Opsi satu-satunya adalah menggunakan bus. Hmmm.. Baru memikirkan bus saja bayangan macet sudah terbayang ya. Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) sudah pasti macet menjelang lebaran seperti ini. Tapi daripada sama sekali tak bisa pulang kampung, mau tak mau ya harus beli tiket bus sebagai alternatif terbaik. Maka dengan diantar ojek langganan, saya meluncur ke agen bus.
Sesampai di agen bus, nampaknya semua tiket sudah habis sampai dengan H-1. Ah, too bad! Cemas rasanya membayangkan cara mudik kali ini. Namun keberuntungan masih memihak saya kala itu. Petugas loket memberitahukan saya bahwa ada penumpang yang meng-cancel tiketnya. Sehingga masih tersisa 1 kursi untuk saya. Di hari H-3! Alhamdulillah.
Siang itu saya kembali ke kantor dengan perasaan suka cita. Tiket pulang sudah di tangan. Tapi perasaan suka cita serasa menjadi hambar ketika saya harus membayangkan kemacetan yang harus dihadapi nantinya. Tiba-tiba berkecambuk di pikiran saya untuk mencari opsi lain lagi selain menggunakan bus.
Di H-4 atau sehari sebelum jadwal tiket bus saya. Banyak sekali teman yang sudah mudik terlebih dahulu. Saya baca di twitt-twitt mereka yang menuliskan tentang kemacetan mereka. Duh, saya tambah bingung. Apakah tetap memakai bus yang tiketnya sudah terbeli? Atau berusaha lagi mencari opsi transportasi lain.
Dan saya semakin bingung lagi ketika iseng membuka web maskapai pesawat dan menemukan tulisan yang 'sold out' itu menjadi 'available'. Mungkin ada penumpang pesawat yang membatalkan keberangkatannya. Diantara pilihan untuk mengambil tiket pesawat dan membatalkan tiket bus itu tiba-tiba saya memantapkan diri untuk membeli tiket pesawat. Saya coba booking online, dan done! tinggal pergi ke ATM dan melakukan pembayaran.
Dalam perjalanan dari kantor ke ATM saya melewati jembatan penyeberangan di halte busway BI. Nah di atas jendela itu ada pemandangan seorang ibu pengemis yang tengah tertidur. Kondisinya sangat menyedihkan. Sekedar berharap belas kasihan orang yang lewat. Tiba-tiba hati saya bercakap, kenapa saya tidak bersyukur sudah bisa dapat tiket mudik meskipun itu tiket bus. Kenapa saya tidak bersyukur masih bisa mudik meskipun nantinya macet dari pada orang yang tidak bisa mudik seperti ibu yang ada di hadapan saya ini.
Yup, kemudian saya langsung memantapkan hati saya. Saya mau mudik apa adanya, meski macet tak apalah. Saya harus bersyukur saya masih bisa mudik, dibandingkan banyak orang di kota ini yang tak bisa mudik dengan segala keterbatasannya. Siang itu saya mengurungkan untuk membayar tiket pesawat yang sudah dibooking itu. Saya memantapkan diri mudik dengan bus, apapun kondisinya.
Hari berikutnya ketika hari keberangkatan tiba. Saya sudah di agen bus yang akan memberangkatkan busnya ke Wonosobo. Sambil menunggu busnya jalan iseng-iseng saya memesan bakso di depan agen busnya. Buat ngisi perut di jalan :). Sambil menunggu baksonya dibuatkan sama penjual bakso gerobak dorong itu, saya mengajak ngobrol penjualnya.
"Tidak mudik pak?" tanyaku
"Enggak mas, ndak ada ongkos"
Sore menjelang senja itu saya belajar satu hal. Bersyukur! Bersyukur saya masih bisa pulang kampung, masih bisa bersilaturahmi kesana kemari. Sore itu saya menekatkan diri, apapun kondisi di jalan. Semacet papun kondisinya, saya tak boleh mengeluh. Sepenuh apapun bus-nya saya harus tetap senyum,
Bus 'Sinar Jaya' yang saya tumpangi drivernya sangat pengalaman. Disaat teman-teman lain mengalami macet parah, bus ini lancar tak kena macet apapun karena drivernya tau jalan-jalan alternatif yang sepi. Di saat teman lain harus di perjalanan lebih dari 20 jam. Bus yang saya tumpangi ini hanya butuh 13 jam Jakarta-Wonosobo. Di H-3, puncaknya arus mudik! Alhamdulillah yah. Sesuatu banget!
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
2 komentar:
baca serius di awal,
ketawa di akhir -Alhamdulillah yah. Sesuatu banget!- :)
lha wanita berjilbabnya ndak ikut?? :-)
Posting Komentar