Senin, 05 September 2011

#Angin

Seperti angin. Tak tentu ia akan bertiup kemana. Dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri atau dari barat ke timur. Semua sama wujudnya, angin. Meniup tak tentu arah. Tapi kadang masih punya definisi, angin darat atau angin laut. Dari yang sepoi-sepoi, kencang atau angin yang memporak-porandakan semua yang di laluinya.

Aku mengaduh di sudut kursi panjang. Merasa senasib dengan angin. Yang hinggap dari satu tempat dengan berbagai penampakan yang berbeda. Kadang menjadi angin yang lembut seperti menyibakkan rambut panjangmu. Kadang menjadi angin yang biasa, yang sekedar menggigilkan pundakmu. Atau menjadi angin layaknya taifun yang membuatmu kehilangan kesabaran menghadapiku. Tapi apapun itu, kamu masih menyebutku angin.

Kini, aku bosan menjadi angin yang selalu hilir mudik merancau kesana kemari. Aku penat menjadi angin yang membuat kamu menunggu, hingga kau terbuai oleh angin lain yang mungkin membuatmu demam. Membuatku mengutuk diriku sendiri dan mengigau tentang kamu, juga pelukan hangatmu.

Aku bosan menjadi angin. Tiba-tiba aku ingin menjadi anak panah. Dengan fokus, arah, pandangan hanya ke satu sisi. Menarik semua ketulusan, keyakinan dan segenap usaha untuk mencapai satu titik di ujung sana. Sebuah papan di ujung, tempat di mana anak panah ini akan tertancap. Sebuah papan sederhana bertuliskan manis namamu.


-malam pertama di kost setelah libur lebaran. untuk siapapun kamu. ingin kutarik busur ini tapi aku melihat sudah ada anak panah tertancap di papan itu, meskipun aku yakin anak panah itu tak benar-benar tertancap juga di hatimu-
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ini salah 1 favoritQ,bagus :)

Lintang Damar Panuluh

Jakarta, 20 Agustus 2015 Di sudut Stasiun Gambir saya mendadak lemas. Tidak ada lagi tiket kereta tujuan ke Semarang untuk malam ini yang...