Sabtu sore yang padat ketika saya ada janji dengan seorang kawan di daerah Lebak Bulus. Dari kost, saya beranjak pergi untuk naik Trans Jakarta melalui Halte Sarinah. Meskipun hari Sabtu, nampaknya Trans Jakarta masih penuh sesak juga. Setiap hari Trans Jakarta selalu penuh, tak peduli itu hari kerja atau hari libur. Mungkin aja saking banyaknya penduduk di kota ini ya. Tak berapa lama naik Trans Jakarta dari Halte Sarinah, saya sampai di Blok M. Dari Blok M, saya harus berpindah bus ke arah Lebak Bulus. Tapi sore itu nampaknya saya sudah terlambat beberapa menit dari jam janjian saya dengan kawan saya. Saya harus buru-buru sampai Lebak Bulus. Dan satu-satunya solusi transportasi di Jakarta ketika macet adalah ojek!
Saya mengurungkan niat saya untuk melanjutkan perjalanan dengan bus. Dari Blok M menuju Lebak Bulus saya naik ojek. Abang ojeknya mencoba membuka percakapan ketika sudah jalan.
"Nanti turun dimana mas? Terminal Lebak Bulus? Mau pulang kampung?" tanya Abang Ojek
"Turun di Point aja ya bang, mau ketemu teman"
"Saya kira mau pulang kampung. Biasanya kalau ke Lebak Bulus bawa tas kan mau mudik"
"Oh enggak kok. Mau ketemu teman saja"
Melihat logat percakapan dari Abang Ojek yang nampaknya bukan dari Jawa, saya mencoba bertanya.
"Kalau Abang, dari mana asalnya bang?"
"Saya merantau disini mas, saya dari Padang"
"Padangnya mana bang?
"Tepatnya di Solok mas, Sumatra Barat"
"Oh Solok, kebetulan saya juga punya saudara disana bang. Baru bulan puasa kemarin saya kesana"
"Ada acara apa mas kesana?"
"Ya silaturahmi aja bang, ke tempat saudara. Sudah lama bang merantau di Jakarta?" saya mencoba bertanya.
"Sejak umur 19 tahun saya sudah kesini mas" jawab abang itu.
"Sumatra Barat itu bagus banget ya bang alamnya."
"Iya mas, kalau bagus emang iya, Cuma cari uang di kampung susah mas. Ya mau nggak mau harus ke Jakarta"
"Tapi kan orang dari daerah sana mudah beraptasi dimana aja bang?"
"Ya karena terpaksa mas. Karena di daerah sendiri susah. Jadi kami harus merantau. Prinsip kami merantau itu yang penting rajin sama nggak usah royal atau boros. Pokoknya diusahakan caranya biar bisa menabung. Mas kan pernah ke daerah saya, menurut mas gimana?"
"Kalau yang saya tau, disana makanannya enak-enak bang. Hehe. Pemandangannya bagus-bagus"
"Iya mas, mudah-mudahan keadaan di kampung makin lama makin mudah buat cari uang. Semakin enak seperti alamnya. Sekarang keadaan mulai lebih baik. Sudah banyak teman-teman saya yang pulang kampung"
Sepenggal kutipan percakapan sore itu membuat saya berfikir. Dalam minggu ini saya sudah beberapa kali mendengar ucapan "cari penghidupan di kampung susah". Kalau di pikir-pikir benar juga. Kalau kehidupan di kampung mudah, tentu orang tak berlomba-lomba pergi ke kota. Termasuk orang-orang di kampung saya tak perlu jauh-jauh jadi TKI ke luar negeri. Penghidupan memang susah di kampung. Tetapi kalau semua orang pergi beranjak ke kota, siapa yang akan 'nguri-nguri' adiluhung kehidupan di desa?
Saya mungkin termasuk bagian dari orang yang pergi ke kota untuk mencari penghidupan juga. Bukannya tidak percaya bahwa saya bisa menghadapi keterbatasan di desa, namun sepertinya saya belum mencobanya saja. Atau bisa juga saya terbawa "mainstream" kebanyakan orang. Mainstream bahwa pekerjaan yang baik itu harus di kota, di perusahaan ternama yang akan memberi kita kemampuan finansial untuk hidup di kota. Sebatas itu? Harusnya tidak. Bahkan saya juga terpaksa tinggal dan hidup di kota.
Tetapi minimal sore itu saya harus belajar suatu hal dari Abang Ojek itu. Pelajaran bahwa ketika kita harus merantau, terpaksa atau tidak terpaksa, tekankan pada diri kita untuk jadi orang yang rajin. Juga rasa syukur kita atas apa yang sudah kita jalani. Kadangkala keterpaksaan akan membawa kita jauh lebih mensyukuri atas apa yang bisa kita hasilkan dari sebuah impian.
Lintang Damar Panuluh
Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...
-
Kalau ada suatu tempat yang selalu ingin saya kunjungi ketika bepergian, tempat itu adalah Pelabuhan & Pantai. Saya suka dengan laut, bi...
-
Kapan kamu pergi jauh untuk pertama kalinya sendiri? Waktu itu tahun 2002 ketika saya belum genap berumur 15 tahun. Baru lulus SMP dan mas...
-
*cerita jadi Bolang keliling Sumatra bersama Hilmy dan Melyn (17) kelanjutan dari : Mampir Sekejap ke Padang Suasana nampak mulai...
1 komentar:
Merdeka itu bebas "dari". Merdesa itu bebas "untuk"..
Posting Komentar