Senin, 06 Februari 2012

mBolang Yogyakarta - Pacitan (hari pertama)

Seperti tidur dalam ketidaksempurnaan. Ada semacam ketidakpuasan juga kelegaan. Ketidakpuasan karena hanya dapat tidur beberapa saat. Atau bisa juga kelegaan karena masih sempat tidur. Pagi ini saya terbangun ketika kereta yang saya tumpangi semalaman dari Stasiun Pasar Senen Jakarta, sudah sampai di Stasiun Kroya, Jawa Tengah. Sayup-sayup diperdengarkan musik keroncong dari Stasiun ketika kereta yang saya naiki berhenti untuk menurunkan penumpang meskipun sejenak. Perjalanan kereta untuk sampai di Yogyakarta masih beberapa jam lagi.

Vira yang duduk di sebelah saya masih tertidur lelap. Sementara di luar masih gelap. Sepertinya subuh baru saja berkumandang. Kereta perlahan berjalan kembali menjauh dari Stasiun Kroya. Kanan kiri yang nampak di luar kaca kereta hanya sayup-sayup gelap. Saya mencoba memejamkan mata tapi tidak bisa kembali terlelap. Mungkin ada baiknya saya menikmati kekosongan pagi ini. Melihat sisi lain kehidupan kereta di pagi hari ketika masih banyak penumpang tidur. Ketika banyak petugas kereta yang hilir mudik dari rangkaian depan ke belakang untuk mengambil bantal yang mereka sewakan ke penumpang-penumpangnya. Atau seorang bapak berjalan kesana-kemari untuk menawarkan segelas kopi.

Semalaman ini saya dan Vira naik kereta menuju Yogyakarta. Rencananya kami (ditambah Hilmy dan Iftien yang akan kami temui di Yogyakarta) akan menghabiskan beberapa hari di Yogyakarta dan Pacitan. Sebenarnya ini di luar rencana yang kami susun beberapa bulan lalu. Tujuan awal kami bertiga adalah pergi ke Karimunjawa. Segala keperluan kesana sudah kami siapkan termasuk memesan tiket kapal dari Semarang ke Karimunjawa. Manusia boleh merencanakan tapi Tuhan yang menentukan. Dua minggu sebelum keberangkatan kami ke Karimunjawa, tiba-tiba ada berita kalau untuk sementara pelayaran kapal ke Karimunjawa ditutup karena buruknya cuaca pada bulan Januari sampai Maret. Jadi, untuk sekadar menghilangkan kekecewaan kami tidak jadi pergi ke Karimunjawa, pergilah kami ke Yogyakarta dengan kereta yang kami naiki ini.

Beberapa jam selepas dari Stasiun Kroya, perlahan langit mulai menunjukkan fajarnya. Embun membasahi pepohonan di kanan kiri jalur kereta. Vira sudah terbangun ketika saya menunjukkan pemandangan indah yang kami lihat di luar. Pemandangan matahari yang beranjak bangun dari tidurnya. Kami membuka jendela yang ada di samping kami. Kami tarik nafas dalam. Fufh, segar sekali. Udara di pinggir sawah dan ladang seperti ini tak bisa kami dapatkan di Jakarta. Kereta berjalan sementara pemandangan yang sejuk menghiasi perjalanan kami ini.


Hampir 2 jam ketika kereta yang kami naiki ini mulai masuk kota Yogyakarta. Setelah Stasiun Kroya, kereta sempat berhenti di Stasiun Gombong. Udara di luar masih sejuk ketika kereta sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta. Turun dari kereta, saya dan Vira duduk sebentar untuk melepas lelah dan cuci muka. Saya SMS ke Hilmy dan Iftin untuk bertanya apakah mereka juga sudah sampai di Yogyakarta. Ternyata mereka masih di bis dari Banyumas dan kira-kira baru sampai di Yogyakarta pukul 10! Hahaha. Padahal saat itu baru jam 7 pagi.

Saya dan Vira keluar dari Stasiun Tugu selepas cuci muka. Di depan stasiun kami sempatkan sarapan. Boleh tidak mandi, yang penting sarapan tak boleh terlewatkan. Hehe. Setelah sarapan, kami berinisiatif jalan-jalan di sekitar stasiun untuk mengisi waktu sambil menunggu kedatangan Hilmy dan Iftien. Dari Stasiun Tugu kami berjalan menuju ke arah Jalan Malioboro. Harus sabar untuk menolak banyak tawaran becak di sepanjang jalan. Jalan Malioboro masih lengang karena jam juga baru beranjak sedikit dari pukul 7 pagi. Beberapa toko baru siap-siap untuk buka. Jalan beberapa saat menyusuri Jalan Malioboro, kami sampai di depan Museum Benteng Vredeburg. Kami duduk beristirahat di depannya untuk melepaskan beban bahu kami dari ransel berat kami. Duduk agak lama disitu sambil terkantuk, sementara Hilmy dan Iftien masih belum dalam perjalanan.

Bosan duduk di depan Museum Benteng Vredeburg kami mencoba berjalan ke arah Taman Pintar. Saya sempat menawari Vira untuk masuk ke Taman Pintar. Tapi sepertinya dia ragu karena yang masuk kesitu hanya anak-anak kecil. Hahaha. Dari depan Taman Pintar kami jalan lagi ke arah Taman Budaya. Di toko-toko buku sebelum Taman Budaya kami berhenti. Vira mencari buku Asma Nadia yang dia cari sedari dulu belum ketemu, tapi masih saja tidak ada. Sambil istirahat duduk di bawah pohon kami mencoba melepas lelah. Saya mencari buku Pram, ketemu dan harganya lebih murah dibanding harga di toko buku besar. Tapi begitu terbeli, baru sadar ternyata buku yang saya beli ini buku bajakan. 

Setelah agak lama duduk-duduk di toko buku itu saya dan Vira beranjak pergi. Kami pindah ke Masjid di Taman Pintar untuk menunggu kedatangan Hilmy dan Iftien. Belum lama duduk lama disitu, mereka datang juga. Fufh, selesai penantian kami. Setelah kami berempat sudah berkumpul disitu, datanglah teman Hilmy bernama Noe, sebut saja begitu namanya karena wajahnya yang mirip vokalis Letto. Hehe. Noe ini akan mengantar kami keliling menjelajah Yogyakarta. Yey, tak perlu takut salah jalan. :)

Dari Taman Pintar rencananya kami akan menjelajah pantai-pantai di Wonosari. Wonosari adalah ibukota dari Kabupaten Gunung Kidul yang ada di sisi selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kira-kira memakan perjalanan 1-2 jam menuju kesana. Wonosari terkenal dengan gugusan pantainya yang luar biasa indah. Perjalanan Yogyakarta - Wonosari melewati jalan yang naik turun belak belok karena melewati gugusan banyak bukit disisi selatan Kota Yogyakarta. Tapi jangan khawatir, rata-rata kondisi jalan di provinsi ini sangat bagus. Setelah mampir untuk mandi di sebuah SPBU di Playen, Gunung Kidul sampailah kami di tujuan pertama kami : Pantai Baron. Sebenarnya pantai ini tidak terlalu istimewa, sehingga tujuan kami pertama kesini adalah untuk shalat dan sarapan :) Di Pantai ini ada pasar yang banyak menjajakan ikan segar yang bisa dibeli sekaligus langsung dapat dimasak di tempat. Ada 1 menu ikan yang membuat saya agak tercengang : Ikan Hiu. Bukankah ini termasuk ikan yang dilindungi ya? CMIIW..



Tidak lama kami berada di Pantai Baron, kami berpindah ke pantai lain di sebelah timur. Jarak satu pantai dengan pantai lain saling berdekatan. Dari Pantai Baron ke sisi timur masih ada Pantai Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, Ngandeng, dan Sundak. Dari Pantai Baron kami memilih untuk ke Pantai Krakal. Secara umum, pantai-pantai di Wonosari ini berpasir putih dan berkarang-karang. Situasi di Pantai Krakal lebih sepi dibandingkan dengan Pantai Baron yang lebih dahulu dikenal.








Dari Pantai Krakal kita melanjutkan perjalanan ke arah timur lagi. Masih banyak gugusan pantai yang sepertinya sangat sayang jika dilewatkan. Untuk menghemat waktu kita memilih satu pantai saja yang kita kunjungi lagi, Pantai Siung. Jaraknya kira-kira 10 km ke arah timur lagi. Perjalanan ini agak jauh dengan jalan yang naik turun tetapi tetap mulus. Melewati banyak tebing-tebing berbatu di sisi kiri jalan yang membuat perjalanan ini sangat bisa dinikmati.

Perjalanan yang lumayan jauh ini membuat ekspetasi kami meninggi. Perjalanan yang lumayan jauh harus ketemu pantai yang bagus. Dan setelah beberapa saat sampailah kami di Pantai Siung. Subhanallah. Pantainya luar biasa indah dengan pasir putih. Di sisi kira pantai ada sebuah bukit batu yang jika kita naik ke atasnya kita bisa melihat bentangan samudra serta pasir putih pantai. Kami mencoba naik ke atas bukit, angin bertiup begitu kencang sehingga badan saya yang kurus ini serasa ingin terbawa angin karenanya.


 


 
 
 
 

Turun dari atas bukit kami berpindah ke sisi kanan pantai. Ada banyak bebatuan besar disisi kanan Pantai Siung yang sepi dan indah ini. Sepertinya ini tempat yang sangat indah untuk prewedding kita *plak *berkhayal


 


 
 

Sudah beranjak ke pukul 5 sore ketika kami harus meninggalkan Pantai Siung untuk kembali ke Yogyakarta. Besok, kami harus melanjutkan perjalanan kami ke Pacitan. Kira-kira pukul 7 kami sampai di Yogyakarta lagi. Setelah mengantar Iftien ke Terminal Giwangan karena dia harus kembali ke Kebumen, kami transit ke tempat tinggal Noe untuk menumpang mandi.

Selesai mandi, kami pergi untuk cari makan. Mondar-mandir karena bingung mau makan dimana, tersesatlah kami di Taman Pelangi depan Museum Jogja Kembali. Taman Pelangi ini dihiasi dengan taman penuh lampion-lampion. Di dalam Taman Pelangi ini ada banyak penjual makanan juga ada pertunjukan musik dengan lagu-lagu yang menggalaukan hati. Mungkin konsepnya seperti pasar malam. Sepertinya tempat ini hanya buka ketika malam karena fokus mereka pada lampionnya. Mana asik kan kalau melihat lampion siang-siang. Hehe





...bersambung ke hari kedua --> http://ginanjaryuwana.blogspot.com/2012/02/mbolang-yogyakarta-pacitan-hari-kedua.html

2 komentar:

Unknown mengatakan...

sepertinya urutan pantainya : Baron - Sundak - Siung
CMIIW

Ginanjar A Yuwana mengatakan...

iya aku yang lupa namanya. aku koreksi :) makasih yak :)

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...