Jakarta, 24 Juni 2012. Sebuah mobil VW bernomor polisi S 74 MP yang dimodifikasi menjadi sebuah 'stamp car' terpajang lobi sebelum pintu masuk. Sementara 2 lukisan dari perangko bergambar Ratu Elizabeth dan Presiden RI ke-2 Soeharto terpajang disisi kanan dan kiri pintu masuk. Saya kemudian masuk ke dalam arena pameran. Di bagian informasi setelah pintu masuk, sebuah souvenir bertuliskan "Philatelic Passport" bisa didapatkan secara gratis.
Hari ini adalah hari terakhir sebuah pameran bertajuk "World Stamp Championship - Indonesia 2012" yang diselenggarakan di JCC Jakarta. Di Pameran ini, dipamerkan berbagai macam benda-benda pos khususnya perangko dan ada juga beberapa
booth untuk barang-barang antik. Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan perangko. Tujuan saya pergi ke pameran ini adalah untuk mencari kartu pos.
Ketika masuk ke dalam arena pameran, saya mendapat sebuah buku kecil bertuliskan
Philatelic Passport. Buku ini berisi halaman-halaman dengan nama negara peserta pameran, lengkap dengan keterangan lokasi, jumlah penduduk, bahasa, dan tahun pertama kali perangko diterbitakan di negara tersebut. Setiap orang yang berkunjung, bisa membeli perangko di
booth negara yang ia kehendaki. Kemudian ditempel pada
Philatelic Passport di halaman yang sesuai dengan negara tempat perangko tersebut berasal. Lalu dapat dicap pos di stan negara tersebut. Rata-rata harga perangko seharga 5-10 ribu rupiah. Dan kalau tidak salah, ada sekitar 58 negara peserta.
Berkeliling dari
booth ke
booth seperti membuka wawasan baru bagi saya. Ternyata sebuah komunitas pecinta benda-benda pos (perangko, kartu pos dsb) yang di Indonesia dianggap hobi kuno, sepele dan buang-buang uang, ternyata masih mempunyai komunitas besar. Dunia memang semakin simple, kita bisa berkomunikasi dengan siapapun dengan orang di manapun dan di belahan dunia manapun dengan cepat karena perkembangan teknologi. Namun berkirim pesan dengan menggunakan media pos, perangko, kartu pos dan sebagainya tentu memiliki seni dan kesan yang lain dari pada yang lain. Memang, komunikasi model seperti ini sekarang lebih banyak sebagai hobi saja, bukan sebagai alat komunikasi yang utama.
|
Philatelic Passport |
Sayangnya saya datang pada hari terakhir, sehingga ada beberapa
booth yang sudah menutup lapaknya. Peserta pameran sebagian berasal langsung dari kantor pos negara-negara tersebut, namun ada juga yang hanya perwakilan agen. Saya kemudian berkeliling dan mendapatkan beberapa perangko yang saya beli dari negara-negara yang saya nilai unik. Di
booth Arab Saudi saya mendapat sebuah perangko dengan harga Rp.3000. Sepertinya ini
booth dengan harga perangko paling murah :)
|
perangko gambar kilang minyak dari Arab Saudi |
Kemudian saya dapatkan perangko dari Korea Utara. Ya, Korea Utara membuka
booth-nya pada pameran ini. Orang yang berjaga di
booth, wajahnya dingin sekali, tanpa senyum sama sekali. Mungkin sedingin negara ini.
|
perangko Korea Utara |
Ada beberapa negara Eropa yang ikut pameran ini. Namun saya tertarik dengan 3 negara Eropa Timur ini. Berharap suatu saat saya bisa sampai kesana. Sayang di
booth Bulgaria tidak ada perangko bergambar Dimitar Berbatov :)
|
Azerbaijan |
|
Belarus |
|
Bulgaria |
Ada juga
booth dari Taiwan yang penjaganya ramah :)
|
Taiwan |
Selain itu dapat pula perangko dari negara tetangga, Singapura. Saya suka gambar gedung yang ada di perangkonya.
Berbagai macam perangko ada dari belahan dunia manapun. Sayangnya, pameran yang diadakan di Indonesia ini relatif sepi pungunjung. Entah karena kurangnya minat tentang filateli atau karena kurang publikasi. Padahal entah berapa tahun lagi pameran ini akan diadakan di Indonesia kembali.
Salah satu yang menarik bagi saya adalah
booth Korea Selatan. Petugas yang menunggu
booth, sekilas mirip pemeran di serial drama Korea yang ditayangkan di Indonesia :)
|
booth Korea Selatan |
|
Amplop spesial untuk pameran ini dari Korea Selatan |
Dan yang paling ramai nampaknya
booth Pos Indonesia.
|
Pos Indonesia |
Ada banyak hal lucu, seperti salah satunya petugas di
booth Singapura yang geleng-geleng kepala melihat leceknya uang kertas rupiah kita. Tapi memang benar sepertinya, uang kertas dinegara kita ini lecek-lecek, terlebih uang kertas kembalian dari bus, atau budaya orang tua yang sering menyelipakan uangnya dalam beha :D
Semoga ditahun-tahun mendatang ada pameran-pameran seperti ini lagi :)
2 komentar:
stamp nya korea utara sama taiwan hampir sama ...
mohon ijin share di blog saya.
Posting Komentar