perjalanannya ke Padang. Saya langsung tertidur di bus. Badan
sudah terasa sangat lelah setelah hampir 24 jam di jalanan. Dari mulai Tanjung
Enim, lalu menunggu kereta sampai tengah malam di Stasiun Muara Enim. Naik
kereta ke Lubuk Linggau dan dilanjutkan naik travel ke Bengkulu. Tanpa
istirahat di Bengkulu kami langsung naik bus ke Padang. Kini hampir 10 jam perjalanan
dari Bengkulu, bus baru sampai Mukomuko, masih setengah perjalanan menuju
Padang.
Perut kenyang selepas buka puasa semakin
menambah kantuk saya. Saya langsung terlelap begitu bus melaju. Meski terlelap,
saya masih beberapa kali terbangun ketika merasakan getaran sewaktu bus
melewati lubang besar di jalan. Bus nampaknya juga banyak melewati tikungan
tajam, samar-samar setengah sadar, saya merasakan goyangan ke kanan dan kiri
bus ini. Ketika terjaga, di antara gelap malam, yang saya lihat adalah hutan.
Saya terbangun ketika merasa perjalanan
dengan bus ini sudah sangat lama namun masih saja belum sampai. Entah sudah
sampai dimana, yang terlihat di luar adalah gelap. Melyn dan Hilmy masih
tertidur entah lelap atau tidak. Saya mencoba tidur lagi namun tidak bisa lagi
memejamkan mata. Jam di tangan menunjuk pukul 1 dini hari.
Sebenarnya saya selalu menyukai moment
ketika naik bus malam dan merenung di dalamnya. Melihat gelap di luar diselingi
dengan pijar lampu-lampu dari rumah sepanjang jalan. Rumah-rumah yang tertutup
rapat karena penghuninya sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing. Saya suka
merenung, dan merenung di dalam bus malam adalah salah satu moment yang selalu
saya nikmati.
Namun tiba-tiba saya terhenyak. Di
sebuah tikungan jalan ke arah kanan, tiba-tiba dari arah berlawanan ada
pengendara sepeda motor yang melajukan kendaraannya dengan sangat kencang. Sepeda
motor itu akan belok ke kiri. Namun ketika belok, sepeda motor mengambil
terlalu ke tengah sehingga berbenturan dengan bus. Sepeda motor dan pengendaranya
langsung terseret di tengah jalan.
Bus berhenti dan beberapa orang
berhamburan keluar untuk menolong pengendara sepeda motor yang jatuh tadi.
Beberapa penduduk yang rumahnya tidak jauh dari kejadian juga ikut keluar
membantu pengendara sepeda motor yang sepertinya mengalami luka-luka. Kemudian
bus di parkirkan di pinggir jalan tidak jauh dari tempat kejadian. Penumpang
bus yang tadinya sedang tidur, semua terbangun dan ikut turun dari bus.
Beberapa kru bus ikut mengantar pengendara sepeda motor yang luka tadi. Entah diantar
kemana, namun sepertinya diantar ke balai pengobatan.
Saya, Hilmy dan Melyn ikut keluar dari
bus kemudian duduk di luaran. Bus berhenti di sebuah masjid. Kami tidak tau
sudah sampai mana karena papan nama masjid juga hanya menuliskan nama masjid
dan kampungnya saja. Kemudian kami bertiga masuk ke masjid untuk sekedar cuci
muka. Sesampai di dalam masjid kami begitu trenyuh ketika melihat driver bus
yang kami tumpangi tadi. Mungkin agar tidak panik menghadapi kejadian ini, ia
turun dari bus, masuk ke dalam masjid, mengambil wudhu lalu shalat 2 rakaat
dengan tenang. Di tengah remang-remang masjid, saya tertegun melihatnya berdoa
di beranda masjid, antara sedih dan salut bercampur jadi satu dalam perasaan
saya. Berdesir berbagai macam perasaan haru dalam benak ini.
Kami terus menunggu, ada penumpang yang
duduk di depan masjid. Ada pula yang duduk-duduk di pinggir jalan, dan beberapa
duduk di dalam bus. Tidak lama kemudian, kru dari bus yang tadi mengantar
pengendara motor berobat datang. Nampaknya semua permasalahan sudah selasai.
Kru bus sudah mengganti biaya pengobatan dan biaya kerusakan.
Di Indonesia, dalam sebuah kecelakaan
pasti kendaraan yang lebih besar yang disalahkan. Tanpa investigasi apapun
pasti kendaraan yang lebih besar yang disalahkan. Dalam kejadian ini, saya
yakin bahwa yang bersalah adalah pengendara sepeda motor. Pada saat kejadian
saya tidak sedang tidur dan karena duduk saya disebelah kanan bus sehingga saya
bisa melihat dengan jelas bahwa sepeda motor ketika akan belok ke kiri dengan
kecepatan tinggi dan terlalu mengambil ke kanan sehingga terkena bus.
Tapi ya sudahlah, masalah juga sudah
selesai. Bus sudah akan jalan lagi setelah kru bus member biaya pengobatan
untuk pengendara sepeda motor yang tadi bertabrakan dengan bus. Seluruh
penumpang masuk kembali ke dalam bus, kemudian bus melanjutkan perjalanannya.
Jam sudah menunjuk pukul 02:30.
Belum jauh bus berjalan, tiba-tiba ada dua
orang berboncengan dengan sepeda motor yang mendahului kemudian tiba-tiba berhenti
di depan bus. Bus ikut berhenti dengan mendadak. Kami semua yang ada di dalam
bus berfikiran bahwa mereka adalah orang yang masih ada hubungannya dengan kejadian
tabrakan tadi. Kru bus nampak panik kemudian turun. Namun tenyata orang yang
membonceng adalah salah satu penumpang bus yang tertinggal ketika bus tadi
berangkat. Sehingga penumpang yang tertinggal itu diantar oleh penduduk untuk
mengejar bus menggunakan sepeda motor. Para penumpang tertawa melihat kejadian
ini. Tadi sebelum bus berangkat dari tempat kejadian, kru bus lupa menghitung
lagi jumlah penumpang. Mungkin karena mereka masih bingung setelah kejadian
tabrakan tadi.
Masih tidak jauh dari tempat tadi
berhenti, bus berhenti lagi di sebuah tempat makan untuk sahur. Tempat sahur
kali ini adalah sebuah tempat makan dengan menu makanan khas Minang. Saya,
Hilmy dan Melyn kemudian memesan makan dan minum. Belum sampai kami menghabiskan
makan kami, tiba-tiba datanglah mobil patroli polisi berhenti di depan rumah
makan. Lalu turun 2 orang polisi dari dalam mobil. Polisi itu mencari kru bus.
Entah mendapatkan laporan dari siapa, ternyata polisi ini mengejar bus atas
kejadian tabrakan tadi. Beberapa kru dimintai keterangan tentang kejadian
kecelakaan tadi. Para penumpang yang simpatik dengan kru bus mulai membantu kru
bus untuk menjelaskan tentang kejadian kecelakaan yang menimpa tadi. Beberapa
selentingan dan ucapan beberapa orang sudah tidak enak didengar. Rata-rata para
penumpang ingin membela kru bus.
Akhirnya karena tidak terjadi
kesepakatan. Seluruh penumpang bus disuruh untuk masuk kembali ke dalam bus.
Bus dengan dikawal mobil polisi tadi putar balik ke tempat kejadian kecelakaan.
Sial! Dalam hati saya rasanya ingin mengucap sumpah serapah. Di tempat kejadian
polisi itu minta dijelaskan cerita kejadiannya. Beberapa penumpang terus
mengikuti kru dan polisi agar mereka bisa membantu memberikan pembelaan.
Saya yang tidak tau masalah hukum jadi
bingung. Setau saya kalau kedua belah pihak yang terlibat dalam kecelakaan
sudah sama-sama tidak mempersalahkan ya sudah selesai. Tapi ternyata ini kok
polisi entah dapat laporan dari mana mempermasalahkan.
Selepas dari tempat kejadian, bus
kembali berjalan. Kali ini saya tidak tau bus ini melaju kemana. Menurut
beberapa penumpang lain bus ini akan dibawa ke kantor polisi. Antara perasaan
marah dan bingung akhirnya saya tertidur. Tidur agak lama sampai kemudian
terbangun ketika kru bus membangunkan seluruh penumpang yang ada di bus untuk
turun dari bus. Begitu keluar dari bus, yang saya lihat adalah bangunan besar
yang tinggi, di atasnya model atapnya adalah model atap rumah gadang.
Wow,
inilah bangunan rumah gadang pertama yang kami lihat dalam perjalanan kami di
Sumatra. Saya kagum dengan model atapnya yang runcing pada ujung-ujungnya itu.
Tapi saya kembali miris ketika melihat tulisan besar pada papan nama di depan
bangunan itu. Tenyata tertulis dengan besar tulisan ‘KANTOR POLRES PESISIR SELATAN’.
Jam ditangan menunjuk pukul 4 pagi, sahur yang kami makan tadi belum selesai
sepenuhnya. Kini bahkan harus terdampar bersama bus yang kami tumpangi di
sebuah kantor polisi! Di depan kantor polisi, sambil duduk di jalan dan
memandang gedung besar yang ada di depan saya ini. Saya menghabiskan minum
untuk mengakhiri sahur saya. Bah! Padang rasanya semakin jauh dalam bayangan
saya.
2 komentar:
halo gan,
tetap semangat tinggi ya untuk jalani hari ini ! ditunggu kunjungannya :D
wuih!
Posting Komentar