Kamis, 12 Mei 2011

#Bapak



Malam ini mulai larut, seperti biasa mata enggan terpejam meski badan mulai berontak. Waktu terus berjalan tanpa kusadari. Hilir mudik cerita kehidupan terus mengalir mengikuti alur dan skenarioNya. Entah apa yang kucari, juga apa yang orang cari di luar sana. Yang pasti, kehidupan akan terus mengalir sedemikian rupa sampai pada ujung dimana kita tak dapat berbuat apa-apa.

Bulan ini aku melewatkan sesuatu yang penting bagiku. Meski mungkin tidaklah penting untuk bapakku namun sangat penting untukku. Ya, aku melewatkan hari ulang tahunnya, entah lupa atau bagaimana. Padahal hari itu aku ada di rumah bersamanya, bodohnya diriku. Aku lahir ketika umur bapakku 23 tahun, sama seperti umurku saat ini. Ya, 46 tahun. Namun aku selalu menganggap bapakku adalah orang yang selalu nampak muda dari orang seumuran dia.

Dia bukan bapak yang setiap hari selalu menghubungi untuk sekedar tanya kabar dan sebagainya. Namun aku menganggap dia adalah laki-laki sejati. Suatu waktu aku pernah kabur dari rumah beberapa hari untuk menghindari sebuah masalah. Bapak yang saat itu tau aku kabur segera kirim sms untukku. Kalimatnya singkat "Kamu laki-laki, pulang. Hadapi masalahmu dan kamu akan menjadi orang yang lebih baik". Aku langsung pulang saat itu begitu membacanya, setelah kabur berhari-hari dari rumah.

Kehidupan kami tak berjalan dengan semestinya. Banyak masalah yang kami hadapi, tapi kami tak boleh menyerah pada keadaan. Akan ada titik di mana semua problematika kehidupan menjadi pondasi yang kuat untuk kehidupan kami. Sangat mengharukan ketika aku tertidur di sofa, dia selalu datang membawa selimut. Kemudian menutupi badanku dengan selimut sebagai penghangat. Aku menjadi laki-laki yang begitu "kecil" jika ada disampingnya. Aku menjadi orang paling aman sedunia jika ada di sampingnya.

Kini di usianya yang ke-46, aku memang belum bisa memberi kebanggan untuknya. Namun aku berjanji, suatu saat nanti aku harus bisa menjadi orang yang bertanggung jawab untuk hidupku, istriku dan anak-anakku kelak. Sebagai impian hidup yang mungkin gagal ia wujudkan meski aku tau dia telah berjuang mati-matian untuk itu.

*selalu ingin meneteskan air mata jika mendengarkan lagu ini :

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...