Jumat, 27 Mei 2011

#Pergi


Aku tau, aku tak bisa pamit dengan indah. Aku tak bisa pergi darimu dengan kata-kata yang mengharu biru. Aku sadar, sebagus apapun prosa untuk menggambarkan kepergianku(mu) tetap saja sakit diterima. Sebagus apapun rangkaian kata tak akan bisa merubah keadaan. Mukaku masih nampak culun, hmm idiot barangkali di hadapanmu.

Tak ada lagi bintang yang bisa kita lihat bersama meski aku di sini dan kamu di sana. Serta tak ada mantra yang saling menguatkan kita lagi. Kenangan kecil itu kembali menjadi kecil. Maaf, aku memang tak bisa memberi penjelasan. Penjelasanku hanya satu : aku tak bisa, itu saja. Waktu akan terus berputar, juga kepercayaan. Kita tidak bisa menerka sebuah akhir perjalanan dengan dimensi yang tidak bisa kita lihat secara visual.

Kamu boleh saja menutup semua aksesku untuk sekedar tau keadaanmu. Namun suatu waktu, di senja yang kau sukai itu. Di sela hujan yang meneduhkan sikapmu. Kamu akan tau jawaban dari sebuah kepergian. Mungkin kata maaf memang tak bisa keluar dari hatimu sekarang. Namun suatu hari dimana kamu ada pada siklus kehidupan yang berbeda, aku harap pintu maaf itu terbuka.

Setiap perjalanan akan bertemu titiknya. Aku, juga kamu tak akan pernah tau. Akhir dari sebuah perjalanan di mana kita terpisah kemudian tersatukan, hingga terpisah lagi ini akan berjalan begitu cepat. Ketika kamu bilang bahwa kamu tidak mengenal aku, mungkin itulah realitanya.


#kutulis tanggal 17 Mei 2011, namun hilang entah kenapa. republish untuk menghilangkan prasangka

Tidak ada komentar:

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...