*cerita jadi Bolang keliling Sumatra bersama Hilmy dan Melyn (16)
kelanjutan dari : Menjelang Sore di Bukittinggi
kelanjutan dari : Menjelang Sore di Bukittinggi
Pagi ini saya mengalami salah satu
periode yang menyedihkan dalam perjalanan ini. Waktu ketika saya harus pamit
dengan keluarga yang ada di Solok ini untuk melanjutkan perjalanan. Sudah lama
kami tidak bertemu, hampir 17 tahun. Dan belum genap 2 hari kami bertemu, saya
harus melanjutkan perjalanan lagi.
Jabat erat nenek di Solok dan seluruh
keluarga benar-benar membuat saya berat untuk meninggalkan kota ini. Sambutan
hangat mereka ketika kami datang membuat saya ingin tetap ada disini. Namun
perjalanan di depan masih panjang. Setelah Saya, Hilmy dan Melyn pamit dan berjalan di jalan
setapak depan rumah menuju jalan raya, saya menahan rasa keinginan saya untuk
menengok ke belakang lagi. Bukan karena apa-apa, tapi pasti itu akan menambah
kesedihan. Dalam hati, saya hanya berucap bahwa suatu saat saya pasti akan kembali
lagi ke tempat ini.
Pagi ini, dari Solok kami akan pergi ke
Padang. Lalu sore harinya kami akan naik bus menuju ke Prapat, Sumatra Utara.
Masih seperti tempo hari dari Padang ke Solok, perjalanan dari Solok ke Padang
menggunakan Jasa Malindo lagi. Jalanan kering dan rusak, beberapa kali
harus berhenti karena ada perbaikan jalan. Saya tidak menikmati perjalanan kali
ini, mungkin karena masih terbawa perasaan sedih tadi. Hilmy dan Melyn juga
tampak lebih banyak diam. Entah kenapa pagi ini terasa sayu bagi kami.
Sesampai di Padang kami kemudian turun
di sebuah perempatan menjelang sampai kota. Dari perempatan, kami berpindah
naik angkot untuk pergi ke agen Bus ALS. Maksud kami untuk datang terlebih
dahulu ke agen bus ini selain untuk membeli tiket bus ke Prapat adalah untuk
menitipkan tas-tas berat kami. Kami ingin sejenak menyusuri kota Padang
dengan ringan.
Setelah sampai di agen, kami membeli 3
tiket bus jurusan Padang – Medan. Namun dengan rute yang melalui Prapat karena
kami berencana untuk turun disana. Bus yang akan kami naiki berangkat pukul 2 siang.
Sedangkan jam saat ini sudah menunjuk angka 10 lebih. Masih ada beberapa jam untuk
pergi ke pusat kota Padang. Setelah menitipkan tas di agen bus ini, kami
kemudian naik angkot menuju pusat kota Padang. Tidak ada yang kami tuju di
kota Padang ini, hanya untuk melihat-lihat suasana kotanya saja.
Dalam perjalanan menuju ke kota, saya
baru ingat bahwa ada teman saya yang sedang tugas kerja di kota ini. Namanya
Polo, teman yang sudah beberapa bulan ini mengerjakan sebuah project di Sumatra Barat. Saya segera
menghubunginya untuk minta bertemu. Kami janjian di sebuah tempat di dekat
Polres Padang. Kami yang sudah hampir 4 tahun tidak bertemu akhirnya bisa bertemu kembali. Kini kami duduk berempat di sebuah taman di seberang Polres Padang.
Sebuah taman dengan sebuah lapangan sepakbola di tengahnya. Tribun penonton
lapangan bola itu atapnya khas rumah gadang.
Dari lapangan, kemudian saya, Hilmy, dan
Melyn diantar ke sebuah museum yang tidak jauh dari tempat itu. Namanya museum
Adityawarman. Begitu akan masuk ke museum saya heran, karena masuk ke museum ini
dikenakan biaya yang tidak lazim. Biaya untuk 1 orang dewasa adalah Rp.2050.
Kenapa tidak digenapkan saja, bukankah saat ini sangat susah ditemukan uang
Rp.50. Melyn yang penasaran bertanya kepada petugasnya kenapa harus pakai 50
rupiah? Petugas yang ada di loket menjelaskan bahwa 50 rupiah tadi adalah biaya
asuransi.
Dari bagian depan, Museum Adityawarman
ini berbentuk khas rumah gadang besar. Di depannya ada sebuah tugu. Sebelum
naik tangga masuk ke dalam, ada patung sepasang manusia mengggunakan
baju tradisional khas Minang. Seperti kondisi museum pada umumnya di Indonesia,
kondisi disini sangat sepi. Di dalam museum menyimpan berbagai macam
koleksi sejarah dan budaya Minangkabau. Di ruang utama kami melihat berbagai miniatur
rumah adat dan pelaminan yang dipakai untuk pengantin Minang dengan segala
pernak perniknya. Juga berbagai tradisi yang ada di Minangkabau ini.
di depan musem |
arca adityawarman |
sudut museum |
Entah kenapa badan saya lemas sekali,
tidak ada gairah lagi untuk menyusuri museum ini. Polo, Hilmy dan Melyn
kemudian berjalan dari ruangan ke ruangan. Saya memilih untuk duduk dan
menunggu mereka di depan saja. Rasa-rasanya ingin makan, tetapi kami masih
berpuasa hari ini.
Setelah mereka selesai mengunjungi semua
ruangan, kami berempat keluar dari museum. Saya,
Hilmy dan Melyn kemudian berpamitan dengan Polo. Kami akan pegi ke agen bus
ALS, sedangkan Polo harus melanjutkan perjalanannya kembali.
Dengan sebuah angkot kami menuju ke agen
bus ALS. Cuaca Padang siang ini sangat terik, rasa haus menggelayut di
tenggorokan. Menjelang Agustus, jalanan sudah mulai berwarna merah putih.
Banyak sekali penjual bendera di pinggir jalan. Di sebuah persimpangan menuju
agen bus kami turun, lalu berjalan kaki menuju agen bus. Jalan yang tadinya
kami pikir tidak jauh, nampaknya jauh juga. Panas dan lelah menambah emosi.
Saya berjalan cepat di depan sementara Hilmy dan Melyn di belakang. Rasanya
ingin cepat-cepat sampai ke agen bus. Pikiran rasanya sudah buntu. Sesampai di
agen bus, saya langsung membeli air minum. Glek, glek, glek. Batal sudah puasa
saya hari ini. Pikiran kemudian (rasanya) menjadi terang benderang lagi. Ah,
godaan memang selalu nampak lebih indah.
2 komentar:
Marchisio proud of Manchester United interest
Agen Bola indo11.com reported, Juventus midfielder Claudio Marchisio has stated he is flattered by speculation linking him with a move to Manchester United.
The Italy international is reported to be of interest to the Premier League champions in addition to wealthy Ligue 1 outfit Monaco.
No enquiries are said to have been made for the 27-year-old, but Marchisio confessed he does not know if he will be at Juventus next term.
“There are things to be proud of (being linked with Manchester United), but I am not sure if they are true,” he told as reported byIndo Eleven.
“I have not heard from anyone at Manchester United or Monaco.
“When I talk with my club everything will become clearer.”
Marchisio is currently with the Italy squad in Brazil for the FIFA Confederations Cup and insisted he is only focused on the fortunes of the national team at this point.
Source : www.indo11.com
Marcos Senna moves to MLS
Agen Bola indo11.com reported, Villarreal have announced on their official website that veteran midfielder Marcos Senna is leaving the club at the end of the current campaign.
The El Madrigal outfit has revealed the 36-year-old will be moving to Major League Soccer, but the name of his next club was not disclosed.
Marcos Senna has just helped Villarreal return to the elite division after a one-year absence, with 1-0 win over Almeira on the final day proving enough for a second-place finish.
The Brazilian-born midfielder has made 33 league appearances for the Yellow Submarine this season, scoring 5 goals in the process.
Senna has decided to leave the club after spending last 11 years at El Madrigal, during which he made a total of 257 La Liga appearances.as reported byIndo Eleven.
After gaining a Spanish passport, the midfielder went on to earn 28 Spain caps, and featured in 5 matches as la Furia Roja won the Euro 2008 trophy.
Source : www.indo11.com
Posting Komentar